Wonosobo (27/01/2022) Saat ini, masalah gizi kesehatan masyarakat sangat beragam dan kompleks. Masalah gizi dapat dialami oleh setiap kelompok mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, maupun lansia. Salah satu kelompok yang dapat mengalami masalah gizi adalah kelompok remaja. Remaja rentan mengalami masalah kekurangan gizi seperti kekurangan zat besi. Salah satu dampak dari kekurangan zat besi adalah anemia.
Anemia adalah kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari standar. Jumlah sel darah merah yang tidak mencukupi tersebut akan mengganggu mekanisme pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh. Biasanya anemia ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin <12 gr/dl bagi remaja putri.Â
Sekitar 30% atau sekitar 15 juta penduduk dunia mengalami anemia. Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian anemia pada remaja putri di negara berkembang sekitar 27%. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018, adalah sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia.Â
Jumat 21 Januari 2022, di SMP N 2 Leksono, salah satu SMP yang dekat dengan Desa Manggis,Kecamatan Leksono,Kabupaten Wonosobo, mahasiswa KKN UNDIP melakukan sosialisasi "Remaja Sehat Bebas Anemia". Hal tersebut didasari oleh rendahnya pengetahuan remaja mengenai anemia. Masih banyak remaja di lokasi setempat yang belum mengetahui tentang anemia. Padahal, kejadian anemia rentan terjadi pada masa remaja dan menimbulkan dampak yang serius bahkan dapat berlanjut pada fase kehidupan selanjutnya. Menurut informasi dari sekolah setempat, sebenarnya pernah dilakukan program pemerintah melalui puskesmas yaitu minum tablet tambah darah bersama sebagai upaya pencegahan anemia khususnya bagi remaja putri sebelum masa pandemi. Saat ini kegiatan tersebut belum dilakukan kembali karena terkendala oleh pandemi.
Sosialisasi remaja sehat bebas anemia ditujukan untuk kelompok remaja putri SMP N 2 Leksono, karena remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibandingkan remaja putra. Kelompok remaja putri yang mengikuti sosialisasi adalah remaja kelas 9. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan dua media edukasi yaitu dengan power point dan poster. Poster juga ditempelkan di sekitar sekolah agar remaja lain yang tidak mengikuti sosialisasi juga tetap dapat memperoleh informasi mengenai anemia dan langkah pencegahannya.Â
Materi yang disampaikan dalam sosialisasi antara lain mengenai pengertian anemia, tanda dan gejala, dampak, alasan remaja putri rentan anemia, langkah pencegahan,dan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Kegiatan sosialisasi juga dilaksanakan secara online melalui grup whatsapp untuk diskusi bersama. Terbentuknya grup whatsapp tersebut bertujuan untuk menampung pertanyaan dan pembagian materi kepada remaja agar dapat dipelajari lebih lanjut.Â
Pada saat pelaksanaan sosialisasi, remaja tampak antusias dan tertarik dengan materi yang disampaikan. Awalnya remaja putri belum memahami tentang anemia, setelah kegiatan tersebut yaitu pada akhir sesi dilakukan tanya jawab dan remaja putri aktif menjawab. Hal tersebut menandakan adanya peningkatan pengetahuan remaja terkait anemia. Menurut mereka sosialisasi seperti ini perlu digencarkan karena dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kesehatan
Sosialisasi Remaja Sehat Bebas Anemia ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam membantu menurunkan prevalensi anemia remaja di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan dalam pencapaian SDG's ke 2 khususnya untuk menyelesaikan segala bentuk masalah gizi yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H