Mohon tunggu...
Anggi WahyuYuliana
Anggi WahyuYuliana Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SMK N 1 Kismantoro

Selain mengajar saya suka dengan memasak dan membuat berbagai macam kue dan roti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Guru BK untuk Mencegah Bullying di Sekolah

4 November 2022   10:15 Diperbarui: 4 November 2022   10:16 4548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster yang ditempel di area sekolah (dokpri)

Perundungan atau yang lebih dikenal dengan kata bullying tentu saja sudah tidak asing lagi bagi kita, bullying sendiri merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Terdapat beberapa cara dan bentuk dari bullying itu sendiri salah satunya bullying secara langsung yang sering kita jumpai disekolahan. Bahkan, ironisnya, kekerasan fisik yang dialami oleh anak di sekolah kebanyakan dilakukan oleh para pendidik yang mengajar di sekolah maupun dari teman sebaya. Perilaku bullying yang kini sudah menjamur dilingkungan sekolah tidak bisa untuk dihilangan akan tetapi perilaku bullying mampu untuk dicegah atau dikurangi agar korban dari bullying itu sendiri tidak semakin menambah.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima setidaknya 37.381 laporan perundungan dalam kurun waktu 2011 hingga 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.473 kasus disinyalir terjadi di dunia pendidikan. Sementara itu, Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset Programme for International Students Assessment (PISA) pada Tahun 2018 mengungkapkan bahwa sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan di lingkungan sekolah.

Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud) Nadiem Makarim baru baru ini memaparkan hasil survei karakter yang dilakukan Kemendikbud. Survei tersebut melibatkan 260 ribu sekolah di Indonesia di level SD/Madrasah hingga SMA/SMK. Ada 6,5 juta peserta didik dan 3,1 juta guru yang dilibatkan dalam survei tersebut. Dari survei tersebut ada 24,4 persen potensi perundungan atau bullying di lingkungan sekolah.

Bentuk bullying yang terjadi di sekolah dapat berupa: pertama, bullying secara verbal. Dimana kekerasan yang dilakukan berupa julukan nama,ejekan, makian, cacian, celaan,penghinaan,teror,fitnah. Kedua, bullying secara fisik. Dimana kekerasan yang dilakukan berhubungan dengan tubuh seseorang yang dapat berupa pukulan, meludahi, tamparan,menggigit,mencekik,mencakar,tendangan. Ketiga, bullying secara relasional atau sosial. Dimana kekerasan yang terjadi karena munculnya kelompok tertentu yang berseberangan dengan kelompok ataupun individu lain hingga adanya pengucilan, pengabaian, penghindaran. Keempat, bullying elektronik atau cyber. Dimana merupakan perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti computer, handphone, internet, website,chatting room,email,SMS, media sosial dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

Fakor terjadinya bullying ini diantaranya, yaitu turun temurun dari senior (senioritas), ekonomi, agama, gender, keluarga tidak rukun, situasi sekolah tidak harmonis, perbedaan karakter individu ataupun kelompok, adanya dendam/iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik, dorongan untuk mendapatkan kepuasan dan meningkatkan popularitas pelaku dalam ruang lingkup teman sebayanya.

Dampak dari kurangnya kesadaran yang di lakukan oleh pihak sekolah menangani terjadinya kasus bullying yang berada di sekitar lingkungan sekolah akan menyebabkan terjadinya beberapa dampak seperti nilai jelek,berkurangnya konsentrasi siswa,menurunnya ranking bahkan tidak naik kelas, kehilangan kepercayaan diri, grogi, pendiam, tertutup, rasa tidak nyaman,depresi, rasa takut untuk bersosialisasi, terjadinya mental issues akibat trauma yang di alaminya karena tindak perundungan yang di terimanya.

Efek bullying disekolah untuk korban dapat merampas rasa percaya diri mereka, sedangkan untuk pelaku bullying dapat menjadi kebiasaan dan kenikmatan untuk meningkatkan ego mereka. Ketakutan dan ketidaknyamanan serta emosional trauma yang diderita korban dapat menyebabkan anak untuk putus sekolah. Bahkan baru saja terjadi disekolah saya, ada seorang siswa yang memutuskan untuk pindah sekolah dikarenakan menjadi korban bullying dikelas.

Dengan dampak yang cukup memprihatinkan terhadap korban bullying, maka diperlukan pencegahan secepatnya. Berdasarkan pasal 54 UU Nomor 35 Tahun 2014, "Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindakan kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain."

Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) yang di sediakan di dalam ruang lingkup lingkungan sekolah seharusnya dapat diberikan kepada siswa secara optimal dalam pencegahan perilaku bullying, para guru BK harus bisa mendengarkan keluhan serta aduan yang di berikan oleh para korban bullying. Selain itu seorang guru BK harus tau gejala yang dialami korban bullying di sekolah. Karena korban tidak akan berani mengeluh dan takut terhadap pelaku bullying. Namun mereka biasanya menunjukkan beberapa gejala diantaranya kesulitan tidur, siswa tidak masuk tanpa keterangan dan sebab tertentu, sering membuat alasan untuk membolos, kesulitan menaruh perhatian di kelas atau kegiatan apapun, tampak gelisah, lesu, minder dan lebih senang menyendiri.

Salah satu tugas guru BK dalam mencegah perilaku bullying adalah dengan selalu menanamkan nilai kebaikan moral pada siswa. Selain itu guru BK juga melakukan bimbingan klasikal menjelaskan tentang apa itu bullying, bagaimana perilaku bullying itu, sebab dan akibat yang timbul bila perilaku bullying terjadi seta cara mencegah dan melawan bullying. Guru BK juga menggunakan media papan bimbingan dan leaflet tentang perilaku bullying. Hal ini di lakukan guru BK agar siswa mengetahui bahwa bullying adalah perilaku negatif dan siswa memiliki pemahaman bahwa perilaku bullying itu tindakan yang tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun