Mohon tunggu...
Anggi Saeful Majid
Anggi Saeful Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa administrasi publik di universitas islam negeri sunan gunung djati, yang mana saya merupakan salah satu mahasiswa yang memang hobi menulis. Saya berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani, kehidupan yang sederhana telah membuat saya tumbuh menjadi orang yang selalu bersyukur disetiap keadaan. Adapun Moto hidup saya "Gebyarkan minatmu, tekuni hobimu dan jangan lupakan kewajibanmu".

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Larangan Thrifting di Indonesia, Mengapa Perlu Direnungkan?

5 April 2023   11:35 Diperbarui: 5 April 2023   11:48 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Pakaian bekas yang biasa di jual dipasar Thrif

          

Hallo Sobat Pena.......

Belakangan ini, muncul wacana tentang larangan thrifting di Indonesia. Thrifting atau kegiatan membeli barang bekas atau preloved menjadi tren yang cukup populer di kalangan masyarakat, terutama generasi milenial dan Z. Namun, beberapa pihak mengusulkan agar thrifting dilarang atau dibatasi di Indonesia. Sebagai sebuah opini, perlu kita renungkan bersama mengenai argumen-argumen pro dan kontra terkait larangan thrifting di Indonesia.

         Para pendukung larangan thrifting berargumen bahwa kegiatan ini dapat berdampak negatif terhadap ekonomi dan industri lokal. Dengan adanya thrifting, masyarakat akan lebih memilih untuk membeli barang bekas daripada barang baru, sehingga dapat mengurangi pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja di industri konvensional. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa thrifting dapat menjadi sumber penyebaran barang-barang bekas yang tidak layak pakai, seperti barang rusak atau bekas yang mengandung zat berbahaya, yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan konsumen.

         Namun, di sisi lain, ada juga argumen yang menyatakan bahwa thrifting sebenarnya memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Pertama, thrifting dapat menjadi solusi untuk mengurangi pemborosan sumber daya alam dan limbah. Dengan membeli barang bekas, kita dapat mengurangi permintaan terhadap barang baru yang membutuhkan bahan baku dan energi dalam produksinya. Selain itu, thrifting juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat dengan anggaran terbatas untuk memperoleh barang dengan harga yang lebih terjangkau.

        Selain itu, thrifting juga dapat menjadi ajang untuk mengurangi konsumsi berlebihan dan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengurangan sampah dan siklus hidup barang. Dengan membeli barang bekas, kita dapat mengurangi pembelian barang baru yang mungkin tidak diperlukan dan berkontribusi pada peningkatan produksi sampah. Dalam konteks ini, thrifting dapat dianggap sebagai langkah kecil yang dapat membantu mengurangi dampak konsumsi berlebihan terhadap lingkungan.

        Selain itu, thrifting juga dapat menjadi dukungan bagi para pelaku usaha lokal. Dengan membeli barang bekas dari toko-toko thrifting lokal, kita dapat membantu menggerakkan perekonomian lokal dan memberikan dukungan kepada para pelaku usaha mikro dan kecil yang seringkali beroperasi di sektor ini. Hal ini dapat menjadi upaya untuk meningkatkan inklusi ekonomi dan mengurangi kesenjangan ekonomi antara masyarakat.

        Dalam menghadapi wacana larangan thrifting di Indonesia, ada baiknya kita melihat secara holistik dan seimbang terhadap argumen-argumen yang ada. Tentu saja, perlu ada regulasi dan pengawasan yang ketat terhadap barang bekas yang diperjualbelikan, termasuk dalam hal keamanan dan kesehatan konsumen. Namun, melarang thrifting sepenuhnya mungkin tidak menjadi solusi yang bijaksana.

         Penting untuk diingat bahwa thrifting bukan hanya sekadar tren atau gaya hidup, tetapi juga dapat menjadi alternatif untuk mengurangi dampak konsumsi berlebihan terhadap lingkungan dan memberikan dukungan kepada ekonomi lokal. Mengedukasi masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya thrifting dalam mengurangi pemborosan sumber daya dan limbah, serta mendukung para pelaku usaha lokal, dapat menjadi langkah yang lebih konstruktif daripada melarang secara total.

         Selain itu, larangan thrifting juga dapat mempengaruhi akses masyarakat terhadap barang dengan harga yang terjangkau. Bagi sebagian masyarakat dengan anggaran terbatas, thrifting dapat menjadi solusi untuk memperoleh barang yang dibutuhkan tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi. Melarang thrifting dapat mengurangi pilihan ekonomi bagi mereka yang bergantung pada barang bekas sebagai alternatif yang lebih terjangkau.

        Namun, tentu saja, perlu diakui bahwa ada juga beberapa isu yang perlu diatasi dalam praktik thrifting, seperti keaslian barang, kebersihan, dan keberagaman pilihan barang yang tersedia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat secara bersama-sama untuk mengatur dan mengawasi praktik thrifting agar tetap aman, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat bagi semua pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun