Mohon tunggu...
Anggita Prawinasari
Anggita Prawinasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Hallo! Saya Anggita. Saya adalah mahasiswa di Universitas Airlangga. Hobi saya adalah menonton film dan mendengarkan musik. Topik konten favorit saya yaitu seputar karir, kesehatan, media, pendidikan, dan sosial. Saya baru belajar menulis artikel, mohon dukungannya.Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akhiri Budaya Senioritas: Panggilan untuk Perubahan Bersama

30 Mei 2024   09:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   16:07 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa minggu yang lalu, kasus senioritas di lingkungan pendidikan kembali menyita perhatian publik. Pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2024, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang seharusnya tengah menjalani masa-masa studinya menjadi korban dari budaya senioritas yang mematikan. Korban tewas setelah mendapat lima pukulan di ulu hati oleh seniornya. Miris bukan? Kalau sudah seperti itu siapa yang berhak disalahkan? Hanya sang pelaku atau sekaligus lembaga pendidikan yang kurang awas?

Kasus ini menjadi tamparan telak bagi kita semua bahwa sistem pendidikan di negara kita masih lemah, sekaligus menyiratkan urgensi untuk mengakhiri siklus kekerasan yang banyak terjadi di institusi pendidikan di seluruh negeri. Kasus seperti yang terjadi di STIP menjadi bukti menyakitkan bagaimana budaya senioritas telah merasuki budaya sekolah dan perguruan tinggi. Di sisi lain saat kita merenungi insiden ini, kita juga harus bertanya pada diri kita sendiri: benarkah jika kita hanya membiarkan budaya senioritas dan kekerasan ini terus berlanjut? Atau haruskah kita mulai bergerak dan berdiri bersama untuk menciptakan perubahan?

Mengakui bahwa masalah senioritas dan kekerasan bukanlah masalah sepele merupakan langkah pertama yang dapat kita lakukan. Kita harus mengakui bahwa senioritas merupakan virus sosial yang merusak integritas dan moralitas sebuah institusi pendidikan. Kita perlu menyadari bahwa setiap tindakan kekerasan dan penindasan atas dasar senioritas adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Bukan hanya soal mewujudkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, tetapi juga tentang melindungi hak asasi setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan.

Selain itu, dalam mengatasi masalah ini perlu tindakan konkret dan terukur dari pihak yang berwenang. Implementasi kebijakan nol toleransi terhadap budaya senioritas dan kekerasan, penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku, serta peningkatan kesadaran dan edukasi adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengubah budaya dan norma yang menguntungkan senioritas.

Namun kita juga harus mengakui bahwa perubahan tidak akan terjadi secara instan. Oleh karena itu komitmen, kesabaran, dan kolaborasi dari semua pihak terkait sangat diperlukan. Kita semua, sebagai individu, orang tua, pendidik, serta pemimpin memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang komprehensif, adil, aman dan nyaman bagi semua siswa.

Kasus yang terjadi di STIP harus menjadi cambuk bagi kita semua. Tidak seharusnya kita hanya diam menyaksikan seseorang kehilangan nyawa karena kebrutalan budaya senioritas. Inilah saatnya untuk kita bersatu mengakhiri siklus kekerasan ini dan mewujudkan masa depan pendidikan yang lebih baik, bebas dari budaya senioritas dan kekerasan bagi generasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun