Pagi ini dimulai dengan mengobrol dengan suami. Obrolan seputar calon manusia baru yang diperkirakan lahir pertengahan bulan depan. Banyak persiapan yang dilakukan terutama mencari informasi bagaimana cara mendidik dan membesarkan anak.Â
Suami sendiri suka sekali membaca buku terkait parenting, salah satunya buku yang berjudul Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak. Saya sendiri lebih suka mengamati dari lingkungan sekitar dan pengalaman pribadi.Â
Menurut saya pribadi, poin penting ketika membesarkan anak adalah tidak menganggap anak sebagai perpanjangan tangan impian orang tua. Bisa juga dengan menganggap bahwa anak itu seperti orang lain yang punya jalan pikiran sendiri dan jalan hidup sendiri. Membuat impian orang lain terwujud memang hal yang menyenangkan, tapi dengan syarat bahwa hal tersebut harus dari keinginan sendiri.Â
Saya terinspirasi dari salah satu Quoran terkait mendidik anak bahwa dari kecil anak sudah harus diperkenalkan tentang apa yang dia inginkan. Anak dibiarkan memilih apa yang dia inginkan, misal ketika berbelanja baju dapat ditanyakan mana yang paling disuka, dsb.Â
Tentunya membuat anak memilih akan datang dengan konsekuensi jika pilihannya tak diwujudkan. Hal yang bisa dibayangkan adalah tantrum di tempat umum.Â
Terkadang hal tersebut dapat mengganggu, tetapi untuk sebuah pembelajaran tetap diperlukan. Bermula dari mengenali keinginan ini, nantinya sang anak dapat pelan-pelan belajar tentang tanggung jawab, cara meraih keinginan, kebutuhan, dan lain sebagainya.Â
Saya juga ingat pernah baca di blog orang lain (saya lupa blognya) tentang membesarkan anak sesuai dengan jati dirinya. Istilah yang beliau pakai dalam blognya bukan membesarkan anak, tetapi membersamai anak menemukan jati diri anak.Â
Beliau beranggapan bahwa sejatinya sebagai orang tua tidak akan pernah tahu untuk apa seorang anak itu ada dan seorang anak pasti dibekali dengan tujuan tertentu.Â
Untuk menemukan tujuan itu tentulah anak sendiri yang harus menemukan. Kemudian apakah peran orang tua? Membersamai dan menyiapkan berbagai sumber daya apabila dibutuhkan.Â
Pengalaman mengajarkan apabila orang tua terlalu ikut campur dalam pengambilan keputusan anak, ketika sudah saatnya anak lepas dan bekerja sendiri, mereka akan kebingungan. Melanjutkan mimpi orang tua karena paksaan atau mencoba berbagai hal baru dengan risiko gagal.Â
Ada pula yang tetap lanjut dengan mimpi orang tua, tetapi penuh dengan jalan berliku yang bahkan dapat memunculkan depresi dan berbagai benturan berupa fisik atau mental.Â