Sebaiknya dunia yang tak ada harus tetap kita adakan. Kalau perlu, kita ada-adakan. Caranya, yang tidak ada itu harus kita ada-adakan manfaatnya.
Kisah lanjutan dari Rahvayana edisi perdana, Aku Lala Padamu ini masih bercerita soal si ‘Aku’ yang tak henti-hentinya mengagumi Sinta. Sejak pertemuan pertama pada gerimis di Borobudur hingga Rahvayana akhirnya benar-benar melanglang buana tampil di gedung pertunjukan legendaris dunia. ‘Aku’ masih menulis surat-suratnya pada Sinta walau kadang Sinta tak lantas langsung membalasnya.
Saya tidak perlu menjelaskan lagi soal pembebasan pakem Rama-Sinta dari cerita Ramayana yang sudah terlanjur beredar dan kita semua maklum dibuatnya. Rama mengumpulkan pasukannya untuk merebut kembali Dewi Sinta. Pada “Rahvayana 2”, permainan sang Resi Sujiwo Tejo semakin mendetail untuk mengungkapkan apa saja yang terjadi diantara Rama-Sinta. Ia berhasil membuat kedua tokoh itu menampakkan sisi hitam-putihnya.
Pengalaman bersama ”Rahvayana 2” ini benar-benar menjadi suatu perjalanan yang menyenangkan. Menyenangkan karena akhirnya saya dapat gambaran mengenai sosok seorang Indrajit bila memang benar ada dalam kehidupan nyata. Sang pemilik Aji Sirep yang lebih sakti dari milik Wibisana ini menemani si ‘Aku’ sejak dari dalam kereta dari Guangzhou, lalu ke Tembok China dimana si ‘Aku’ mendalang untuk lakon Rahwana dan Sinta diiringi repertoar yang sakral dan kuno, Gending Ayak-Ayak Slendo Manyuro.
Sinta Gugat