Mohon tunggu...
Anggit  Setya
Anggit Setya Mohon Tunggu... Buruh - Ademm Atii

Jangan lupa senyum dan bahagia untuk hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Perjalanan Aku dan Saif

3 Juni 2020   01:30 Diperbarui: 3 Juni 2020   01:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi dini hari ini, Rabu, tanggal 3 juni 2020, pukul 01:30 Waktu Indonesia bagian Barat. Aku duduk di kamar sendiri, tanpa ada orang yang menemani. Eyes set to kill bersama Alesana, menemani sepiku dengan lagu-lagunya yang terputar di dalam laptopnya Saif, dengan baik hati meminjamkannya kepadaku. Muhammad Saifudin KW lengkapnya, KW bukan berarti barang non ori lo ya, namun kepanjangan dari Kusuma Winardi.

Kata temen-teman, dia tuh serius banget, walaupun begitu enak diajak guyonan bersama. Kata bang Erwin, “Counter Attacknya sewaktu ngobrol bersama itu lo mas, yang bikin aku betah.” Tanpa saif diantara kita serasa soto ga pake kuah, bisa bayanginkan gimana rasanya? 

Dan yang buat aku salut ni, orangnya tuh fast respon, coba aja chat ke Saif, tidak sampai 5 menit pasti dibalas, walaupun ketika dia rapat kerja, kecuali waktu dia tidur. Dan kali ini aku ingin bercerita mengenai perjalanan kami sowan ke salah seorang gus di Pasuruan.

Sabtu pagi yang cerah, tapi lupa tanggalnya kapan, pokoknya sekitar pertengahan tahun 2018. Aku dan Saif akan sowan ke salah seorang gus di Kota Pasuruan. Namun sebelum tancap gas, kami harus mencari bengkel terdekat, karena kuda besi temanku ini mengalami masalah dengan penutup kunci motor yang barusan dimodifikasi, dan Alhamdulillah tidak jauh dari gang keluar kontrakan, kami menemukan sebuah bengkel.  

Tidak sampai 30 menit lamanya masalah teratasi, waktu sudah menunjukan pukul 10:00 kamipun meluncur, hanya 1 jam 20 menit lamanya untuk sampai di TKP. Karena sudah terdengar adzan dhuhur, kami pun menuju masjid yang jauhnya tidak sampai 20 langkah dari rumah gus yang kami ingin sowani tersebut, aku dan Saif pun menunaikan sholat dhuhur berjamaah. Sejuk ayem tentram itu yang aku rasakan suasana disana, kebetulan dibelakang masjidnya adalah sawah.

Seusai sholat kamipun menuju rumah beliau. Kulihat ada seorang gadis berjilbab pink bersama beberapa temannya di depan teras,
“Assalamualaikum” kata Saif
“Waalaikumsalam” jawab gadis tersebut
“Gusnya ada nduk?”
“Ada mas, silahkan masuk.”
Kami pun masuk, tak lama seorang pria yang kira-kira berusia tidak lebih dari 50 tahun keluar dan mempersilahkan kami masuk. Kamipun menjelaskan maksud kedatangan kami kepada beliau yakni untuk bersilaturahim, dan meminta wejangan untuk bekal kehidupan kami.
Singkat saja, beliau pun bercerita, ada sepasang suami istri datang untuk meminta doa, karena sudah 8 tahun lamanya mereka membina rumah tangga tetapi belum dikaruniai seorang anak. Gus pun menyuruhnya mereka untuk bersabar dan berikhtiar kemudian memberi mereka sebuah amalan sholawat untuk diamalkan setiap hari, dan Alhamdulillah setelah 1 tahun mereka akhirnya dianugrahi oleh Allah seorang anak.

Salah satu kalimat yang ku ingat adalah, “Bukan itu (amalan) yang harus ada di di dalam diri, untuk kita jadikan peganggan, akan tetapi rasa kepada Allah di dalam hati inilah yang harus kita jadikan peganggan dalam hidup.”

Beliau pernah di celakai oleh seseorang, yang menggunakan ilmu hitam. Dalam keadaan sulit, bagaikan telur diujung tanduk, beliau pun tetap tegar, tidak membalasnya, dengan hati yang terus nyambung rasanya kepada Allah, seperti yang telah diajarkan oleh mursid, akhirnya berangsur-angsur penyakitnya pun sembuh dengan sendirinya.  

Aku pun teringat pada cerita syekh Abdul Qadir Jaelani yang berpesan kepada anaknya “Engkau harus bertaqwa kepada Allah, jangan takut kepada siapapun kecuali Allah, Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya, jangan berpegang selain kepada tali_Nya, carilah segalanya dari Allah.”

Dia Allah yang jauhnya tanpa jarak, dekatnya tak bersentuhan. Namun akupun terkadang melupakannya, bagaimana jika aku melakukan bermacam-macam ibadah namun dalam hati ini melupakan-Nya, bagaimana mungkin sewaktu sholat saja teringat mengenai ini dan itu, bukan rasa kepada Allah.

Sudah 2 jam lebih lamanya dan tak terasa baru 15 menit kami duduk bersama beliau, gus pun tahu maksud kami untuk pulang dan mempersilahkan kami untuk pamitan, semoga keberkahan selalu menyertai kepada beliau serta keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun