Mohon tunggu...
ANGGITA MARALIA PUTRI
ANGGITA MARALIA PUTRI Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 10 Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Penikmat ilmu linguistik, pedagogik, dan psikologi. Bangga menjadi seorang muslimah dan istri dari Bapak Adi Wijoyo. Pembelajar seumur hidup. Belajar menulis di Kompasiana ;)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bersaing dengan Orang Asing dalam Mencintai Bahasa Indonesia

28 Agustus 2012   04:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak menguatnya arus globalisasi, terbukanya perdagangan bebas, terwujudnya kerja sama dalam bidang pendidikan, terbentuknya aneka wadah seperti APEC (The Asia-Pacific Economic Coorperation), AFTA (The Asean Free Trade Area), WTO (The World Trade Organization), derasnya arus kunjungan wisata, dan mobilisasi penduduk antarbangsa, banyak penutur asing yang berminat mempelajari bahasa Indonesia. Hal itu didasarkan atas kenyataan bahwa hubungan antarbangsa terus berkembang sehingga kebutuhan akan bahasa sebagai alat komunikasi semakin meningkat.

Bagi orang asing, belajar bahasa Indonesia diperlukan sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu, misalnya pekerjaan, mengenal dan mempelajari budaya Indonesia, berwisata, berbisnis, mencari data untuk kepentingan riset dalam rangka memperoleh gelar, dan untuk kepentingan politik. Hal itu membuktikan bahwa kepedulian terhadap bahasa Indonesia tidak hanya datang dari orang Indonesia, tetapi juga dari bangsa asing. Dari tahun ke tahun, jumlah bangsa-bangsa lain yang mempelajari bahasa Indonesia selalu menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang menggembirakan.

Pemerintah Republik Indonesia (RI) pun mendukung upaya ini. Salah satu wujudnya adalah melalui Program Darmasiswapada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu pemberian beasiswa RI kepada mahasiswa asing dari negara-negara sahabat untuk belajar bahasa Indonesia, seni musik dan seni tari tradisional, seni kriya serta bidang studi lainnya pada lembaga perguruan tinggi di Indonesia.

Tak terasa sudah hampir enam tahun saya menekuni bidang pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di salah satu universitas negeri di Jakarta. Saya menganggap upaya ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkembangkan bahasa Indonesia dalam ranah dunia internasional. Juga membuka mata masyarakat Indonesia yang sebagian di antaranya kerap mengecilkan bahasa kita ini. Orang asing saja bangga kok menggunakan bahasa Indonesia, mengapa kita yang konon pemilik sah bahasa ini terkadang lebih suka menggunakan bahasa indonenglish. Apakah itu untuk sekadar gengsi agar dipandang berkelas? Entahlah, mungki ada motivasi lain. Menurut saya, sebenarnya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan tepat, itu secara otomatis dapat menunjukkan kualitas diri kita. Seperti yang diungkapkan seorang penulis dan budayawan, Ajip Rosidi, bahwa “bahasa menunjukkan bangsa”. Artinya, dengan mendengar dan mengamati cara seseorang bicara, kita bisa mengetahui apakah dia orang berbangsa atau hanya orang kebanyakan.

Mahasiswa asing saya yang belajar bahasa Indonesia tidak sedikit yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu mudah karena tidak mengenal tingkatan waktu. Maksudnya adalah walaupun kejadian tersebut terjadi kemarin, sekarang atau pun besok, kata yang dipergunakan tetaplah sama.Selain itu, jumlah benda pun tak mempengaruhi kata yang diterangkan. Berbeda halnya dengan bahasa Inggris yang memiliki tingkatan kata dan kalimat berdasarkan waktu, jumlah benda, dan lain sebagainya. Mungkin itu merupakan salah satu motivasi mereka yang terlihat sangat semangat mempelajari bahasa Indonesia.

Kembali ke perihal BIPA di atas, tujuan pembelajaran BIPA pada hakikatnya adalah agar pemelajar memiliki pengetahuan kebahasaan bahasa Indonesia, bersikap positif terhadap bahasa Indonesia dan kegiatan berbahasa Indonesia, serta terampil menerapkan pengetahuan tersebut dalam setiap tindak berbahasa Indonesia sesuai konteks budaya.Dengan demikian, pembelajaran BIPA ini merupakan salah satu sarana untuk memperkuat eksistensi bahasa Indonesia dalam fungsinya sebagai alat penghubung antarwarga, antarbudaya, dan antarnegara; memperkenalkan tradisi dan menyebarluaskan budaya Indonesia; serta memperkaya khasanah bahasa dan sastra Indonesia sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.

Memang sungguh membanggakanketika bahasa kita ternyata dikagumi bangsa selain bangsa Indonesia. Dengan begitu, bukan mustahil jika bahasa Indonesia kelak mampu menjadi bahasa Internasional.Bahasa Indonesia adalah bahasanya orang Indonesia. Siapa lagi yang akan mempertahankan, merawat serta melestarikan bahasa kita agar tidak hilang ditelan zaman kalau bukan kita warga negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun