A. PENDAHULUAN
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah yaitu kurangnya minat belajar pada peserta didik sehingga membuat aktivitasnya dikelas tidak maksimal hanya berpusat pada guru saja yang menjadi sumber belajar dan peserta didik kurang bisa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dikelas serta kurangnya kemampuan guru dalam memilah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi.
Masih banyaknya permasalahan pada pembelajaran tentunya membuat minat siswa untuk belajar menjadi rendah. Padahal Sukada dkk (2013:5) berpendapat bahwa minat merupakan aspek kepribadian yang berkaitan dengan prestasi belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Komariyah dkk (2018:3) menyebutkan kenyataan bahwa prestasi siswa akan lebih baik apabila memiliki minat yang besar terhadap pelajaran yang diajarkan. Jika pendidikan menghadapi persoalan rendahnya minat belajar siswa maka kondisi ini akan menghambat tercapainya tujuan belajar yaitu untuk mencapai perubahan kognitif, afektif dan psikomotor pada dirinya. Oleh karena minat berkaitan dengan prestasi belajar sebaiknya guru lebih memberikan perhatian kepada minat belajar siswa.
Minat menurut Slameto (2010:180) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sejalan dengan itu, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah 2003, Siagian, 2015:126). Menurut Nisa dkk (2017:59) minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa dalam rentangan waktu tertentu. Minat menunjuk kepada kesukaan atau kesenangan yang diperoleh dari aktivitas diri (Woolfolk 1993, Sukada dkk, 2013:6).
Priansa menjelaskan dalam karyanya Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran (2017:187) bahwa guru yang menyenangkan adalah guru yang memahami kebutuhan peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Peserta didik dan guru yang mampu memotivasi dan menciptakan antusiasme peserta didik untuk mengikuti seluruh proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Dengan ungkapan itu peran model pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan sehingga bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru harus memiliki berbagai keterampilan yang digunakan dalam proses pembelajaran, Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian prestasi belajar peserta didik. Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep dan aplikasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena karakteristik dan keinginan peserta didik dalam belajar beraneka ragam.
Praktik ini perlu dilakukan karena menjadi contoh bagi guru lainnya karena sebagian guru juga merasakan hal yang sama, sehingga praktik ini diharapkan menjadikan motivasi bagi saya ataupun bagi guru lain. Peran dan tanggungjawab saya pada best practice ini adalah sebagai seorang pendidik (guru) mata pelajaran biologi, harus bisa membuat modul ajar, bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, evaluasi, dan melaksanakan pembelajaran sesuai perangkat yang dibuat untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang dipelajarinya dan tetap dengan dilandasi profil pelajar pancasila dimensi bergotong royong dan bernalar kritis.
Saya melaksanakan PPL Siklus 1 di SMA Negeri 2 Mandor lingkup pendidkan yaitu Sekolah Menengah Atas Kabupaten Landak, dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu Meningkatan minat belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Practise (PBL) pada materi Virus kelas X. Pelaksanaan PPL 1 Aksi pertama pada tanggal 10 Oktober 2023 dan pelaksanaa Aksi 2 pada tanggal 12 Oktober 2023. Diharapkan dengan melakukan aksi 1 dan aksi 2 sudah tampak peningkatan minat belajar peserta didik dari aktivitas peserta didik pada saat diskusi dan persentasi kelompok serta nilai asessmen juga meningkat.
Tugas dan tanggungjawab saya yaitu menjadi guru yang bertanggungjawab pada proses pembelajaran secara efektif dengan memanfaatkan media dan model pembelajaran yang inovatif serta menganalisis hasil belajar siswa untuk melihat hasil analisis pada asessmen formatif dan asessmen sikap dan ketrampilan sehingga dapat menjadikan acuan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Menurut Earl (2006: 7), asessment of leaning adalah asesmen yang digunakan untuk mengkonfirmasi apa yang siswa ketahui, untuk menunjukkan apakah telah memenuhi standar dan/atau menunjukkan kedudukan siswa dengan siswa lain. Kemudian, assessment for learning adalah asesmen yang rancang untuk memberikan informasi kepada guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajarannya, membedakan dan memahami cara siswa melakukan pendekatan belajar. Selanjutnya, assessment as learning adalah bagian dari assessment for learning yang menekankan pada penggunaan asesmen sebagai proses mengembangkan dan mendukung metakognisi siswa, dalam pengertian siswa diberi kesempatan dan dibimbing untuk melakukan pemantauan dan menggunakan hasil pemantuan untuk memperbaiki belajarnya. Penggunaan AoL, AfL dan AaL yang seimbang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selama ini, penggunaan asesmen dalam pembelajaran di kelas masih belum seimbang. Penggunaan asesmen masih didominasi oleh assessment of learning tanpa diimbangi oleh assessment for learning dan assessment as learning.
B. PEMBAHASAN
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerima dan paham terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menyampaikan materi yang menarik agar materi dapat dipahami dan dimengerti siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Guru diharapkan mampu memberikan materi dengan metode yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa bermakna dan peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Keterbatasan dan lemahnya kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran, membuat media pembelajaran, dan mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang variatif harus sesuai dengan karakter siswa dikelas, menjadi penyebab rendahnya pemahaman siswa pada materi biologi, terutama materi yang bersifat abstrak.