Mohon tunggu...
Anggita deaApriliasari
Anggita deaApriliasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Oversharing di Medsos Apakah baik?

8 Juni 2024   14:54 Diperbarui: 8 Juni 2024   15:05 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indonesiana.id/read/160536/stop-bilang-jangan-ke-anak-bisa-jadi-kamu-toxic-parent

Halo teman teman pernahkan  melihat seseorang yang membagikan setiap detail kehidupannya di media sosial? Dari makanan yang mereka makan hingga pemikiran terdalam mereka, mereka tampaknya tidak memiliki filter dalam menyebarkan apa yang ia lakukan dan ia miliki. Fenomena ini dikenal sebagai oversharing. Nah apa sih Oversharing itu Menurut psikolog,
disebut oversharing itu dikarenakan  kurangnya kasih sayang bahkan gak pernah didengarkan sama orang terdekat, entah itu keluarga, teman, saudara dan yg lainnya & akhirnya merasa sendiri. Seorang yang oversharing biasanya dikarenakan Adanya rasa cemas yang berlebihan, tanpa dia sadari biasanya dia bercerita untuk mengurangi rasa cemasnya tersebut. Yang kedua adalah Merasa kesepian, tanpa dia sadari dia menceritakan hal-hal yang diluar batasannya. Yang berati dia belum bisa memahami boundariesnya dia, mana yang boleh aku share dan mana yang ga boleh aku share. Alasan yang terahkir Adanya traumatik atau trauma masa kecil, misalnya tidak pernah didengarkan, diabaikan, dikekang, tidak boleh berpendapat, sehingga ketika ada seseorang
yang ada didekatnya pengennya bercerita terus dan malah akhirnya jadi oversharing.

Mengapa seseorang sering oversharing di media sosial ? Alasan di balik oversharing bisa beragam, namun beberapa faktor psikologis yang umum meliputi:
• Pencarian validasi: Oversharing dapat menjadi cara untuk mencari perhatian dan validasi dari orang lain. Orang yang overshare mungkin merasa tidak aman atau tidak percaya diri dan membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri.
*   Kebutuhan untuk terhubung: Media sosial dapat menjadi platform yang kuat untuk terhubung dengan orang lain. Oversharing dapat menjadi cara untuk membangun hubungan dan menciptakan rasa kebersamaan dengan orang lain.
*   Ketakutan akan kesepian: Orang yang overshare mungkin takut akan kesepian dan terisolasi. Oversharing dapat menjadi cara untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka ada dan bahwa mereka memiliki sesuatu untuk ditawarkan.
*   Masalah kesehatan mental: Dalam beberapa kasus, oversharing dapat menjadi tanda masalah kesehatan mental yang mendasarinya, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian.

Terdapat bahaya terlalu oversharing di media sosial yaitu Oversharing dapat membahayakan privasi Anda. Informasi yang Anda bagikan secara online dapat dilihat oleh siapa saja, termasuk orang asing dan penjahat. Yang kedua Oversharing dapat membuat Anda rentan terhadap pelecehan online, penipuan, cyberbullying dan Oversharing dapat merusak reputasi Anda secara online. Hal ini dapat membuat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, menjalin hubungan, atau mencapai tujuan lain. Selain itu oversharing sangat berdampak dengan kesehatan mental yaitu dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang mendasarinya.

Tips agar tidak Oversharing di Media Sosial :
1. Pikirkan sebelum Anda memposting:
Sebelum Anda membagikan sesuatu di media sosial, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar ingin orang lain melihatnya.
2. Batasi privasi Anda: Sesuaikan pengaturan privasi Anda di media sosial untuk membatasi siapa yang dapat melihat postingan anda.
3. Berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan: Hindari membagikan informasi pribadi yang sensitif, seperti alamat rumah, nomor telepon, atau informasi keuangan.
4. Luangkan waktu istirahat dari media sosial:
Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dapat memperburuk oversharing. Luangkan waktu istirahat dari media sosial untuk fokus pada kehidupan nyata.
5. Cari bantuan profesional: Jika Anda merasa kesulitan untuk mengelola oversharing, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional dari terapis atau konselor.    Sadar, berhenti untuk berbicara banyak dengan menyadari apa yang sedang terjadi. Kamu harus punya kontrol untuk diri kamu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun