Mohon tunggu...
Anggi Saeful Majid
Anggi Saeful Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa administrasi publik di universitas islam negeri sunan gunung djati, yang mana saya merupakan salah satu mahasiswa yang memang hobi menulis. Saya berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani, kehidupan yang sederhana telah membuat saya tumbuh menjadi orang yang selalu bersyukur disetiap keadaan. Adapun Moto hidup saya "Gebyarkan minatmu, tekuni hobimu dan jangan lupakan kewajibanmu".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BNPT Usulkan Tempat Ibadah Dikontrol Pemerintah

5 September 2023   19:51 Diperbarui: 5 September 2023   20:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA - Berita terbaru dari negeri ini memperlihatkan betapa BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) ingin menjaga keamanan dan ketertiban dengan cara yang tidak biasa. Kepala BNPT, Rycko Amelza, baru-baru ini mencetuskan ide brilian untuk mengendalikan tempat ibadah di Indonesia. Menurutnya, pemerintah seharusnya memiliki kendali penuh atas tempat-tempat suci ini. Namun, sebelum kita terburu-buru mengevaluasi ide ini, mari kita mencoba membongkar pemikiran brilian ini sedikit lebih dalam, dengan sentuhan logika yang menyimpang.

Apakah kita tahu mengapa BNPT memiliki obsesi tiba-tiba untuk mengendalikan tempat ibadah? Mungkin, mereka telah menemukan sesuatu yang tidak kita ketahui. Mungkin, mereka memiliki kebijakan rahasia di mana mereka ingin memastikan setiap orang yang masuk ke rumah ibadah adalah penanggulangan terorisme berlisensi. Atau mungkin, mereka hanya merasa bahwa kita, rakyat biasa, kurang mampu menjaga tempat-tempat ibadah kami sendiri.Tentu saja, kita semua tahu bahwa tempat ibadah adalah tempat suci yang harus dihormati. Tapi, bukankah konsep seperti ini justru mengusik esensi dari agama itu sendiri? 

Apakah kita harus mengawasi orang-orang yang mencari kedamaian dan harapan di tempat ibadah mereka sendiri? Tentu saja tidak!

Reaksi terhadap usulan Rycko Amelza tidak lama datang. MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun bereaksi dengan cepat dan menyatakan kekesalannya terhadap rencana ini. Mereka menyebutnya "tindakan yang tidak bijak." Ini mungkin adalah salah satu contoh ketika seorang birokrat mencoba untuk menjadi ahli agama, dan agama pun berkata, "Tidak, terima kasih."

Sangat disayangkan bahwa kita harus menghabiskan waktu kita untuk mengomentari usulan semacam ini, padahal ada begitu banyak masalah yang lebih mendesak untuk diselesaikan. Kita memiliki masalah lingkungan, ekonomi, dan kesehatan yang perlu dihadapi. Apakah benar-benar perlu untuk memindahkan fokus kita dari masalah-masalah tersebut hanya untuk mengawasi orang-orang yang beribadah?

Mengapa Tidak Sekalian?

Mungkin saja, jika kita benar-benar ingin mengendalikan tempat ibadah, kita harus mempertimbangkan juga untuk mengendalikan banyak hal lainnya. Mengapa tidak mengendalikan restoran sehingga kita bisa memastikan bahwa makanan yang disajikan adalah sehat? Atau mengendalikan taman bermain sehingga kita bisa memastikan bahwa anak-anak kita bermain dengan aman?

Mungkin kita juga harus mengendalikan pembacaan buku, pemilihan film yang bisa kita tonton, atau bahkan teman-teman yang boleh kita miliki. Sama sekali tidak ada akhirnya untuk segala hal yang bisa kita kendalikan, bukan? Tentu saja, ini adalah sarkasme, dan semoga saja tidak ada yang mengambilnya serius.

Dalam dunia yang terus berubah, kita perlu bersikap bijak dalam menentukan prioritas kita. Mengendalikan tempat ibadah mungkin adalah sebuah ide yang tumpul, yang tidak seharusnya menjadi fokus pemerintah kita. Alih-alih, kita seharusnya lebih berfokus pada permasalahan yang lebih mendesak dan lebih merumit yang menghadang bangsa ini.

Sementara kita mungkin harus menghormati peran BNPT dalam menjaga keamanan dan ketertiban, mengendalikan tempat ibadah adalah jalan yang keliru. Semoga saja ide ini segera ditinggalkan demi masalah yang lebih mendesak dan layak mendapat perhatian. Dan sementara itu, kita dapat merenungkan nasihat bijak dari seorang filsuf, "Jangan biarkan pemerintah mengendalikan apa yang kita yakini, biarkan kita yang mengendalikannya."

Catatan: Artikel ini ditulis dengan tujuan hiburan. Tidak bermaksud untuk merendahkan pihak mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun