Mohon tunggu...
Anggit Adi Wijaya
Anggit Adi Wijaya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pembangunan Wilayah UGM 2010, \r\nSantri Lembaga Pendidikan Insani Yogyakarta Angkatan IV,\r\nKepala Departemen Advokasi BEM Fakultas Geografi UGM 2012

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merenungi Usia yang Penuh dengan Noda dan Dosa ( Releksi Milad ke 19 )

21 Agustus 2011   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adzan Isya telah berkumandang, Ibu Salbiyah dengan usia kandungan yang baru genap tujuh bulan menunaikan ibadah sholat Isya berjamaah seperti biasa tanpa ada firasat apapun tentang kandungannya yang masih jauh dari usia untuk kelahiran normal yaitu 9 bulan 10 hari. Namun selang beberapa saat setelah berdzikir usai sholat, ia merasakan nyeri pada kandungannya yang amat dasyat. Ya….desakan perutnya semakin kuat dan menandakan Ibu Salbiyah akan segera melahirkan anak pertamanya. Dengan sigap suaminya langsung keluar rumah untuk memanggil dukun beranak ( waktu itu di Desa Gunungwuled tempat mereka tinggal belum ada tenaga medis modern seperti perawat / bidan bahkan instalasi listrikpun belum masuk kesana ). Dengan penerangan seadanya malam itu tepat pukul 19.57 hari Jumat, 21 Agustus 1992 bayi prematur itu lahir tanpa bantuan tenaga medis maupun seorang dukun bayi. Karena ketika suaminya kembali kerumah bersama mbah dukun berkat pertolongan Allah SWT si Jabang Bayi sudah lahir selamat. Spontan sepasang suami istri itu berlinang air mata syukur atas anugerah besar yang telah Allah karuniakan dengan lahirnya sosok anak laki-laki hasil pernikahan mereka dua tahun silam.

Proses pemberian nama si Jabang bayipun tergolong unik dan sempat berganti sebanyak dua kali, pasalnya pada hari pertama bayi itu diberi nama Yudha Subiyanto, kemudian dihari yang kedua berganti nama menjadi Kukuh Prasojo, baru setelah hari ketiga munculah nama Anggit Adi Wijaya yang akhirnya menjadi identitas bayi itu hingga dewasa kini. Dengan Maksud Anggit : Karangan / Ciptaan, Adi : Unggul, Wijaya : Kemenangan. Kedua orang tuanya berharap agaranak pertamanya itu kelak menjadi sosok Ciptaan Allah SWT yang Unggul dan mampu meraih kemenangan di dunia dan akhirat. Aamiin.

***

Sepenggal kisah diatas adalah peristiwa hampir dua dekade yang lalu di sebuah desa di Pelosok Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Kini Sembilan belas tahun telah berlalu, 21 Agustus 2011 sosok bayi yang tidak lain adalah aku sudah beranjak dewasa. Tidak sedikit kenangan hidup yang pernah aku alami yang terus membekas dalam alam pikir ini baik yang manis ataupun yang pahit. Banyaknya canda dan tawa yang aku dan orang-orang disekelilingku lalui bersama merupakan anugerah terbesar dan terindah dalam hidupku selama ini. Aku sering merindukan saat-saat aku, kau dan kita semua bersama, bercerita tentang cita dan cinta. Dunia serasa begitu indah dan menjanjikan kebahagian lahir batin untuk kita. Tak bisa terbayangkan betapa besar nikmat yang Allah SWT telah berikan pada raga ini dengan hadirnya keluargaku, guru-guruku dan sahabat-sahabatku yang merupakan sosok-sosok yang luar biasa, inspiratif dan revolusioer. Dari merekalah aku banyak belajar tentang hidup dan kehidupan, tentang saudara dan persaudaraan, tentang cinta dan percintaan. Walau terkadang jiwa ini terlalu angkuh, terlalu sombong, terlalu keras kepala dalam meniti setiap jengkal kehidupan ini. Aku sangat menyadari bahwa raga ini penuh dengan bercak noda dan lumuran dosa. Tidak sedikit hati sahabat-sahabatku semua yang tergores luka karena tingkah polahku, karena ucapanku dan sikapku. Kebaikan yang pernah aku lakukan selama ini mungkin tidak mampu menebus kesalahan-kesalahan yang telah kuperbuat dan kugoreskan.

Untuk itu, dari relung hati yang paling dalam saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala keserakahan jiwa ini, atas segala ego diri ini, atas segala kemunafikan sanubari ini. Padahal apalah artinya seorang aku tanpa hadirnya kalian semua ? Aku hanyalah makhluk kecil takberdaya dihadapan kalian semua, lebih-lebih dimata Sang Pencipta. Seandainnya jatah usiaku seperti Rosul SAW yaitu 63 tahun. Berarti sudah hampir sepertiga umur saya hidup bersama kalian. Tetapi siapa yang yang lebih tahu tentang usia ? bisa jadi setelah menulis catatan ini sudah tiba ajalku, bisa jadi hari esok, lusa,minggu esok, tahun esok, bahkan puluhan tahun kelakatau entahlah sampai kapanpun hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan menguasai setiap yang bernyawa. Namun apa yang telah saya perbuat selama ini untuk keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara? selain hanya bisa menyusahkan keluarga, handa taulan, dan sahabat semua. Untuk itu sekali lagi disisa usiaku yang makin sedikit ini, dengan segala kelemahan dan kerendahan hati saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya atas setiap janji yang tidak ditepati, atas setiap amanah yang tidak terpenuhi, atas setiap perkataan yang menggores hati, atas kehadiranku yang seringkali justru memperkeruh keadaan, atas ketidaksanggupan diri ini menjadi sosok yang bermanfaat buat kalian semua.

Teriring doa yang begitu dalam kepada Rabb Semesta Alam, saya mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada setiap sosok inspiratif dalam hidupku, setiap sosok yang pernah singgah dan telah mengisi hati yang tandus ini, setiap sosok yang selalu menemaniku disaat sepi, setiap sosok yang selalu menghibur disaat gundah. Untuk Kedua orangtuaku Bapak Sukhito dan Ibu Salbiyah,Adikku si kembar Fiani dan Fania serta adik kecilku Angga yang selalu menjadi peledak motivasiku dalam menjalani setiap liku-liku kehidupan, keluarga besarku di kampung halaman, kawan-kawan sepermainan sewaktu kecil, rekan-rekan TK Roudhatul Athfal dan SDN 1 Gunungwuled dulu, teman-teman semasa di SMPN 1 Rembang, sobat-sobat di SMA N 1 Purbalingga, saudara-saudara di Kampus Gadjah Mada dan seluruh sahabatku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membentuk pribadi ini menjadi sedikit lebih memahami makna kehidupan dan persaudaraan. Terimakasih juga atas doa yang saudara-saudaraku semua hari ini panjatkan untuk diri ini. Semoga makbulnya doa yang kalian panjatkan juga kembali kepada masing-masing pribadi yang mendoakan. Aamiin..aamiin…ya rabbal ‘alamin.

Kalau saja Allah mengizinkan aku untuk bisa hidup lebih lama lagi, harapan terbesarku kelak semoga kehadiranku di tengah masyarakat bisa memberikan manfaat, minimal oranglain tidak terganggu dengan keberadaanku. Karena betapa saya merindukan ketauhidan beribadah terpatri dalam setiap sanubari insan, betapa saya merindukan Ibu Pertiwi dapat tersenyum dan Merah Putih menjadi dwiwarna peneduh iklim dunia. Aku, kau dan kita semualah yang menjadi tumpuan keluarga, agama, bangsa dan negara tercinta kemana akan melangkah. Satukan pikir ! Satukan sikap ! Satukan Jiwa ! Semoga Allah meridhoi dan memudahkan.

Aku Mencintaimu keluargaku, guruku, sahabatku, tauhidku dan Indonesiaku !! I LOVE YOU FULL My Honey.^_^

Purbalingga Kota Perwira, 21 Agustus 2011

Pukul 14.15

Anggit Adi Wijaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun