Mohon tunggu...
Anggita EkaNuril
Anggita EkaNuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Universitas Negeri Malang

Fokus kepada Keuangan Perbankan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Green Investment: Mendukung Indonesia Menuju Target Rendah Karbon 2030

20 Oktober 2023   02:44 Diperbarui: 20 Oktober 2023   02:50 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Investasi Hijau. Sumber: Pixabay/Dorothe. https://pixabay.com/id/illustrations/bisnis-uang-ke-air-tanaman-laba-3473394/I

Indonesia, sebagai salah satu negara terbesar di dunia, memiliki tanggung jawab besar dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menghadapi perubahan iklim. Dalam pandangan ini, green investment, atau investasi berkelanjutan dalam proyek-proyek yang ramah lingkungan, telah menjadi salah satu kunci untuk mencapai target reduksi emisi dan membangun ekonomi yang berkelanjutan. Konsep ini tidak hanya tentang berinvestasi dalam proyek-proyek yang ramah lingkungan, tetapi juga tentang mengubah paradigma ekonomi secara keseluruhan. Ini melibatkan pemahaman bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan masa depan yang lebih baik bagi semua orang tidak boleh didasarkan pada eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbatas, tetapi pada pemanfaatan sumber daya yang bijaksana dan menjaga ekosistem.

Green investment di Indonesia mencakup berbagai sektor. Di sektor energi, investasi dalam pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, dan pembangkit listrik berbahan bakar biomassa menjadi kunci dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sementara di sektor kehutanan, investasi dalam konservasi hutan dan restorasi lahan mendukung upaya pelestarian lingkungan dan mengurangi deforestasi ilegal.

Komitmen Indonesia untuk Rendah Karbon

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Targetnya adalah mengurangi emisi sebesar 31,89% pada tahun 2030, dan bahkan hingga 43,2% dengan dukungan internasional. Indonesia juga menyatakan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 27,3% pada tahun 2024. Upaya ini mencakup berbagai sektor, termasuk energi, kehutanan, dan perubahan penggunaan lahan. Salah satu langkah kunci dalam mencapai target ini adalah melalui green investment, yaitu mengalokasikan dana untuk proyek-proyek yang mendukung energi terbarukan, konservasi hutan, transportasi berkelanjutan, dan upaya pengurangan emisi lainnya.

M. Zainul Abidin, seorang Analis Kebijakan dari Badan Kebijakan Fiskal, mengemukakan pentingnya Penandaan Anggaran (Budget Tagging) dalam mengawasi dampak perubahan iklim di Indonesia. Ia menegaskan bahwa aktivitas penandaan anggaran memiliki keterhubungan langsung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang pada gilirannya dapat memberikan dukungan bagi upaya pembangunan dan kebijakan fiskal nasional. Selain itu, Zainul juga menguraikan tiga peran kunci APBN sebagai alat stimulus ekonomi, termasuk sebagai pelindung terhadap guncangan ekonomi (fungsi stabilisasi), sebagai pengalokasi sumber daya untuk pembangunan (fungsi alokasi), serta sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (fungsi distribusi).

Berikut ini merupakan data emisi GRK dari sektor industri:

Emisi GSK Sektor Industri. Sumber: databoks/Erlina F. Santika. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/12/emisi-gas-rumah-kaca-industri-ri
Emisi GSK Sektor Industri. Sumber: databoks/Erlina F. Santika. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/12/emisi-gas-rumah-kaca-industri-ri

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan bahwa pada tahun 2022, emisi gas rumah kaca (GRK) total dari sektor industri Indonesia mencapai 238,1 juta ton CO2e. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 222,9 juta ton CO2e. Dalam penguraian komponennya, sebagian besar emisi GRK berasal dari penggunaan energi dalam sektor industri, yakni sebanyak 152,2 juta ton CO2e atau sekitar 64% dari total emisi GRK industri. Jumlah ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 125,1 juta ton CO2e. Komponen kedua dengan jumlah emisi terbesar adalah limbah industri, yang menghasilkan sekitar 56,1 juta ton CO2e atau sekitar 24% dari total emisi industri. Berita baiknya, jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2021 yang sebanyak 68,6 juta ton CO2e.

Akan tetapi, selama lima tahun terakhir, emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor industri pada tahun 2022 masih berada di bawah level yang tercatat pada tahun 2019, dengan total emisi mencapai 240,7 juta ton CO2e. Pada tahun 2019, tercatat bahwa emisi GRK mencapai tingkat tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Penurunan yang terjadi pada tahun 2020-2021 kemungkinan disebabkan oleh pembatasan aktivitas yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Sehingga pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi emisi gas rumah kaca seperti, mendorong penggunaan sumber energi terbarukan dan bersih, menerapkan kebijakan regulasi ketat terhadap emisi industri, menggalakkan program penghijauan dan konservasi hutan, mendorong transportasi berkelanjutan dan efisien, edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi emisi GRK.

Mengapa Green Investment Penting dalam Pembangunan Berkelanjutan?

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun