Hampir 2 bulan, harga minyak goreng di pasar merangkak naik. Kenaikan harga minyak ini terjadi secara bertahap di sejumlah wilayah termasuk Kabupaten Klaten. Salah satu Pasar Gedhe Klaten Jawa Tengah mengalami kenaikan harga minyak goreng dari awalnya 14.000/liter hingga menjadi 20.000/liter sekarang. Jumat (14/01/22)
Warga di sejumlah daerah mengeluh dengan kenaikan harga minyak goreng seperti penjual kios sembako, pembeli bahkan penjual gorengan. Penyebab kenaikan harga minyak goreng ini karena adanya karena faktor bahan baku.
Persoalan harga minyak goreng bukan hanya terjadi di Indonesia, ini gejolak global karena pasokan minyak nabati dunia menurun. Penaikan harga berawal dari distributor sehingga harga minyak goreng otomais ikut naik. Untung nya,di saat harga penaikan minyak goreng ini tidak ada penjual yang merasa rugi.
Ibu Ragil, salah satu pedagang kios sembako di Pasar Gedhe Klaten mengatakan dirinya hanya bisa pasrah mengikuti harga minyak goreng yang telah ditetapkan dari pusatnya. Menurutnya banyak konsumen yang memprotes penaikkan harga minyak goreng.
“Kita hanya bisa mengikuti harusnya gimana,kalau minyak goreng mahal ya di jual mahal aja,ini pas lagi bahan bakunya sulit didapatkan, sedangkan permintaannya banyak,bahan nya juga sedikit. Ada juga pembeli yang protes harga. Bukan kami yang menaikkan harga tetapi distributor” ucap ibu ragil salah satu penjual minyak goreng.
Kenaikan CPO di pasar dunia terutama disebabkan oleh menipisnya pasokan. Produksi dikatakan telah turun di Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia. Potensi kenaikan harga minyak nabati domestik juga disebabkan sebagian besar industri hilir CPO masih belum terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit.
Suranto, Pembeli Minyak goreng mengatakan di situasi Covid-19 saat ini ditambah kenaikan sembako membuatnya lebih sulit.
“Di masa krisis ini dan harga bahan pokok semakin naik, kita tambah susah” katanya.