Mohon tunggu...
Anggraeni Dawi RA
Anggraeni Dawi RA Mohon Tunggu... Guru - Guru/ SMAN 2 Mandor

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asesmen Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka

2 Desember 2023   20:32 Diperbarui: 2 Desember 2023   21:28 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah pondasi utama dalam mempersiapkan generasi masa depan. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, penerapan Kurikulum Merdeka telah menjadi langkah revolusioner untuk menghadirkan sistem pembelajaran yang lebih adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Budiono, A. N., & Hatip, M. (2023) menyebutkan, kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian, pengintegrasi, pembeda, persiapan, pemilihan dan diagnostik. Hal ini menjadikan kurikulum sebagai salah satu komponen yang utama dan amat penting dalam proses pendidikan. "Kurikulum Merdeka" tidak secara khusus dikenal sebagai istilah atau konsep dalam konteks pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan bersifat dinamis dan dapat mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu.

Kunci keberhasilan konsep program merdeka belajar adalah konsistensi semua pihak dalam melaksanakan program tersebut. Konsistensi itu terutama dalam melaksanakan pembelajaran dan evaluasinya. Program merdeka belajar yang telah tersusun dengan baik tidak akan tercapai secara optimal apabila para pelaksananya tidak konsisten dalam penerapannya di sekolah. Untuk itu, para guru harus bekerja keras untuk dapat memahami dan menguasai konsep-konsep program merdeka belajar dan memiliki kemampuan mengembangkan beragam materi, sumber, media, dan alat pembelajaran, serta penggunaan berbagai platform media digital yang benar-benar dapat sejalan dengan tuntutan program merdeka belajar. 

Karakteristik utama dari kurikulum merdeka belajar yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah: 1) Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila; 2) Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi; 

3) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Kebijakan merdeka belajar tersebut mengharuskan guru agar melakukan pengembangan baik dari kurikulum termasuk bentuk pembelajaran. Selain berperan sebagai sumber belajar, pada merdeka belajar guru juga sebagai fasilitator pembelajaran yang wajib mengantongi keterampilan profesional, pedagogik, personal, dan sosial.

PEMBAHASAN

Salah satu elemen kunci yang mendapat penekanan dalam Kurikulum Merdeka adalah asesmen pembelajaran. Asesmen yang efektif dan holistik menjadi tulang punggung untuk mengukur pencapaian belajar siswa. Kurikulum Merdeka menempatkan asesmen sebagai alat penting dalam mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Lebih dari sekadar pengukuran hasil belajar, asesmen dalam konteks ini menjadi sarana untuk memahami proses belajar-mengajar yang terjadi. 

Asesmen tidak lagi hanya berkutat pada tes dan ujian yang konvensional, tetapi lebih menekankan pada pembelajaran yang inklusif, kreatif, dan membuka ruang bagi beragam bentuk ekspresi pengetahuan. Salah satu penerapan yang terkandung dalam Kurikulum Merdeka adalah penggunaan portofolio sebagai bentuk asesmen yang mencerminkan pencapaian siswa dari berbagai sisi (Budiono, A. N., & Hatip, M; 2023). Portofolio mencakup beragam bukti kinerja siswa, seperti proyek, tugas-tugas kreatif, serta refleksi atas proses pembelajaran yang telah mereka alami. Hal ini memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka secara menyeluruh, sekaligus memberikan ruang bagi kreativitas dan pengembangan kemampuan mereka di luar ranah akademis. Jenis asesmen pembelajaran dalam kurikulum merdeka dibedakan menjadi tiga jenis:

1) Asessmen diagnostik, bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Asesmen diagnostik kognitif bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran,

2) Asesmen formatif, bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini pendidik bisa mengamati dan mengidentifikasi siswa terkait dengan apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran, hambatan apa yang dialami siswa dalam pembelajaran, melalui asesmen ini Pendidikan juga dapat mengamati perkembangan siswa yang nantinya akan dijadikan sebagai umpan balik bagi siswa maupun pendidik dalam kegiatan evaluasi. Asesmen formatif juga menjadi fokus dalam Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk terlibat secara lebih aktif dalam mengamati dan memahami perkembangan setiap siswa secara individual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun