Mohon tunggu...
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengamat

Follow our Ig: @anggoroabiyyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Retorika Penanda Semangat Juang Sang Pahlawan

22 Oktober 2021   15:30 Diperbarui: 28 Januari 2024   00:01 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: @anggoroabiyyu

Selang beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, rakyat Indonesia kembali dibuat geram oleh pasukan Belanda. Hal itu terjadi karena pada puncak Hotel Yamato berkibar bendera Belanda. Tentu kejadian tersebut membuat amarah pemuda-pemuda Indonesia semakin membara terutama yang berasal dari Surabaya.

Residen Soedirman, Sidik, Hariyono, dan rekan-rekan lainnya langsung bergerak cepat. Hanya berbekal nyali untuk bertemu dengan pasukan Belanda. Mereka berencana menuntut atas perbuatan yang mereka lakukan. Pada saat di tempat, Residen Soedirman dkk. meminta mereka untuk menurunkan bendera yang tidak selayaknya berada di puncak Hotel Yamato tersebut.

Namun, Ploegman berkepala batu, ia menolak permintaan tersebut. Bahkan Pasukan Belanda bersikap semena-mena dengan mengintimidasi orang-orang yang ada di Surabaya dan mencoba untuk menurunkan bendera merah putih yang ada di kota Surabaya. Hal itu, membuat sumbu dari pemuda-pemuda yang ada di Surabaya menyala. Alhasil, pertempuran pun terjadi dengan sangat hebat. Sehingga, kejadian tersebut dapat menewaskan beberapa orang, baik dari pemuda-pemuda yang ada di kota Surabaya maupun pasukan musuh.

Sebagai tuan rumah, tewasnya beberapa rekan tidak membuat nyali menjadi goyah. Justru hal itu menimbulkan ambisi untuk memenangkan pertempuran tersebut. Tekad itu sudah bulat karena sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa hormat terhadap rekan yang rela gugur mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari para pasukan penjajah.

Setelah itu, ada dua kejadian besar yang terjadi. Para pemuda Surabaya berhasil naik ke puncak Hotel Yamato dan merobek warna biru di bendera Belanda. Selang beberapa waktu, komandan militer Inggris juga dikabarkan tewas saat sedang berada di Jembatan Merah Surabaya. Dua kejadian yang menggemparkan tersebut pun ternyata dapat membuat pasukan penjajah naik pitam dengan bangsa Indonesia.

Namun, pidato dari Bung Tomo dapat membakar semangat pasukan bangsa Indonesia. Sehingga dapat membuat pemuda-pemuda yang memberontak ke penjajah semakin memiliki nyali, sebagaimana untuk memukul mundur para penjajah. Ribuan pejuang bangsa Indonesia tewas dalam pertempuran, begitu juga para pasukan musuh. Para pahlawan bangsa Indonesia tetap berhasil mempertahankan kemerdekaan, sehingga 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan.

Peran Generasi Bangsa dalam 10 November

Tidak lapuk oleh hujan, tidak lekang oleh panas, begitulah gambaran mengenai 10 November hingga saat ini. Bangsa Indonesia yang sudah merdeka tetapi tidak lupa akan jasa para pahlawan. Hal tersebut terbukti dengan adanya apresiasi untuk para pahlawan, sebagaimana setiap 10 November seluruh rakyat Indonesia berbondong-bondong melakukan apresiasi yang dilakukan dengan berbagai cara. Perjuangan zaman sekarang adalah dengan memiliki dan menanamkan rasa serta sikap cinta tanah air sebagai upaya untuk mempertahankan keutuhan juga kedaulatan bangsa dari penjajah.

Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo dan Aulia Fanny (Ed), mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun