Beberapa hari yang lalu, saya naik bus TransJakarta yang penuh dan sesak dari halte UNJ Rawamangun menuju Dukuh Atas. Saya pun berdiri, tak dapat tempat duduk. Aahh... Ini sudah biasa bagi saya. Meski kondisi dalam bus ini tidak senyaman dulu, transportasi massal milik Pemda DKI Jakarta ini memang semakin banyak “penggemarnya”. Mungkin salah satu penyebabnya karena harga tiket yang sangat terjangkau, yakni Rp2.000 pada pukul 05.00-07.00 dan Rp3.500 pada pukul 07.00-22.00.
Nah, kembali ke cerita saya ya, ketika bus sampai Halte Matraman, ada seorang wanita berbadan sangat subur kira-kira berusia 33 tahun mencoba untuk ikut naik dan berdesakan di bus yang sudah memulai operasi sejak 2004 lalu itu. Wanita tersebut masuk dengan terburu-buru dan berusaha terus untuk mendorong orang yang ada di depannya agar dia mendapat tempat berdiri yang nyaman. Kebetulan waktu itu saya berdiri dekat dengan pintu kiri bus (yang ditutup), jadi agak leluasa melihat penumpang yang baru masuk. Karena wanita itu mempunyai tenaga besar untuk mendorong, akhirnya ada satu penumpang yang jatuh tepat di depan wanita itu, yakni seorang bapak bertubuh mungil. Selang beberapa detik, bus itu pun mengerem mendadak. Eeeeeeeeh tak disangka, ternyata wanita itu pun jatuh dan badannya menimpa orang yang ada di belakangnya. BRUUKKK.. Posisinya jatuhnya duduk, syukurlah tidak mengenai kepala. Ada cekcok sedikit antara wanita jumbo itu dengan bapak mungil tadi. Melihat kejadian itu, suasana dalam bus mendadak ramai. Ada suara teriakan histeris sekaligus tawa yang ditahan. Saya dan beberapa penumpang spontan menolong wanita itu dan korban yang terkena tindihan.
Tak hanya sampai di situ, ada kejadian lucu dan menggelikan dalam insiden tersebut. Ketika saya ingin membantu wanita itu untuk berdiri, ternyataaaaa wanita itu (maaf) “buang gas alami” dengan suara seperti bom molotov yang begitu dahsyat, DUUUUUUUUT...... sehingga satu per satu penumpang mengaku mencium aroma yang kurang sedap, menusuk, juga mengganggu yang dicurigai keluar dari wanita itu (uppss.. saya tidak menuduh lho, hehehe). Alhasil satu per satu penumpang mencoba keluar di tiap halte yang ada. Di Halte Manggarai, Pasar Rumput, banyak sekali penumpang yang turun hahahahaha.. Padahal biasanya tidak sebanyak itu. Saya tidak tahu mereka turun di halte tersebut memang tujuannya di situ ataukah karena efek insiden “bom molotov” tadi??? hihihi.... Tapiiiiiiiii yang jelas, akhirnya saya dan wanita yang terjatuh tadi mendapat tempat duduk yang nyaman setelah berdiri lama dan berdesak-desakkan. Ahhhhh enaknya.......Oooh inikah yang dinamakan, “sengsara membawa nikmat” dan ”berakit-rakit ke hulu, baru berenang-renang ke tepian, ujarku dalam hati sembari tertawa kecil.
Alhasil, kami pun duduk bersebelahan dan saling berbincang. Ternyata wanita itu sangat supel dan agak gokil juga. Dengan kaos oblong, celana jeans pendek nan belel, berkacamata, dan tatto kupu-kupu di betis kirinya, wanita berbadan jumbo itu terlihat sangat percaya diri. Kami pun hanyut dalam obrolan. Salah satunya tentang kondisi Bus Tranjakarta yang kondisi fisiknya sekarang sudah tampak usang, eternit mengelupas, dan ada beberapa bagian yang karatan. Namun, itu tak terlalu masalah, yang paling menjengkelkan adalah ketika berdesakan di dalam bus. Mending hanya berdesakan, lha ini sama sekali “tidak bisa bergerak”. Padahal seperti yang diketahui, pengguna Bus TJ ini semakin hari semakin meningkat, tapi sayang hal itu kurang diimbangi dengan penambahan jumlah unit bus sehingga desakan dan antrean di kala jam-jam sibuk di ibukota sulit dihindari. Mungkin ada benarnya juga ungkapan guyon yang mengatakan bahwa ibukota lebih kejam daripada ibu tiri, hahaha.. Duuh semoga kejadian “Bom Molotov” di Bus TransJakarta ini tidak terulang kembali. Aamiin...
Senyum hangat
Anggita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H