Bendera prancis sedang menjadi sesuatu yang melanglang buana di foto profil sosial media tersohor sejagat raya, Facebook. Facebook sebagai media sosial yang selalu memperbarui aplikasi pendukungnya mulai peka dengan humanisme dunia saat ini dengan aksi baru yaitu fitur foto profil yang menampilkan warna bendera prancis secara semu. Bagus, lucu dan menarik bukan? Tentu itu bentuk kecil kepedulian para pengguna facebook selain dengan "mendoakan" saja. Action baru gitu sekalian ikutan tren, kapanlagi bis up to date? Kilah-kilahnya.
Nah saya sejujurnya pengen juga menjajal aplikasi baru tersebut. Ikut tren-tren seru, tetapi setelah membaca berita-berita kontroversial dibalik bendera si empu Eiffel itu saya jadi dag dig dug. Niat yang cuma iseng dan ikut tren, oh juga menunjukkan solidaritas saya (heheh) mulai menyurut. Saya takut dikecam sama mereka-mereka yang mahir menegetik kata-kata dari kebun binatang,
yah semua tahu sendiri sebagaian masyarakat indonesia ada yang fanatik dan melancarkan aksi dengan kata-kata kebun raya bogor (kebun binatang terlalu kasar) sehingga saya sendiri ciut juga untuk menjajal aplikasi baru tersebut. Wah saya jadi nggak up to date dengan tidak menampilkan bendera prancis? Nggak juga kok, apapun bisa kita lakukan untuk menunjukkan solidaritas sesama manusia dengan kreatifitasmu sendiri.
Dari berita-berita kontroversial tentang bendera Prancis, ada yang menyebutkan bahwa Bos Facebook subjektif dalam memberikan bentuk solidaritasnya, kenapa harus Prancis saja? Serangan Palestina oleh Israel, bencana kelaparan di Ethiopia, pesta gempa di Jepang, dan mulailah bencana asap di Riau. Kurang menggugah hati si Bos kah humanisme tersebut? Ngowoh saya dengan kemahiran mereka memberian opini, saya sendiri tidak berfikir sejauh mereka.
Namun tetap saja pemikiran mereka juga subjektif, menurut saya, adalah hak dari masing-masing individu untuk mengekspresikan rasa kepeduliannya terhadap suatu bencana dengan caranya sendiri, ya kebetulan saja si Bos mengutarakannya dengan aplikasi foto profil facebook. Beda lagi dengan tukang becak yang mungkin dengan caranya memberikan diskon 50% kepada penumpangnya sebagai bentuk kepeduliannya kepada Prancis, apakah tukang becak juga akan diprotes sedemikian rupa?.
Tindakan Facebook yang demikian adalah apresiasi yang positif, tapi setelah kejadian seperti ini kalau saya boleh usul kepada pihak facebook ws diam sajalah, begini salah begitu salah, saya juga susah. Berniat baik demi meningkatkan rasa humanitas bagi para pengguna tidak melulu berbuah baik. Apalagi Indonesia, orang-orangnya cerdas dan kritis, hati hatilah dengan kami, sungguh kami ini penulis yang handal lho, handal membela yang benar dan handal membela dirinya (haha).
Apalagi pengguna Facebook di Indonesia mencapai 3 besar, juga trending topicnya yang selalu jadi nomor satu, baiknya pak Bos seharusnya sedikit merinding dengan kami. Lebih menakutkan lagi jika ajang menyediakan fitur ini dianggap sebagai salah satu bentuk Facebook membalas dendam terhadap ISIS. Ini malah salah kaprah lagi, dan ini yang menjadi hobi kami memperdebatkannya lagi :(
Tentunya setiap tindakan perlu dihargai dan diapresiasi dengan baik, meskipun dinilai subjektif dan sebagainya namun itu adalah kreatifitasnya memberikan bentuk dukungan moril kepada sesama manusia. Hanya karena apresiasi datang dari orang yang tersohor dan dianggap subjektif, bukan berarti itu adalah bentuk kekejaman moril bukan?
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing, berfikir lebih realistis dan dinamis tentang sekitar lebih baik daripada menghujat dan memberi applause buruk pada setiap sesuatu yang dianggap buruk. Nasionalisme dan apalah itu tidak dilihat dari kecakapannya dalam mengritik semata, namun sebuah aksi kecil saja yang mampu menggemparkan, minimal menggemparkan hati pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H