Mohon tunggu...
Anggi Arif
Anggi Arif Mohon Tunggu... -

Bobo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

03 Maret 2011

6 Januari 2012   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada pagi itu,ketika matahari mulai terbangun dari malamnya aku pun memakai baju yang berwarnakan putih polos dan bercelana abu-abu muda. Dengan sepasang pakaian itu aku berangkat menuju tempat yang dimana semua orang menggantungkan masa depannya.disana.
Saat itu akupun merasakan pagi yang amat menegangkan karena tepatnya pada hari itu seorang perempuan yang aku puja sedang berulang tahun yang ke-18nya. Mungkin buat sebagian orang atau bahkan semua orang menganggap pada Maret-03-2011 tidak ada momentum yang penting,tetapi itu semua tidak bagiku. Karena pada hari itulah aku mengungkapan kasih sayangku.kepada perempuan yang aku sangat dambakan.
Mungkin pada awalnya ketika  mengungkapkan rasa itu aku sedikit ragu karena sebelumnya pernah mengecewakan dirinya,alangkah baiknya dirinya di saat menerimaku kembali untuk menghiasi harinya, ketika itupun aku sangat bahagia karena bisa merangkai hari-hariku bersama orang yang aku sangat sayangi, Hari demi hari kita lalui bersama meskipun terpisahkan dengan pembatas yang transfaran.
Pada saat itu mungkin kami tinggal menghitung hari lagi untuk bisa bertemu setiap hari dikarnakan kami telah lulus dalam memakai pakaiyan putih abu. Tepatnya pada tanggal 06 mei kami pun bersepakat untuk berjalan-jalan meskipun waktu yang sangat sempit. Ketika saat ku genggam tangannya dengan sendirinya akupun merasa ketenangan karena berada di sisinya, bersamanya aku habiskan waktu itu untuk berduaan dengannya meskipun menurutku waktu yang sangat singkat. aku dengannya tak habis untuk canda,tertawa,senyum,bahagia dan berbagi kesenangan pada hari itu,bahkan sempat untuk berhujanria bersamanya dan menutup pejalanna dengan makan-makan di tempat yang lumayan nyaman, tak di sadari bahwa hari itulah aku dengannya terakhir bertemu
Hingga akhirnya hubunganku dengannya kandas di tengah jalan mungkin tepatnya di bulan Desember. Tak ingin rasanyan aku mengenang hari saat aku berpisah bersamanya. Disaat itulah mulai terpuruknya kehidupanku,yang dimana tidak ada kasih sayang,perhatian dan sambutan di pagi hari untuk mengawali aktifitas. Hari-hariku mulai kelabu!
Kelabu mulai menemaniku
kegelapan mulai berada di sampingku
keterpurukan telah menjadi masa depanku
Kepedihan yang mendalam yang selalu aku rasakan,tak sadarkah dirinya yang telah menyakitiku?apakah ada rasa bersalahkan dirinya terhadapku?Ingin sekali aku untuk membalas rasa sakit ini!!!
Tetapi rasa ingin balas dendam lenyap dengan sendirinya,Rasa sayang telah meredamkan semua amarahku kepadanya, hingga akupun berpikir di satu malam yang sangat indah oleh titik-titik bintang di langit.Apakah aku akan terus begini?kenapa masa depanku bertergantungan kepadanya?sedangkan dirinya telah bersama oranglain. Dengan tegas isi hatiku menjawab "TIDAK".
Meskipun isi hatiku menjawab tidak, tetapi dari hati yang sangat dalam jujur saja aku masih mengharapkannya kembli disampingku. Itu hanyalah sebuah harapan,meskipun aku akan melihatnya bersama orang lain kelak akan berhubungan yang tidak bisa di ganggu,akupun ikhlas untuk melihatnya. Karena kebahagiaanya adalah kebahagiaanku juga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun