Beberapa menit, ia memutar badannya menuju ke arah pintu yang sudah terbuka, kaki kanannya berjalan, diiringi hentakan kaki kiri, hingga keduanya seirama berjalan menyusuri jalan keluar lorong.Â
Seberkas cahaya menyilaukan pandangan. ia percaya jika itu ruang masa depan.Â
Lelaki itu keluar tanpa sepatah kata. Apakah ia merasa lega setelahnya? Mungkin iya, mungkin tidak. Yang ia rasakan hanya kebebasan. Belenggu yang mengurungnya selama ini sedikit demi sedikit sudah terkikis.Â
Seperti cerutu yang dibakar, meskipun butuh waktu lama untuk habis, namun perlahan api tetap membakar setiap bagiannya hingga tak tersisa.Â
Cahaya itu menghantarkan Lelaki itu ke gerbang baru sebuah harapan. Ia yang dulu gelap, kini memapah seberkas terang.Â
Banyak kisah yang ia tinggalkan di lorong itu. Ia biarkan saja tersapu angin lalu, tanpa ia ketahui.Â
Dia sudah bodo amat dengan segala kesengsaraan hidupnya. Hanya perkara satu wanita, hidupnya hancur berantakan.
Puzzle yang tak berbentuk itu coba ia tata ulang kembali. Harapnya, kali ini hanya satu, menjemput harap baru.Â
Jalan hidupnya kini mulai ia jadwal kembali. Lelaki yang semula berantakan, mencoba rapi untuk bertemu suasana.Â
Ia sendiri pun tak tahu suasana apa yang akan ia temui esok. Dia hanya terlihat bebas, melepas rantai yang mengikat tubuhnya selama ini.Â