Mohon tunggu...
Anggita Zahrani Putri
Anggita Zahrani Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar menulis, segala ia tulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Batin Tokoh Asmara Jati Dalam Novel Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori

21 Desember 2023   11:59 Diperbarui: 21 Desember 2023   12:08 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Leila S. Chudori merupakan seorang penulis yang namanya sudah tidak asing dalam dunia sastra Indonesia. Leila merupakan salah satu sastrawan yang mengawali debutnya sejak masih kecil. Dari banyaknya novel yang sudah Leila tulis salah satunya berjudul Laut bercerita. Novel terbitan tahun 2017 ini mengangkat tema tentang persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Novel setebal 394 halaman ini, mengingatkan pembacanya akan era reformasi tahun 1998 yang penuh akan kekejaman dan kepahitan bagi pembela rakyat. 

Dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Pada bagian pertama, kisah dan narasi akan diceritakan oleh tokoh utamanya yaitu Biru Laut. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati yang merupakan adik dari Biru Laut. 

Pada bagian kedua novel Laut Bercerita menyajikan kehidupan-kehidupan para keluarga aktivis yang mengalami rasa kesedihan, kehilangan, keputusasaan, dan konflik batin. Asmara Jati salah satu tokoh yang mengalami konflik batin, dia harus berperang dengan batinnya dalam menghadapi kedua orang tuanya yang tidak menganggap keberadaannya setelah mengetahui hilangnya sang kakak, Biru Laut. Asmara juga harus menghadapi sikap para orang tua aktivis yang belum bisa menerima kehilangan anaknya yang tergabung dalam lembaga khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa. 

Konflik batin yang Asmara rasakan bermula ketika Ayah dan Ibunya mendapatkan kabar bahwa Laut hilang karena hal tersebut kedua orang tuanya hanya berfokus mencari keberadaan Laut sehingga Asmara merasa kedua orang tuanya tidak lagi menyayanginya. 

Asmara merasa kurang diperhatikan dan tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Dikutip dari halaman 318 saat Asmara sedang memotong bawah dan mendengar ucapan ibunya yang memintanya untuk mencuci pisau yang sudah dipakai untuk memotong bawang dengan menggunakan jeruk nipis karena Laut tidak suka jika pisaunya bau bawang, padahal kenyataannya keberadaan Laut saja tidak diketahui. Hal tersebut membuat Asmara menangis bukan karena memotong bawang tetapi karena ucapan ibunya

Ada tiga konflik batin yang Asmara rasakan diantaranya: Kecemasan, terlihat pada saat ia mendengar pergerakan laut dan kawan-kawannya saat itu sudah mulai diintai oleh intel dan ketika Asmara harus menghadapi sikap Anjani yang belum menerima kenyataan kalau Laut sudah tiada seperti dalam kutipan berikut 

‘Meski dari jauh, aku mengenali rambutnya yang berminyak, tak beraturan dan pasti jarang menyentuh sisir. Anjani kemudian mengambil foto-foto di atas map dan memperlihatkannya kepadaku. Aku memperhatikan fot itu satu per satu. Lalu wajah Anjani yang kini sudah basah entah oleh air mata atau keringat tapi mata itu menunjukkan sesuatu yang membuatku jeri, suatu sinar keyakinan dan keras kepala. Sikap yang ku kenal dan kutemui hampir setiap hari di rumah.’

Kebimbangan, terlihat saat Asmara yang enggan memikirkan nasib Laut dan kawan-kawannya yang mungkin sudah tiada. Selain itu kebimbangan yang Asmara rasakan ketika mendengar kabar ketika kakaknya dan dua temannya menghilang seperti yang digambarkan pada kutipan berikut.

‘Tak tergambarkan bagaimana reaksi Bapak dan Ibu ketika Anjani mendapatkan kabar tentang Mas Laut yang menghilang pada ulang tahunku 13 Maret. Aku bahkan tak bisa berbagi kesedihan dengan siapapun ketika belakangan kami menyadari bahwa Alex dan Daniel tampak hilang di hari yang sama.’

 Asmara juga sempat menolak fakta tentang tong-tong yang dilihat oleh Pak Hasan dan teman-temannya itu berisi Laut dan teman-temannya yang hilang seperti dalam kutipan ‘Meski Pak Hasan mencoba menetralisir kisahnya dengan ketidakpastian isi tong aku tetap tak bisa dan tak akan mau membayangkan bahwa di masa peradaban seperti ini masih ada kebuasan yang tak terperi.’ Kekecewaan, terlihat saat Asmara merasa kecewa dengan tindakan orang tuanya yang seolah-olah mengabaikan keberadaannya dan hanya fokus mencari keberadaan kakak sulungnya. Terlihat pada kutipan sebagai berikut.

 ‘Ibu menunduk. Tangannya bergetar mengelus-elus bingkai kaca itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun