Mohon tunggu...
ANGGITA MARALIA PUTRI
ANGGITA MARALIA PUTRI Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 10 Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Penikmat ilmu linguistik, pedagogik, dan psikologi. Bangga menjadi seorang muslimah dan istri dari Bapak Adi Wijoyo. Pembelajar seumur hidup. Belajar menulis di Kompasiana ;)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perspektif Multikultural dalam Pengembangan Materi Ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

4 September 2012   05:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:56 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan semakin terbukanya pergaulan dunia melalui globalisasi, pasar terbuka, perusahan multinasional, dan politik maka peluang bahasa Indonesia untuk dipelajari orang asing semakin besar. Orang asing semakin banyak dan berminat belajar bahasa Indonesia, termasuk di dalamnya budaya Indonesia. Secara akademis, belajar bahasa sekaligus belajar budaya. Budaya Indonesia yang beragam dan representasi dari daerah-daerah di Indonesia mendorong pula orang asing mempelajari budaya Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asli. Perbedaan tersebut bukan hanya dari faktor B1 pemelajar, tetapi juga dari faktor usia, pendidikan, pekerjaan, dan budaya pemelajar. Persamaannya, mereka sama-sama belajar bahasa Indonesia dengan empat kompetensi, yakni membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

Keanekaragaman latar belakang pemelajar BIPA menggambarkan adanya variasi tujuan pembelajaran yang spesifik. Namun demikian, tujuan belajar bahasa Indonesia bagi penutur asing pada umumnya adalah agar pemelajar terampil menggunakan bahasa Indonesia secara komunikatif dan pragmatis. Oleh karena itu, penentuan materi pembelajaran harus dilandasi tujuan pembelajaran pada umumnya dan tujuan spesifik yang ada.

Menurut pengamatan penulis, secara umum materi pembelajaran BIPA di tanah air cenderung mengutamakan pengenalan unsur-unsur kebahasaan. Kondisi ini jelas tercermin dari silabus dan buku pelajaran yang dipakai. Hal ini dimungkinkan karena unsur-unsur linguistik seperti imbuhan, konjungsi, dan sebagainya dalam bahasa Indonesia sangat kondusif untuk diceramahkan. Akibatnya, pembelajaran BIPA bermuara pada pembelajaran yang berorientasi pada tata bahasa.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan inovasi pada cara pandang pengajar BIPA dalam mengemas materi ajar yang mengarah pada keterkaitan materi dengan kehidupan keseharian pemakai bahasa Indonesia yang berasal dari berbagai suku dan budaya. Mengingat pula bahwa kebanyakan pemelajar BIPA adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan profesi, memiliki pengalaman mancanegara, latar belakang sosial, budaya, dan politik yang berbeda-beda. Perspektif multikultural dalam materi ajar direkomendasikan mampu melakukan kondensasi terhadap pengalaman budaya dan cara pandang pemelajar dalam menguasai bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemelajar BIPA dapat menguasai bahasa Indonesia sesuai dengan konteks budaya.

Materi pembelajaran BIPA perlu dikembangkan dengan lebih banyak menggali potensi keberanekaragaman budaya Indonesia untuk menuntun pemelajar sehingga mereka memiliki kepekaan tinggi untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Materi ajar ini tidak diupayakan mengajarkan budaya, tetapi menanamkan kesadaran budaya Indonesia, segala sesuatu yang berkenaan dengan Indonesia pada pemelajar BIPA. Ada beberapa hal yang dapat dicermati di sini bahwa kesadaran tentang budaya Indonesia ini bukan hanya melingkupi apa yang kasat mata seperti: tarian, drama, adat istiadat, praktik-praktik keagamaan, tetapi hal tersebut juga melingkupi permasalahan yang tak kasat mata, misalnya konsep menghormati yang lebih tua, konsep kekeluargaan, memberi dan menerima pujian, meminta maaf, keterusterangan, kritik dan sebagainya yang semuanya dapat diintegrasikan dengan empat keterampilan berbahasa. Hal ini dapat juga meningkatkan keterampilan berbahasa yang lebih akurat.

Upaya ini sama sekali tidak mengarah kepada kecintaan pada budaya sendiri atau narsisme budaya Indonesia karena pada dasarnya tidak ada satu pun budaya yang tertutup sama sekali dari pengaruh kebudayaan lainnya. Maksud lain di balik upaya tersebut adalah untuk meminimalkan konflik yang belakangan ini kerap terjadi di dunia, baik konflik antarnegara maupun antardaerah atau suku, bahkan agama. Munculnya konflik sering disebabkan karena perbedaan suku atau etnis, budaya, agama, dan lain-lain.

Perspektif multikultural dalam penelitian ini diimplementasikan ke dalam pilihan model teks (bacaan atau sastra). Misalnya, pilihan teks yang antikekerasan, memperkenalkan budaya-budaya lokal di Nusantara yang meliputi aspek material maupun nonmaterial, antara lain: religi dan keagamaan, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup, teknologi dan peralatan, serta kemampuan beradaptasi dan keunikan masyarakat setempat. Wujud kebudayaan tersebut dapat berupa gagasan, perilaku, dan benda. Topik-topik tugas dalam materi ajar dipilih yang dapat mengembangkan perspektif multikultural, seperti menghormati dan menghargai masing-masing budaya, melakukan kritik secara tegas dan santun, dan sebagainya.

Dalam mengembangkan materi ajar ini, keempat keterampilan bahasa tersebut dikemas secara integratif. Integratif ini merujuk pada integratif unsur bahasa dan integratif keterampilan berbahasa. Untuk mengikat keseluruhan materi, penentuan tema pembelajaran dikaitkan dengan budaya Indonesia dalam perspektif multikulultural.

Pengembangan materi ajar BIPA ini mengintegrasikan keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara yang di dalamnya terdapat pengetahuan tata bahasa, kosakata, dan pelafalan, dengan pengenalan budaya-budaya lokal Nusantara. Nama diri, nama keluarga, marga, kekhasan nama, keluarga dan kekerabatan, tradisi, alat musik, tarian, makanan, batik, peristiwa budaya, dan idiom-idiom bahasa merupakan beberapa konten budaya yang akan diintegrasikan dengan keterampilan-keterampilan bahasa.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran BIPA yang diantaranya sebagai sarana untuk memperkuat eksistensi bahasa Indonesia dalam fungsinya sebagai alat penghubung antarwarga dan antarbudaya; memperkenalkan tradisi dan menyebarluaskan budaya Indonesia; serta memperkaya khasanah bahasa dan sastra Indonesia akan dapat terwujud melalui pengembangan materi ajar ini. Dengan begitu, bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.

Salam,

Anggita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun