Mohon tunggu...
Anggit Wirama Siwidati
Anggit Wirama Siwidati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat Univesitas Gadjah Mada

Saya adalah mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Saya memiliki ketertarikan dalam penelitian dan pengembangan sistem keselamatan di lingkungan kerja serta upaya peningkatan kesejahteraan pekerja melalui pendekatan K3 yang holistik. Melalui Kompasiana, saya ingin berbagi pengetahuan dan perspektif mengenai pentingnya penerapan K3 dalam berbagai sektor, serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan produktivitas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

ECOBRICK : Solusi Efektif dan Cerdas Olah Botol Redam Isu Krisis Plastik

14 September 2024   02:30 Diperbarui: 14 September 2024   02:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Salah satu isu kesehatan lingkungan saat ini adalah sampah.

Pada tahun 2023 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mendata bahwa Indonesia menyumbang sampah sebanyak 38.504.317 ton pertahunnya. Namun, dari seluruh sampah yang dihasilkan, hanya 62,29% yang dikelolah dengan baik. Sampah plastik menduduki posisi kedua sampah terbanyak (19,23%) setelah sampah sisa makanan (39,77%). Dimana 50,86% sampah bersumber dari sampah rumah tangga. Kota Yogyakarta sendiri menyumbang 109.704 ton sampah pertahun atau sekitar 300 ton perharinya dan 31,05% merupakan sampah plastik serta 63,75% sampah bersumber dari sampah rumah tangga.

Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya berasal dari bahan kimia dan sulit untuk diurai. Sampah plastik yang dihasilkan dalam kehidupan sehari hari biasanya dapat berasal dari pengemasan makanan, minuman atau barang lainnya. Banyaknya sampah plastik yang tidak dikelolah menimbulkan adanya fenomena "Darurat Sampah" di Kota Yogyakarta. Masalah ini disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah, keberadaan TPA yang tidak memadai dan kurangnya program monitoring serta evaluasi setiap tahunnya. Masalah sampah perlu menjadi perhatian yang serius karena dapat berdampak pada kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial. Namun, ada solusi inovatif yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik ini? Ecobricks adalah jawabannya. 

Apa itu ecobricks?

Ecobricks merupakan botol plastik yang diisi dengan sampah plastik kering dan telah dibersihkan serta dipadatkan. Ecobricks yang disusun dan diperkuat dengan semen dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan perabotan rumah tangga yang ramah lingkungan. Jadi, pembuatan ecobricks ini dilakukan bukan hanya untuk mengurangi sampah platik, tetapi juga untuk mengubah plastik menjadi benda yang lebih berguna.

Bagaimana cara membuat ecobricks yang efektif dan bermanfaat?

  • Mengumpulkan botol dan kemasan plastik bekas yang sudah tidak digunakan. Memilih ukuran botol sesuai dengan tujuan pembuatan ecobricks
  • Mencuci bersih botol dan kemasan plastik lalu mengeringkannya
  • Memasukkan sampah kemasan plastik ke dalam botol plastik hingga memenuhi seluruh ruang sehingga tidak terdapat ruangan yang tersisa, tujuannya agar ecobricks yang dihasilkan kuat dan kokoh. Sampah kemasan plastik ini dapat dimasukkan dalam keadaan utuh maupun dapat dipotong menjadi beberapa bagian terlebih dahulu.
  • Menutup botol yang telah terisi penuh kemasan plastik dan menyusun botol sesuai dengan produk yang ingin dibuat
  • Merekatkan setiap botol menggunakan lem adesive atau bahan semen gibs agar lebih kuat.

Apakah ecobricks sudah diterapkan di Kota Yogyakarta?

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta megatakan bahwa solusi pengelolahan sampah plastik dengan metode ecobricks sudah dijalankan sejak tahun 2016 di Gajahwong Educational Park. Selain itu, pada tahun 2023 metode ini juga sudah diterapkan Masyarakat Kelurahan Wirobrajan sebagai bahan untuk membuat gapura. Meskipun metode ini telah dikenal dan dinilai efektif, namun ecobricks masih nampak awam di kalangan Masyarakat umum Kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena kurangnya pelatihan dan sosialisasi khususnya kepada Masyarakat sehingga minim keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pelaksanaan ecobricks.

Dari penjelasan tersebut, ecobrick adalah solusi efektif untuk mengurangi sampah plastik di masyarakat. Namun, untuk membuat metode ini lebih dikenal dan digunakan, kita perlu dukungan dari pemerintah agar masyarakat dapat terlibat aktif. Ayo, bersama-sama kita dorong perubahan ini dan membuat ecobricks lebih dikenal luas!.

Referensi:

Bappeda DIY. (2024). Pengelolaan Sampah. Jogja Dataku. https://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/208-pengelolaan-sampah

Iqbal, M., Irianto, R. Y., Kamaludin, A., & Fatmawati, F. (2024). Tantangan Penanganan Sampah di Kawasan Perkotaan (Studi Kualitatif). Jurnal Promotif Preventif, 7(2), 287-294.

Isjoni, M. Y. R., Tambunan, A. M., Agustin, K. N., Nur'Anisah, S., Nabila, I. T., Trinanda, A., ... & Sianipar, F. A. (2024). Inovasi Ecobrick: Solusi Efektif Pengelolaan Sampah Plastik di Desa Sungai Undan. Karunia: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Indonesia, 3(3), 16-25.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun