Demak -- Di sela-sela kala liburan semester, salah satu mahasiswi UNNES GIAT 9 Desa Temuroso mengenalkan adanya program 'Sastra Masuk Kurikulum' kepada anak-anak usia 10 sampai 12 tahun yang berada di sekitar wilayah posko.
Mahasiswi UNNES GIAT 9 tersebut diketahui berasal dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2021, bernama Anggita Sonyaruri. Dengan program kerja berjudul "Sosialisasi Pengenalan 'Sastra Masuk Kurikulum kepada Anak-Anak Desa Temuroso", diharapkan sejak dini anak-anak di Desa Temuroso dapat menggemari karya sastra yang amat beragam manfaatnya.
Dewasa ini, Kemendikbud baru saja mengeluarkan buku panduan yang berisi tentang daftar rekomendasi karya sastra yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka. Program ini, memberitahukan adanya rencana Kemendikbud dalam menjadikan Sastra sebagai salah satu mata pelajaran sekaligus bahan ajar bagi pembelajaran lain yang mendukung elemen Profil Pelajar Pancasila. Penggunaan buku sastra atau karya sastra yang direkomendasikan tersebut, bertujuan agar dapat meningkatkan angka minat baca, membubuhkan empati, mampu mengasah daya kreativitas, serta pola berpikir kritis pada peserta didik.
Kegiatan sosialisasi dimulai dengan diberikannya edukasi terkait penjelasan definisi sastra, bentuk karya sastra, contoh karya sastra, dan cara menulis karya sastra. Seusai penjelasan, anak-anak akan diarahkan untuk membaca satu judul cerita pendek yang telah disiapkan. Kemudian, anak-anak diberikan penjabaran mengenai struktur cerita pendek yang terdiri atas orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Kala semua anak dapat memahami struktur cerpen, dimulailah sesi praktik menulis cerpen yang dipandu langsung oleh mahasiswi tersebut. Pada akhir sesi menulis, anak-anak akan mendapatkan beberapa bentuk stiker lucu yang bisa ditempelkan pada hasil karya masing-masing agar lembaran cerpen menjadi lebih menarik.
Sehabis seluruh anak-anak menyelesaikan cerpennya, mahasiswi tersebut memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berani menceritakan cerpen di depan teman-teman lainnya. Hal itu dilakukan agar dapat melatih kemampuan berbicara publik pada anak-anak yang diketahui kebanyakan di antaranya memiliki kepercayaan diri yang kurang. Tak lupa, hadiah akan diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada anak pemberani tersebut.
Sosialisasi tersebut dilaksanakan untuk menunjukkan kegembiraan akan diliriknya Pembelajaran Sastra sebagai salah satu mata pelajaran reguler yang memang seharusnya memiliki pemaparan tersendiri dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Besar harapannya, bahwa dengan bantuan karya sastra dalam proses pembelajaran dapat semakin membiasakan anak-anak untuk gemar membaca dan mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H