Selama enam tahun terakhir, Jakarta masuk dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Fenomena ini bukanlah hal baru, namun terus berlanjut tanpa perbaikan yang berarti.Â
Pada tahun 2019, kualitas udara ibu kota yang buruk mendapat kecaman ketika masyarakat menggugat pemerintah dengan harapan tindakan hukum dapat memperbaiki situasi.Â
Namun, tampaknya tidak ada tindakan nyata yang diambil dalam jangka waktu tertentu yang dapat membawa perubahan signifikan dalam meningkatkan kualitas udara Jakarta.Â
Krisis udara ini menghadirkan beberapa terdakwa ke pengadilan, antara lain Presiden, Menteri Dalam Negeri, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan, Gubernur DKI, Gubernur Jawa Barat, dan Gubernur Banten.Â
Namun pada tahun 2023, Jakarta menghadapi kenyataan yang sama: Â polusi udara yang merajalela menjadikannya kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Â Sumber utama pencemaran udara di Jakarta adalah lalu lintas, pembangkit listrik dan industri.Â
Kendaraan bermotor yang tak terhitung jumlahnya, pembakaran bahan bakar fosil untuk energi dan aktivitas industri berat menambah tingginya tingkat partikel dan gas berbahaya di udara ibu kota.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada sejumlah solusi konkrit mengatasi buruknya kualitas udara Jakarta yang harus diketahui dan diterapkan.
1. Penanaman vertikal pada rumah dan gedungÂ
Â
Sebagai langkah awal, masyarakat Jakarta bisa membiasakan menanam tanaman secara vertikal di rumah dan gedungnya. Hal ini bisa dimulai dengan menanam tanaman dalam pot atau wadah di balkon, teras, atau ruang vertikal di sekitar tempat tinggalnya.Â
Selain memberikan efek estetika yang menyegarkan, tanaman ini mampu menyerap polutan udara dan meningkatkan kualitas udara setempat. Keuntungan dari solusi ini adalah tidak memerlukan banyak ruang dan banyak orang dapat menerapkannya tanpa kesulitan.Â