Mohon tunggu...
Anggita deaApriliasari
Anggita deaApriliasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Silent Treatment Apakah Solusi?

17 Maret 2024   20:45 Diperbarui: 17 Maret 2024   20:47 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti anda pernah mendengar istilah diam itu emas. Tapi, jika hal ini berkaitan dengan masalah yang ada di hubungan, diam bukan lagi emas, melainkan bisa jadi bencana. Saat ada suatu masalah didalam hubungan sebaiknya dibicarakan dan segera diselesaikan. Tapi, tak sedikit orang memilih melakukan silent treatment saat menghadapi masalah. Lantas apa yang dimaksud dengan Silent treatment itu ?yang dimaksud dengan silent treatment atau bersikap diam saat ada masalah dalam sebuah hubungan adalah sikap yang kerap dilakukan seseorang. Sikap ini sebenarnya hanya taktik kontrol untuk menggunakan kekuasaan dalam suatu hubungan. Sikap ini merupakan sikap yang toxic, tak sehat, bahkan kasar. Diam di sini jelas berbeda dengan memilih diam saat ingin meluangkan waktu dan memikirkan masalah demi mencari solusi terbaik. Hal ini lebih ke pengalihan dan tidak menyelesaikan suatu permasalahan.

Silent treatment juga berdampak negatif kepada kondisi psikologis seseorang. Seseorang yang sering mengalami silent treatment akan merasa dikucilkan, sulit untuk percaya, muncul rasa benci, dan kepercayaan diri rendah. Keberadaan silent treatment dianggap sebagai ancaman, sehingga seseorang merasa di bawah kendali pelaku. Apabila silent treatment dilakukan dalam waktu yang lama, dapat membuat korban merasa stres, depresi, dan berbagai gangguan psikologis lainnya. Tidak hanya secara psikologis, silent treatment juga berdampak negatif terhadap kondisi fisik seseorang. Melalui sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience, bagian otak yang bernama korteks cingulate anterior, yakni bagian otak yang mencatat rasa sakit akan bekerja keras terhadap silent treatment. Tubuh kemudian akan merespon silent treatment sebagai sebuah rasa sakit. Kemudian, tubuh akan mengalami sejumlah perubahan seperti perubahan berat badan, gangguan tidur, atau peningkatan tekanan darah. Beberapa orang yang merasakan dampak dari perilaku ini juga mengalami stres berkepanjangan yang mengarah kepada penyakit kronis kardiovaskular.

Menyikapi sikap silent treatment dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan tetap bersikap tenang dan berusaha untuk berkomunikasi. Diperlukan kepribadian yang tenang dan mau mengalah untuk menyelesaikan konflik dengan damai. Hal ini harus berani menyampaikan keluhan dibandingkan saling mendiamkan. Cara selanjutnya adalah melakukan refleksi diri dan menemukan akar masalah. Kebanyakan pelaku silent treatment berasumsi apabila seseorang akan berusaha memperbaiki diri mereka saat berdiam diri. Asumsi ini yang menjadikan kedua pihak sulit untuk berkomunikasi lagi. Oleh karena itu, kita dapat memulai percakapan untuk menghindari masa diam dengan pelaku silent treatment. Silent treatment sejatinya hanya akan memperburuk masalah. Keberadaan silent treatment juga dapat mengganggu berbagai relasi. Keretakan relasi dapat berujung pada perselisihan dan salah paham yang sulit dihindari.Mari hindari perlakuan silent treatment dengan menjadi pribadi yang pemaaf dan berani mengungkapkan permasalahan yang dialami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun