Mohon tunggu...
Anggraeni Dawi RA
Anggraeni Dawi RA Mohon Tunggu... Guru - Guru/ SMAN 2 Mandor

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 2.1

24 Juni 2024   23:47 Diperbarui: 24 Juni 2024   23:50 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk meyesuaikan proses pembelajaran dikelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid dikelas. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorng guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

Proses pembelajaran diferensiasi dapat dilakukan dikelas yaitu dengan menerapkan macam diferensiasi sesuai dengan kebutuhan murid. Kebutuhan murid yaitu harus dilengkapi dalam 3 aspek yaitu kesiapan murid, minat murid dan profil belajar murid. Sebelum melaksanakan diferensiasi dikelas harus mencari tau terlebih dahulu kebutuhan murid berdasarkan 3 aspek ini agar pendidik dengan mudah merancang pembelajaran yang berdasarkan pembelajaran diferensiasi. Setiap kelas memiliki cara yang berbeda dalam menerapkan pembelajaran diferensiasi dan harus disepakati bersama untuk pembelajaran ini agar dapat berjalan dengan baik dengan mempersiapkan rubrik penilaian untuk diferensiasi produk, diferensiasi konten dengan mempelajari cara menyampaikan materi dikelas dengan cara yang berbeda kemudian pada diferensiasi yang terakhir yaitu pada diferensiasi proses menyiapakan bahan ajar yang dapat diakses murid dengan model berbagai macam pula agar murid dapat memilih sumber informasi mana yang akan mereka pilih untuk dipelajari.

Kaitan modul lainnya dengan modul ini yaitu diawali dengan Filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara yaitu pendidik harus menuntun atau membimbing murid didalam kelas agar bisa berkembang sesuai dengan kodrat yang anak miliki, pembelajaran harus berpihak pada murid yang berarti pembelajaran harus berorientasi kepada murid. Sebagai agen perubahan, seorang guru harus bisa mengambil tindakan secara inisiatif untuk melakukan perubahan pada murid yang diajarnya. Perubahan yang dimaksud harus juga seiring dengan tujuan pendidikan nasional saat ini yaitu mewujudkan murid yang berprofil pancasila melalui proses pembelajaran yang merdeka (merdeka belajar) sesuai dengan filosofi pendidikan KHD. Hal ini dapat terwujud jika kita memiliki nilai-nilai yang ada didalam diri kita sebagai pendidik yang bisa kita tumbuh kembangkan untuk memperkaya diri dan memperkuat pondasi diri kita, setelah kita memahami nilai-nilai yang ada didalam diri kita, kita juga harus membuat visi agar tujuan yang kita inginkan kepada murid dapat terwujud nantinya. 

Guru dapat menerapkan suatu pendekatan yang disebut dengan inkuiri apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah suatu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, artinya perubahan yang diinginkan oleh suatu organisasi seperti sekolah atau perusahaan yang dilakukan secara bersama-sama secara kolektif oleh elemen-elemen yang ada di dalamnya dan berbasis pada kekuatan yang telah dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Inkuiri Apresiatif berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang ada, mencari cara agar hal tersebut dipertahankan, lalu memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Tahapan utama dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah BAGJA yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabaran Rencana, Atur Eksekusi. Untuk dapat terlaksananya visi dengan baik utamanya dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, tentunya sekolah harus mampu menjadi taman yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta suasana yang kondusif bagi warga sekolah. 

Guna mewujudkan hal tersebut, sekolah harus mampu menumbuhkan budaya positif. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Adapun karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila. Sekolah sebagai sebagai sebuah institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya positif seperti, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, melakukan kesepakatan kelas dan penerapan disiplin positif di kelas. Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. 

Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru dan lainnya). Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan murid dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan murid-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu diperlukan guru yang mampu sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah. Budaya positif dikelas bisa dikembangkan dengan dimulai dari membuat kesepakatan kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun