Mohon tunggu...
Maria Vernanda Anggita S
Maria Vernanda Anggita S Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Hallelluya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aturan Pantang dan Puasa Masa Pra-Paskah untuk Umat Katolik

27 Februari 2020   15:10 Diperbarui: 2 Maret 2020   12:41 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja Rabu kemarin, umat Katolik merayakan Rabu Abu. Nah, Rabu Abu yang dirayakan oleh umat Katolik ini adalah suatu tanda akan datangnya hari Paskah, atau bisa disebut dengan Prapaskah. Abu akan diberikan dan diusapkan di dahi.

Abu yang diterima oleh setiap umat Katolik ini merupakan sebuah lambing yang menggambarkan dosa dan tanda pertobatan. Tidak hanya sekedar beribadah dan menerima abu saja, namun umat Katolik juga melakukan beberapa pantangan dan juga berpuasa. Adanya pantangan dan berpuasa ini telah dimulai dari hari Rabu Abu sampai Jumat Agung. Umunya dihitung selama 40 hari.

Dilansir dari CNNIndonesia.com.

Pantang dan puasa dalam umat Katolik telah memiliki aturan yang berbeda dengan puasa yang lainnya, dikutip oleh Katolisitas. Nah, ini lah beberapa aturan dalam umat Katolik saat ada pantangan dan berpuasa.

Umat Katolik yang sudah berusia di atas 14 tahun, wajib melakukan pantangan itu. Kalau mengenai berpuasa, umat Katolik yang sudah berusia 18 sampai 60 tahun wajib menjalani puasa.

Puasanya dilakukan setiap pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Kalau memang ada yang mau berpuasa selama 40 hari sampai nanti Jumat Agung boleh-boleh saja dengan makan kenyang sebanyak satu kali.

Pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah sampai Jumat Agung, pantangan wajib dijalani. Pantang ini seperti pantang makan ikan, daging, garam, jajan, atau rokok. Jadi pantangan yang harus dilakukan itu sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Bukan berarti selalu pantang makan makanan yang tidak disukai, karena lebih baiknya membuat pantangan makan dengan makanan yang disukai.

"Berpuasa dan berpantang itu bukan soal menahan marah dan lapar. Puasa itu tidak menahan," ucap Pastor RD Paulus Christian Siswantoko yang berasal dari Komisi Kerasulan Awam KWI ketika Misa pada hari Rabu Abu CT Corp pada hari Rabu kemarin.

"Kalau menahan berarti setelah berbuka puasa, maka Anda boleh marah dan boleh makan sepuasnya. Misalnya makan tiga kali, lalu karena puasa jadi makannya ditahan sampai jam buka lalu makan sebanyak tiga kali porsinya," lanjutnya.

"Puasa itu bukan menahan, tapi mengurangi."

Dosa yang favorit atau dosa yang paling sering dilakukan, itu lah yang harus dikurangi. Seperti kata Pator Paulus, ketika berpuasa selama 40 hari dan mengungari berbagai dosa yang setiap hari dilakukan, ini bisa membantu mengembalikan diri menjadi anak-anak Tuhan kembali.

'Mati raga' atau yang memiliki makna dan harapan supaya bisa memusnahkan semua hal-hal yang buruk dalam hidup dan kembali menjadi suci, itu lah yang diharapkan ketika berpantang dan berpuasa. Ingatkah Yesus telah melakukan penebusan dosa dengan mati di salib dan Ia bangkit pada saat Paskah.

"Pada akhirnya, ini akan mengurangi beban dosa yang selama ini dilakukan dan bertobat," kata Pastor Paulus.

Selain itu, pantang dan berpuasa ini juga bisa berpengaruh pada kesehatan tubuh. Khususnya untuk yang sedang menjalani program diet, pantang dan berpuasa ini akan menjadi salah satu sarana untuk diet.

"Puasa bukan cuma soal makanan dan menahan nafsu. Tapi puasa itu juga diet. Diet dari segala dosa."

Sudah pastinya ketika orang berpuasa harus melakukannya dengan ikhlas, tidak terpaksa. Sama dengan umat Katolik. Dalam melakukan pantangan dan berpuasanya tidak boleh dengan terpaksa, harus dengan ikhlas dan tulus, serta melakukan ini hanyak untuk Tuhan. Bukan malah untuk bahan pamer kepada teman-teman.

Hal ini tertulis dalam Alkitab Injil Matius 6:16-18.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah  mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalaskan kepadamu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun