Bung Karno menepuk bahu Mauludin. "Jangan khawatir, Mauludin. Kita akan berusaha bersama. Sekolah ini akan terbuka untuk semua anak, tanpa memandang latar belakang. Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa."
Percakapan itu memberi Mauludin harapan baru. Seiring berjalannya waktu, ide Bung Karno untuk mendirikan sekolah mulai terwujud. Dengan bantuan Inggit dan penduduk setempat, mereka mendirikan sekolah sederhana di Ende. Sekolah ini menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar membaca, menulis, dan mengenal sejarah perjuangan bangsa.
Di bawah pohon sukun, Bung Karno terus merenung dan menulis. Ia menulis naskah-naskah pidato yang penuh semangat dan visi tentang Indonesia merdeka. Ia menulis tentang persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada suatu malam, saat bintang-bintang bersinar terang di langit Ende, Bung Karno berbicara pada Inggit. "Inggit, aku yakin perjuangan kita tidak akan sia-sia. Kelak, Indonesia akan merdeka dan menjadi bangsa yang besar. Rakyat kita akan hidup dalam kebebasan dan keadilan."
Inggit menatap Bung Karno dengan penuh keyakinan. "Aku selalu percaya padamu, Bung. Bersama-sama, kita akan mewujudkan impian itu."
Pengasingan di Ende menjadi momen penting dalam perjalanan hidup Bung Karno. Di tempat yang jauh dari gemerlap kota, ia menemukan kekuatan baru untuk melanjutkan perjuangan. Di bawah pohon sukun, ia menggali inspirasi dan menyemai harapan bagi masa depan Indonesia. Dan dari Ende, semangat perjuangan itu terus berkobar, menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, hingga akhirnya mencapai kemerdekaan yang didambakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H