Mohon tunggu...
Anggita Putri
Anggita Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Khawarij

1 Oktober 2018   16:57 Diperbarui: 1 Oktober 2018   17:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kata Khawarij secara etimologis berasal dari bahasa Arab Kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berkenan dengan pengertian etimologis ini, Syahrastani imam yang sah sebagai Khawarij. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, Khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari satuan islam.

Adapun yang dimaksud Khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang menerima arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M dengan kelompok bughat (Pemberontakan) Mu'awiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khalifah. 

Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibai'at mayoritas umat islam, sementara Mu'awiyah berada pada pihak yang benar karena Ali merupan khalifah sah pada pihak yang salah karena memberontak kepada khalifah yang sah. Lagi pula, berdasarkan estimasi Khawarij, pihak Ali hamper memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Mu'awiyah, kemenangan yang hamper diraih itu menjadi raib.  

Sebenarnya Ali sudah memcium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Mu'awiyah, sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan itu. Karena adanya desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra', seperti Al-Asy'ats bin Qais, Mas'ud bin fukadi At-tamami, dan Zaid bin husein Ath-Tha'i, dengan terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukan Ali) untuk menghentikan peperangan tersebut.

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud megirimkan Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi orang-orang Khawarij menolaknya dengan alasan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang berasal dari kelompok Ali. Lalu mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy'ari dengan harapan dapat memutuskan parkara berdasarkan kitab Allah. 

Dalam keputusan tahkim, yaitu Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, sementara Mu'awiyah dinobatkan menjadi khalifah oleh delegasinya pula sebagai pengganti Ali, dan akhirnya mengecewakan orang-orang Khawarij. Sejak itulah, orang-orang Khawarij membelot dengan mengatakan, "mengapa kalian berhukum kepada manusia? 

Karena tidak ada hukum selain hukum yang ada pada sisi Allah," Mengomentari perkataan mereka, Imam ali menjawab, "itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan dengan keliru." Pada waktu itulah orang-orang Khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura, sehingga Khawarij disebut juga dengan nama Hururiah, dan juga bisa disebut dengan Syuah dan Al-mariqah.

(Ilmu kalam edisi revisi, Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M,Ag dan Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M,Ag. Hal 63-65, Abdu Al-qahir bin their bin Muhammad Al-bagdadi, Hal 75, Abi Al-fath Muhammad Abd Al-Karim bin Abi Baskar Ahmad Asy-Syahrastani, Hal 114)

Dalam kuasa kelahiran dan invasi pemikiran Khawarij adalah sebuah kelompok yang pada awalnya iya merupakan pendukung setia Sayyidina Ali bin Abu Thalib. Mereka menyatakan telah keluar dari barisan Ali ketika ada genjatan senjata atau bisa disebut dengan arbitrase yang ditawarkan oleh pihak Muawiyah saat perang Siffin, dan mereka menganggap peperangan itu merupakan permainan politik Muawiyah untuk menghindari kekalahan dalam peperangan itu. Penerimaan Ali terhadap Arbitase hanyalah sebuah kebodohan dan batil. Setelah itu Khawarij berkumpul di sebuah daerah yang bernama Haura' yang tidak jauh dari Kufah. Dan disinilah mereka mulai melantik seorang pemimpin yang bernama Abdullah bin Wahab ar-Rasibi. Selain itu Ibadiyah juga disebut sebagai sekte al-Muhakkimah, karena iya pertama kali mengatakan La Hukma Illa Lillah (tidak ada peraturan selain peraturan Allah).

Kemudian suatu hari kaum Khawarij terpecah menjadi dua puluh kelompok. Dan hal itu mengindikasikan adanya kesenjangan dalam tubuh Khawarij sendiri, walaupun di sisi lain iya terdapat titik temu antara satu kelompok dengan yang lain. 

Dan Khawarij ini dikenal dengan keerkstremannya akan tetapi tidak semua kelompok yang telah dinisbatkan pada Khawarij itu dikatakan ekstrim. Buktiknya, sekte Ibadiyah yang merupakan sempalan dari Khawarij. Iya sangat terkesan lebih moderat daripada kelompok yang lainnya karena mereka lebih mendekati Ahlu Sunnah dalam beberapa permasalahan, seperti qadla'-qadar dan juga penafsirannya tentang status Al-qur'an yang kita baca sekarang, dan lain-lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun