Prestasi ini menempatkan Grace dalam deretan  model terbaik di Indonesia, membuktikan bahwa ia memiliki pesona dan kemampuan yang mampu bersaing di tingkat tertinggi.
Meskipun telah mencapai banyak hal, Grace tidak berhenti bermimpi. Ia bercita-cita menjadi model internasional yang dapat membawa nama Indonesia ke kancah dunia. Bagi Grace, modeling adalah seni yang melibatkan tidak hanya fisik tetapi juga karakter dan kepribadian. Ia ingin membuktikan bahwa model Indonesia bisa sejajar dengan model internasional lainnya.
Selain itu, Ia bermimpi membuka sekolah modeling sendiri, sebuah institusi yang tidak hanya mengajarkan teknik berjalan di atas catwalk tetapi juga membangun kepercayaan diri dan profesionalisme. Sekolah ini diharapkan menjadi tempat lahirnya generasi baru model Indonesia yang berbakat dan berintegritas.
Tidak hanya terbatas pada dunia modeling, Grace juga memiliki rencana untuk membuka salon kecantikan, khususnya nails salon. Baginya, kecantikan adalah kombinasi dari perawatan diri yang baik dan rasa percaya diri. Dengan mendirikan nail salon, ia berharap dapat memberikan layanan berkualitas tinggi yang membantu orang merasa lebih percaya diri.
Tantangan dan Kebangkitan di Tengah Pandemi
Perjalanan karier Grace Hutapea tidak selalu berjalan mulus. Salah satu ujian terberat dalam hidupnya datang saat pandemi COVID-19 melanda dunia. Di masa itu, Grace baru saja bergabung dengan sebuah agensi modeling ternama dan mendapatkan beberapa proyek besar yang menjanjikan. Namun, ia terpaksa menghentikan aktivitasnya dan pulang ke Padang setelah terpapar virus. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatannya, tetapi juga membuatnya menghadapi tantangan besar dalam menjaga bentuk tubuhnya sebagai model profesional.
Selama masa pemulihan di Padang, berat badan Grace naik hingga 63 kg, angka yang dinilai overweight untuk standar dunia modeling. Ia mencoba berbagai metode diet untuk kembali ke berat badan idealnya, tetapi sebagian besar usahanya tidak berhasil. Bahkan, upaya kerasnya sempat membawanya ke rumah sakit akibat kelelahan. Komentar negatif dari orang-orang di sekitarnya semakin menggoyahkan rasa percaya dirinya. Meski demikian, Grace tidak membiarkan hal tersebut menghancurkannya. Sebaliknya, ia menjadikan masa sulit ini sebagai motivasi untuk bangkit.
Ketika pandemi mulai mereda, Grace kembali ke Jakarta dengan tekad untuk melanjutkan kariernya. Namun, ia dihadapkan pada kenyataan pahit, agensi modeling tempat ia bernaung memutuskan kontraknya karena ia dianggap tidak memenuhi standar fisik mereka. Meski sempat kecewa, Grace tidak menyerah. Ia memutuskan untuk terus memperbaiki diri dan fokus pada kesehatan, membuktikan bahwa ia mampu kembali ke dunia yang sangat kompetitif ini.
Selain menghadapi persaingan ketat dengan model-model lain, Grace juga harus melawan stereotip negatif yang sering melekat pada profesi ini. Banyak komentar miring yang meremehkan atau bahkan merendahkan kehidupan seorang model. Namun, Grace tidak membiarkan pandangan semacam itu meruntuhkan semangatnya. Baginya, modeling adalah profesi yang membutuhkan dedikasi, disiplin, dan kerja keras. Ia menjadikan kritik dan stereotip tersebut sebagai bahan bakar untuk membuktikan bahwa seorang model tidak hanya bergantung pada penampilan, tetapi juga memiliki kepribadian dan mental yang kuat.
Di Jakarta, Grace mulai mengikuti berbagai audisi untuk mendapatkan kembali pijakan di dunia modeling. Penolakan demi penolakan ia hadapi dengan kepala tegak. Bagi Grace, setiap kegagalan adalah peluang untuk belajar dan memperbaiki diri. Grace berhasil memperkuat portofolionya dan mendapatkan kembali kepercayaan diri yang sempat pudar.
Modelrunners: Komunitas untuk Mengubah PersepsiÂ