Mohon tunggu...
deniza giadedi ayu
deniza giadedi ayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya seorang mahasiswi...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenangan yang Tak Pernah Terlupakan

10 Maret 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:55 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore yang begitu cerah, dihiasi dengan suara kicauan burung nan elok. Disebuah rumah yang tertata asri dan rapi karena banyak pepohonan di sekitarnya. Tetangga rumah Dila silih berganti ke sebuah ruang yang sudah banyak berkumpul orang banyak. Dila terbengong-begong kaget karena pernikahan dengan laki- laki yang tak pernah di kenal sebelumnya sudah di depan mata.

Dila adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Umurnya menginjak angka 17 tahun. Dila termasuk orang yang mandiri dan cerdas, karena semenjak SMP dia sudah bisa membiayai uang sekolahnya sendiri dari hasil berjual kumpulan cerpen yang di tulisnya sendiri.

Suatu ketika dila sedang berjualan novelnya kepada orang yang lalu lalang di halte bus. Tiba – tiba ada seoarang cowok manis menegur Dila, namanya Radit dan mereka berkenalan. Silih berganti hari mereka sering bertemu mereka mersa cocok diantara keduanya, akhirnya mereka berdua menjalin hubungan pacaran. Dan hal itu di ketahui oleh orang tau Dila. Ternyata orang tua Dila tidak setuju karena Radit hanya siswa yang seumuran dengan dila yang masih meminta kebutuhannya dengan orang tua.

Sore hari ketika Dila pulang dari berjualan novel, ia melihat seorang laki- laki duduk bersama orang tuanya di halaman depan. Ternyata laki-laki itu adalah anak teman ayahnya yang sering membantu keluarga Dila saat keadaan susah. Dan kedua orang tua mereka pun sepakat untuk menjodohkan anak mereka berdua.

“Dila masih muda,yah!!Dila masih mau seperti anak muda yang lain ”ujar Dila kepada sang ayah.

“Ayah tahu nak ,tapi ini sudah rencana kami untuk bisa lebih membahagiakan kamu”,ujar ayah.

“Tapi Dila sudah punya Radit yang bisa membahagiakan Dila”ujar Dila dengan nangis terisak-isak.

“Tapi ayah mau kamu lebih bahagia dengan calon yang di pilhkan ayah, lagi pula dia lebih baik daripada Radit, ujar ayah yang ikut merasa sedih karena melihat anaknya menangis.

Dila terdiam dan merenung,ia ingin marah tapi sudah terlambat karena sudah banyak kumpulan orang di depan rumahnya untuk resepsi. Dila belum juga mengganti bajunya dengan baju kebaya yang akan di gunakannya untuk menikah.

Lalu sang ayah datang dan membujuk Dila ”ayo sayang ganti bajunya ini demi ayah, jangan membuat ayahmu ini malu.”ujar ayah memohon dengan sedikit bersedih.

Ibu pun sudah menunggu di depan bersama para tamu yang sudah menunggumu di depan”ujar ayah lagi.

Karena tak tega dan berbakti kepada kepada ayahnya dan ibunya,akhirnya dila pun mengiyakan mengganti bajunya dengan baju kebaya. Dan dia pun sesekali terseyum di depan para tamu karena ia tidak mau membuat kedua orang tuanya malu di hapadapan para tamu.Dila sadar dia belum bisa membuat senang orang tuanya mungkin dengan dia menikah dengan laki- laki yang di jodohkan ayahnya bisa membuat orang tuanya tersenyum bahagia. Ijab Kabul pun di mulai dan kisah dengan Radit pun hanyalah masalalu yang di simpan sebagai senyum bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun