Mohon tunggu...
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengamat

Follow our Ig: @anggoroabiyyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurangi Benang Kusut Ketimpangan Digital

22 Maret 2024   07:07 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah gempuran revolusi teknologi, muncul sebuah paradoks yang tidak dapat diabaikan: ketimpangan digital. Fenomena ini menggambarkan kesenjangan akses dan kemampuan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi antar individu, kelompok, dan wilayah. Ketimpangan digital bukan hanya soal siapa yang memiliki smartphone dan siapa yang tidak; lebih jauh, ini tentang siapa yang dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan siapa yang tertinggal dalam arus informasi global. 

Ketimpangan digital memiliki dampak yang luas, merentang dari pendidikan hingga ekonomi. Dalam dunia pendidikan, misalnya, siswa yang tidak memiliki akses ke internet atau perangkat digital cenderung mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh, sebuah kenyataan yang menjadi sangat nyata selama pandemi COVID-19. Di ranah ekonomi, individu yang kekurangan kemampuan digital terancam tertinggal dalam kompetisi pasar kerja yang semakin menuntut kecakapan teknologi.

Salah satu langkah awal untuk mengatasi ketimpangan digital adalah memastikan akses universal ke internet dan teknologi. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga sektor swasta dan komunitas internasional. Infrastruktur digital harus dibangun dan diperluas hingga ke daerah terpencil, disertai dengan tarif yang terjangkau, sehingga setiap individu, tanpa terkecuali, dapat terhubung ke jaringan global.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan digital harus menjadi prioritas utama. Program pembelajaran digital harus diintegrasikan dalam kurikulum sekolah untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang diperlukan di era digital. Untuk masyarakat umum, perlu ada program pelatihan yang bertujuan meningkatkan literasi digital, khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia dan penduduk di daerah terpencil.

Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kreativitas digital dari semua lapisan masyarakat. Dengan memberikan akses ke sumber daya digital, seperti software pengembangan, platform e-commerce, dan layanan cloud, individu dan usaha kecil dapat berinovasi dan bersaing di pasar global.

Di sisi lain, perlu ada kebijakan yang melindungi dari efek negatif ketimpangan digital, termasuk isu privasi, keamanan data, dan penyebaran informasi palsu. Regulasi yang kuat dan transparan diperlukan untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak menambah lebar jurang ketimpangan.

Mengatasi ketimpangan digital memerlukan usaha kolektif dan komitmen jangka panjang dari semua pihak. Ini adalah investasi untuk masa depan, dimana teknologi berperan sebagai jembatan, bukan penghalang, menuju kemajuan sosial dan ekonomi yang inklusif. Dengan upaya bersama, kita dapat mengurai benang kusut ketimpangan digital dan membangun dunia dimana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dalam masyarakat informasi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun