Kalibanteng Kulon, Jawa Tengah (12/08/2022) -- Anggi Sarah Sabrina Tambunan, mahasiswa KKN UNDIP melakukan program kerja unggulan yaitu Pemetaan Potensi Zona Rawan Tanah Longsor di Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Tanah longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor terjadi karena adanya gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya massa tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di luar lereng karena faktor gravitasi. Kekuatan-kekuatan gravitasi yang dipaksakan pada tanah-tanah miring melebihi kekuatan memecah ke samping yang mempertahankan tanah-tanah tersebut pada posisinya, kandungan air yang tinggi menjadikan tanah menjadi lebih berat, yang meningkatkan beban, dan mengurangi kekuatan memecah kesampingnya. Seperti yang diketahui bahwasannya dalam beberapa tahun terakhir, intensitas terjadinya tanah longsor di Indonesia semakin meningkat dengan sebaran wilayah bencana semakin luas. Salah satunya adalah wilayah Kota Semarang. Bencana tanah longsor juga pernah terjadi di daerah Kalibanteng Kulon dengan intensitas yang tinggi namun tidak menimbulkan korban jiwa
Kerusakan dan kerugian yang dihasilkan karena tanah longsor ini bervariasi tergantung dari skala kejadiannya. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan kajian untuk memetakan daerah rawan longsor di Kalibanteng Kulon dengan metode yang dapat mencakup luasan daerah secara akurat dan maksimal. Peta sebaran potensi daerah rawan longsor digunakan untuk memprediksi kemungkinan longsor di waktu yang akan datang, selain itu peta tersebut juga berfungsi untuk mitigasi awal dan dapat mengurangi kerugian serta kerusakan yang mungkin dapat ditimbulkan dari tanah longsor. Proses pembuatan peta ini melibatkan beberapa pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan Permen PU No.22/PRT/M/2007 beberapa faktor pemicu tanah longsor pada umumnya berupa kondisi kemiringan lereng, jenis batuan/geologi, jenis tanah, tutupan lahan , jarak kelurusan dan curah hujan. Informasi tentang faktor-faktor pemicu tanah longsor pada skala regional, umumnya diperoleh dari citra penginderaan jauh. Penggunaan remote sensing (penginderaan jauh) ini memiliki keunggulan berupa perolehan data yang cepat dan efektif.
Parameter longsor yang dibuat berupa kondisi kemiringan lereng, jenis batuan/geologi, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan dan jarak dari kelurusan yang mana sangat penting dalam suatu pemodelan zonasi kerawanan longsor guna mengetahui hubungan spasial masing-masing kelas parameter dan titik longsor dalam memprediksi kerawanan longsor di wilayah penelitian. Secara geologi, daerah Kalibanteng Kulon memiliki litologi batupasir dan endapan alluvium, dimana umumnya litologi ini memiliki permeabilitas kecil bahkan kedap air kecuali jika batuan banyak memiliki rekahan atau telah mengalami pelarutan, maka dapat bersifat tahan air sehingga menjadi akuifer (batuan penyimpan air tanah) atau dapat berfungsi sebagai imbuhan air, dan terbentuk dari lingkungan laut dan pesisir sehingga litologi ini peka terhadap longsor, dilanjut dengan jenis tanah pada daerah Kalibanteng Kulon berupa luvisol/mediterania dimana tanah ini cukup peka terhadap longsor, kemudian kemiringan lereng landai hingga miring, intensitas curah hujan sedang, serta penggunaan lahan dominan di daerah sekitar yaitu pemukiman, bangunan, adanya struktur geologi yang dominan seperti pelurusan serta vegetasi dengan akar yang tidak kuat, dimana sebagian penduduk mendirikan bangunan tempat tinggal tanpa melihat keamanan sehingga membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain serta memiliki potensi kerawanan longsor cukup tinggi. Intensitas curah hujan semakin meningkat akan menyebabkan air hujan yang turun dan meresap kedalam tanah akan merusak struktur batuan yang kompak dan kedap air. Lama kelamaan batuan tersebut akan pecah dan materi pecahan batuan akan terbawa oleh aliran air sehingga longsor terjadi. Berikut poster pemetaan geologi pada zona rawan tanah longsor.
Selain menggunakan penginderaan jauh, pemetaan ini juga dilakukan dengan survei lapangan langsung  dilengkapi dengan data sekunder berupa data setiap parameter yang berasal dari studi pustaka, data citra seperti DEMNAS, SRTM, CHIRPS 2017 -- 2021, Landsat 8-OLI yang diolah menggunakan software ArcGIS 10.8, Global Mapper 18, Rock Work, Geomatica 2014, Google Earth Pro 2021, dan CorelDraw 2021 yang kemudian diolah hingga menghasilkan peta dari setiap parameter longsor dan peta overlay atau disebut Peta Potensi Zona Rawan Tanah Longsor. Peta ini diserahkan kepada pak Sukri, S.H selaku Lurah di setempat dan pemaparan materi sosialisasi akan ruang lingkup dari tanah longsor dan pemetaan yang dilakukan pada setiap perwakilan RW dan pemuda/i Karang Taruna yang dilakukan pada Sabtu. 6 Agustus 2022 pukul 19.00 -- 22.00 WIB di Balai Kelurahan Kalibanteng Kulon dengan suasana yang kondusif dan antusias. Berikut ini merupakan peta potensi zona rawan tanah longsor di Kalibanteng Kulon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H