Mohon tunggu...
Anggi
Anggi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Tidar Magelang

Saya suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN UNTIDAR Kunjungi UMKM Fara Sablon : Pencetus Kampung Kaos Drojogan

7 Agustus 2024   02:30 Diperbarui: 7 Agustus 2024   02:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diah Anggitasari (Dokpri)

Banyaknya UMKM kaos sablon membuat Dusun Drojogan Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman mendapat julukan ”Kampung Kaos”. Tepatnya terdapat 30 UMKM yang sudah menekuni usaha tersebut.

Melihat potensi yang ada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengadakan kunjungan UMKM di Kampung Kaos. Kegiatan kunjungan dilaksanakan pada Senin, 5 Agustus 2024 di rumah Pak Sodik yang beralamat di Dusun Drojogan. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan baru dan terjun langsung belajar mengenai usaha kaos sablon yang berhubungan dengan kewirausahaan serta menjalin silaturahmi dengan warga setempat.

Adanya kampung kaos tidak lepas dari sosok Muchamad Sodik (39) sebagai pencetusnya. Sodik mengawali usaha pada tahun 2002 yakni percetakan dengan produk berupa kartu nama dan undangan. Lalu, merambah membuat spanduk dan kaos sablon yang berdiri hingga kini.

“Awalnya saya menawarkan door to door di kantor, di sekolah soalnya waktu itu belum ada hp yang secanggih sekarang,” ujar Sodik.

Seiring berjalannya waktu, Fara Sablon mendapat pesanan kian membludak yang membuat Sodik kewalahan. Kemudian ia berinisiatif mengajak para pemuda yang ada di Dusun Drojogan yang menganggur untuk terlibat dalam usahanya. Pada awalnya para pemuda belajar dengan Sodik mengenai cara pembuatan kaos sablon hingga siap jual, yang akhirnya membuat ia berpikiran dan memberi saran kepada para pemuda untuk mendirikan usaha kaos sablonnya sendiri. Alhasil kini terdapat 30 UMKM kaos sablon yang membuat kampung ini dikenal dengan sebutan “Kampung Kaos”.

“Menurut saya dengan usaha bareng-bareng justru bisa memperkuat. Saya percaya bahwa rezeki itu sudah ada yang ngatur dan kami bisa kerja sama kalau ada pesanan banyak. Jadi ya tidak ada persaingan yang tidak sehat justru malah saling support seperti kalau ada yang kekurangan bahan saat produksi, bisa tanya ke yang lain. Atau misal mau belanja bahan bisa nitip dan saling bantu,” jelas Sodik (5/8).

Dengan saling mendukung dan kerja sama membuat Kampung Kaos Drojogan semakin kuat dengan bandrol harga standar baku yang sudah disepakati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun