TAHUKAH Anda bila hari ini, 29 April, adalah peringatan hari Posyandu Nasional. Sebuah hari penting yang mungkin saja terdengar asing di telinga kebanyakan orang.
Pertanyaan-pertanyaan seputar posyandu mungkin saja langsung menghambur. Apakah masih ada posyandu, kok ada peringatan hari posyandu nasional ?
Bukankah posyandu itu kegiatan sekumpulan ibu-ibu rumah tangga saja, masih relate kah dengan kondisi kekinian ?
Yang pasti jangan lontarkan pertanyaan-pertanyaan  Anda itu ke ibu-ibu di Surabaya. Setidaknya biar Anda semua tidak menutup muka dan menanggung rasa malu yang hebat.
Percayakah Anda bahwa di Surabaya kegiatan posyandu itu begitu bermakna dan menjadi gerakan massa yang hebat.
Bukankah kita kerap membayangkan bahwa Surabaya adalah kota besar dengan individualisme tinggi. Urusanku, urusanku. Urusanmu, urusanmu.
Di Surabaya, posyandu bukan lagi sekumpulan ibu-ibu rumah tangga yang mengurus balita di lingkungannya, lalu pulang dan berganti rutinitas domestik : mulai cuci pakaian, menyapu rumah hingga memasak. Dan, besok mengulang rutinitas yang sama lagi.
Posyandu Surabaya adalah gerakan massa yang sudah mencapai next level. Terbukti, secara taktis gerakan yang dimotori kaum hawa itu bisa habis-habisan menekan laju angka stunting. Bahkan, karenanya, Surabaya mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat. Dari semula sebagai kota dengan angka stunting tinggi, menjadi kota yang berprestasi di bidang kesehatan.
Semuanya dikarenakan oleh gerakan ibu-ibu di sana. Posyandu menjadi gerakan massa yang hebat dan sistematis. Semua kelurahan punya.
Kebetulan, saya pernah mengamati bagaimana geliat dan semangat para ibu di Surabaya. Berjam-jam pula, saya ikuti paparannya. Hingga, ujungnya pada sebuah kesimpulan: mereka hebat betulan.
Posyandu di Tandes misalnya, ternyata berisi ibu-ibu tangguh dengan semangat berlipat-lipat. Yang  juga perlu Anda tahu, di sana juga ada bapak-bapak yang peduli pada stunting. Mungkin mereka terpikat semangat para ibu-ibunya.