Mohon tunggu...
anggi raniska
anggi raniska Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Gizi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Manfaat ubi jalar bagi tubuh

11 Desember 2024   14:34 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:34 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. MMR mencantumkan jumlah perempuan yang meninggal karena sebab yang berkaitan dengan gangguan kehamilan atau pengobatannya (tidak termasuk kecelakaan dan keadaan darurat). ) selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Usia kehamilan per 100.000 kelahiran hidup tidak diperhitungkan. AKI digunakan untuk ), Jurnal Penelitian Kesehatan, ISSN 2252-5068 Jurnal Penelitian Kesehatan, 6(2), 2017, 29 - 34 Dipantau kematian terkait kehamilan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) antara tahun 2007 dan 2012, angka kematian ibu (AKI) meningkat dari 228 menjadi 359. kematian per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). , 2015). Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung seperti kehamilan, persalinan, dan komplikasi nifas yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu, sedangkan kematian ibu tidak langsung disebabkan oleh komplikasi perdarahan, eklampsia, dan aborsi, yang disebabkan oleh sepsis nifas sepsis. , persalinan terhambat termasuk anemia (Depkes RI, 2009). Penduduk usia 15-24 tahun yang berjumlah 4.444 jiwa ini memiliki beberapa penyakit lain seperti anemia, dan jumlahnya masih tinggi yaitu 18,4D44 (Riskesdas, 2013). Jumlah pernikahan dini masih tinggi yaitu 4.444 kasus atau 46,7% (Riskesdas, 2010). Angka kelahiran remaja juga masih tinggi, yaitu 4.444 kelahiran per 1.000 perempuan berusia 15-19 tahun (SDKI, 2012)

Dari hasil Survei Penduduk Sehat (SDKI) Indonesia tahun 2007 hingga 2012, angka kematian ibu (MMR) meningkat dari 228 menjadi 359. per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung seperti kehamilan, persalinan, dan komplikasi nifas yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu, sedangkan kematian ibu tidak langsung disebabkan oleh komplikasi perdarahan, eklampsia, dan aborsi, yang disebabkan oleh sepsis nifas sepsis. , persalinan terhambat termasuk anemia (Depkes RI, 2009). Penduduk usia 15-24 tahun yang berjumlah 4.444 jiwa ini memiliki beberapa penyakit lain seperti anemia, dan jumlahnya masih tinggi yaitu 18,4D44 (Riskesdas, 2013). Jumlah pernikahan dini masih tinggi yaitu 4.444 kasus atau 46,7% (Riskesdas, 2010). Angka kelahiran remaja juga masih tinggi, yaitu 4.444 kelahiran per 1.000 perempuan berusia 15-19 tahun (SDKI, 2012). Angka kejadian anemia di Indonesia sangat tinggi dengan kehamilan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Dasar (Riskusdas) Kota Semarang tahun 2013 sebanyak orang, jumlah ibu hamil pada tahun 2013 sebanyak 1702 orang. Jumlah ibu hamil sebanyak 1167 orang dan jumlah ibu hamil sebanyak orang. Pada tahun 2015, dari 21.057 ibu hamil, 403 (35%) atau orang mengalami anemia dan 3861 (18,33%) mengalami anemia (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Puskesmas Genuk Kota Semarang pada tahun 2013, jumlah ibu hamil yang menjalani pemeriksaan Hb sebanyak 209 orang, dimana jumlah ibu hamil anemia sebanyak 78 orang (37,3%). Pada tahun 2014, jumlah ibu hamil yang diperiksa sebanyak 4.444 orang dan jumlah ibu hamil yang diperiksa Hbnya sebanyak 303. orang, dimana 131 orang diantaranya mengalami anemia, sebanyak 4.444 orang (43,23%); 4.444 dan 721; Itu adalah seseorang. Jumlah ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 358 4.444 (49,65%) yaitu dalam tiga tahun terakhir jumlah ibu hamil yang menderita anemia meningkat menjadi 4.444 (5,93 pada tahun 2014) di Puskesmas Daerah Genuk Pada tahun 2015 jumlahnya semakin meningkat. sebesar 6,42 menjadi 4,4 (Profil Puskesmas Genuk, 2015).

Menurut WHO, 40% kematian ibu pada 4.444 kehamilan di 4.444 negara berkembang disebabkan oleh anemia. Anemia pada kehamilan mengacu pada keadaan dimana ibu mempunyai kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g% atau nilainya kurang dari atau sama dengan pada trimester pertama dan ketiga kehamilan. 10,5 g% pada trimester kedua (Safuddin, 2002). Anemia defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi selama kehamilan dan setelahnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Anemia terjadi selama kehamilan karena total volume darah ibu meningkat sekitar 30-50% pada kehamilan tunggal dan sekitar 50% pada kehamilan kembar. Volume darah total merupakan kombinasi dari peningkatan volume plasma sebesar 70% dan peningkatan volume sel darah merah sebesar 33% dibandingkan dengan nilai sebelum kehamilan. Semua ini menyebabkan hemodilusi. Hal ini terjadi ketika tingkat hematokrit rendah dan dikenal sebagai anemia fisiologis kehamilan, sering terjadi antara 24 dan 32 minggu kehamilan. Peningkatan volume darah total dimulai pada awal trimester pertama, meningkat pesat hingga trimester kedua, dan kemudian melambat hingga minggu ke-32 (Varney, 2007). Perubahan hemodinamik memudahkan sistem kardiovaskular ibu untuk memenuhi kebutuhan janin sekaligus mempertahankan status kardiovaskular ibu. Perubahan tersebut disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron, dan prostaglandin yang kembali normal setelah kehamilan berakhir (Varney, 2007). Pencegahan dan pengobatan anemia dapat ditentukan dengan mempertimbangkan faktor penyebab anemia. Jika penyebabnya adalah masalah gizi, status gizi harus dievaluasi untuk menentukan nutrisi mana yang berkontribusi terhadap anemia. Anemia pola makan dapat disebabkan oleh beberapa nutrisi penting dalam pembentukan hemoglobin. Defisiensi zat besi yang banyak terjadi di seluruh dunia merupakan penyebab utama terjadinya anemia gizi (Fatmah, 2011). Kekurangan zat besi dalam makanan dapat menyebabkan anemia. (Proverawati danasfuah, 2009) Oleh karena itu, diperlukan tambahan zat besi selama kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan janin tunggal adalah 200 hingga 600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah. 200-370 mg untuk janin, tergantung berat badan lahir. 150-200 mg untuk kerugian eksternal. 30 hingga 170 mg untuk tali pusat dan plasenta. 90-310 mg untuk menggantikan kehilangan darah saat melahirkan. Untuk mengkompensasi kehilangan ini, ibu hamil membutuhkan rata-rata 3,5 sampai 4 mg zat besi per hari (Jordan, 2003).

zat besi untuk ibu hamil merupakan salah satu syarat pelayanan kesehatan preventif bagi ibu hamil anemia, 4,444 diberikan selama kehamilan 4,444 Jumlah suplemen zat besi (Fe3+) mencapai 90. Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Dalam pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu komponen pembentukan mioglobin (protein pengangkut oksigen). ke otot), kolagen (protein yang ditemukan di tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat) dan enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh (Kemenkes RI, 2015). Ubi jalar (Ipomoea butatas) merupakan salah satu dari tanaman herba yang tumbuh di dalam tanah dan menghasilkan umbi-umbian (Murtiningsih, 2011). Sejak tahun 1960an, budidaya ubi jalar telah meluas hampir ke seluruh provinsi di Indonesia. Karena ubi jalar dibudidayakan di berbagai daerah, Indonesia menjadi produsen ubi jalar terbesar keempat di dunia pada tahun 1968 (Rukmana, 2002). Pak Sonardi menyatakan pada tahun 2009 bahwa ubi jalar merupakan salah satu tanaman palawija yang dapat dikembangkan untuk mendiversifikasi konsumsi pangan, dan merupakan varietas umbi yang relatif tahan simpan dan dapat disimpan dalam waktu lama memakannya, semakin manis rasanya. . Sifat kimia ubi jalar dan efek farmakologis Manis, dingin, dan astringen. Ubi jalar bergizi tinggi dan mengandung jenis vitamin dan mineral. 100 gram ubi jalar mengandung energi (123 kkal), protein (2,7 g), lemak (0,79 g), mineral kalsium (30 mg), fosfor (49 mg), zat besi (4 mg), vitamin B -- Termasuk . 1 (0,09 mg), Vitamin B-2 (0,32 mg), Vitamin C (2-20 mg), Air (68,5%). Kandungan lemak pada ubi jalar sangat rendah (Toruan, 2012). Jenis umbi berdasarkan warna umbinya berbeda-beda (Murtiningsih, 2011), yaitu ubi jalar ungu, jingga, kuning, dan putih. Keunggulan lain dari ubi jalar adalah warna daging buahnya yang beragam, yang mencerminkan komponen bioaktif dan rasanya. Daging buah umbi yang berwarna kuning, jingga hingga jingga menunjukkan adanya betakaroten yang berfungsi sebagai vitamin A dalam tubuh manusia (Soenardi, 2009). Ubi jalar mengandung 4 mg zat besi dalam 100 gram (Toruan, 2012). Oleh karena itu, penggunaan ubi jalar dapat dikonsumsi bahkan oleh ibu hamil. 

Refrensi :

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun2009. Jakarta: Depkes RI 

Kemenkes RI. 2015. Infodatin: Pusat DatadanInformasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes RI

Supariasa. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. 

Bovell-Benjamin, A.C. 2007. Sweet potato: a review of its past, present, and future role in human nutrition. Advanced in Food and Nutrition Research 52:1-59. 

Amalia, Dewi and Ratri. 2017. Pengaruh Pemberian Konsumsi Ubi Jalar Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Jurnal Riset Kesehatan, 6(2), Pp. 28-34. DOI: 10.31983/jrk.v6i2.2930. [Diakses 28 September 2020]  

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Available at: https://kesmas.kemkes.go.id/ [Diakses 30 September 2020]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun