mahasiswa pasti mengalami tekanan dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Namun, terkadang tekanan tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, salah satu dampak yang dapat terjadi adalah Academic Burnout. Academic burnout adalah kondisi di mana mahasiswa merasa sangat lelah, tidak bersemnagat, dan merasa putus asa dalam menghadapi kehidupan perkuliahan. Umumnya, burnout yang dialami para mahasiswa merupakan akumulasi dari beban tanggung jawab akademik, masalah pencarian jati diri, ketidakpastian akan masa depan, masalah pembentukan hubungan interpersonal, serta keraguan akan diri sendiri (Chao, 2012).Â
SetiapAkibat dari academic burnout bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami academic burnout akan cenderung mengalami penurunan kinerja akademic, gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan dapat mengganggu kehidupan sosial mereka. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami risiko academic burnout dan cara pencegahannya.Â
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko academic burnout antara lain adalah tingkat stress yang tinggi, tuntutan perkuliahan yang berat, serta kurangnya dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Mahasiswa yang kesulitan menyelesaikan tugas perkuliahan atau merasa kesepian dan terisolasi cenderung lebih mudah mengalami Burnout dibandingkan dengan mahasiswa yang aktif bersosialisasi. Lalu bagaimanakah cara yang dapat kita lakukan untuk melakukan pencegahan?Â
1. Manajemen WaktuÂ
Manajemen waktu adalah salah satu solusi agar kita dapat menjalani hari dengan lebih produktif. Dengan melakukan manajemen waktu kita akan menjadi pribadi yang lebih menghargai dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan membuat perencanaan yang tersusun dan terorganisir.
2. Berhenti Menunda-nunda Mengerjakan Tugas
Menurut Solomon dan Rothblum (1984) beberapa kerugian akibat menunda-nunda suatu hal adalah tugas tidak terselesaikan atau terselesaikan tetapi hasilnya tidak memuaskan, dimana hal ini disebabkan karena individu terburu-buru  dalam menyelesaikan tugas yang diberikan untuk  mengejar batas waktu (deadline). Menunda-nunda mengerjakan tugas yang diberikan juga akan membuat tugas kita menjadi menumpuk di kemudian hari, karena tentunya sebagai seorang mahasiswa kita tidak bisa memprediksi tugas-tugas yang akan diberikan dosen di masa depan. Ketika tugas sudah menumpuk, biasanya kita akan mengalami stress dan malah tidak bisa mengerjakan tugas dengan maksimal. Oleh karena itu, segeralah kerjakan tugas yang di berikan. Carilah partner belajar agar tidak merasa suntuk dan menjadi lebih bersemangat.
3. Mencari Dukungan Sosial dari Keluarga, Teman, atau Lingkungan Sekitar
Buunk (dalam Van Dierendonck dalam Fereshti Lailani, 2012: 70) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan hal penting dalam upaya coping terhadap stres kerja dan dapat menetralkan burnout. Dukungan sosial yang diterima mahasiswa akan mengurangi kadar stres. Oleh karena itu, jangan sungkan meminta dukungan atau menceritakan suatu hal kepada orang-orang terdekatmu. Mereka dapat memberikan dukungan emosional yang sangat diperlukan untuk membantu kita melewati masa-masa sulit. Dengan begitu, risiko terkena academic burnout akan menjadi berkurang.Â
4. Mencari Kegiatan atau Hobi Baru yang Menyenangkan
Sebagai seorang mahasiswa, kita bisa mencari kegiatan atau hobi baru di luar perkuliahan untuk melepaskan tekanan. Jangan hanya bermain gadget dan mengisolasi diri dari lingkungan karena hal tersebut hanya akan meningkatkan risiko academic burnout. Di zaman yang serba digital ini semua informasi bisa kita dapatkan dengan mudah, banyak sekali kegiatan volunteer atau pengabdian masyarakat yang bisa kita ikuti. Atau jika anda lebih nyaman menghabiskan waktu sendirian, anda bisa bisa memulai hobi baru seperti memasak resep simple di dalam ruangan atau melakukan workout selama 10 menit setiap pagi. Hal ini dapat membantu anda menjadi lebih produktif dan tidak stress setelah mengerjakan banyak tugas perkuliahan.Â