Mohon tunggu...
Anggi MargaretaArdiyanti
Anggi MargaretaArdiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga SIKIA Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Obesitas

30 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 30 Mei 2022   08:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tahukah Anda bahwa Pada zaman yang serba cepat seperti sekarang ini banyak menuntut dalam perubahan gaya hidup seperti makanan. Menurut WHO makanan merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh selain air, obat, dan beberapa substansi untuk pengobatan. Pada umumnya makanan merupakan kombinasi bahan pangan yang bergizi dan layak untuk dikonsumsi serta telah diolah sehingga mempunyai efek untuk peningkatan kesehatan. Namun di zaman yang sangat modern ini masyarakat mulai menyukai makanan cepat saji.

Secara tidak sadar kita sering kali menjumpai masyarakat yang sering mengonsumsi makanan dalam kemasan instan. Makanan cepat saji memiliki karakteristik yang sangat tidak sehat dan berbahaya bagi tubuh manusia serta memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, banyak kandungan lemak (kolesterol), garam dan gula, memiliki kalori yang sangat tinggi dengan serat yang begitu rendah.

Pada umumnya makanan tersebut diproduksi dengan teknologi yang tinggi dengan di beri bermacam-macam zat aditif oleh industri pengolahan yang bertujuan untuk memberikan pengawetan serta cita rasa yang dapat bertahan lama bagi produk tersebut. Jika makanan cepat saji dikonsumsi secara terus menerus akan berdampak pada kejadian obesitas.

Obesitas merupakan suatu kondisi di mana lemak yang menumpuk di dalam tubuh membakar lebih banyak kalori daripada yang terbakarsehingga menyebabkan berat badan yang berlebihan. Kejadian obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan baik di kalangan keluarga dengan status kaya maupun di keluarga dengan status miskin. Hal tersebut terjadi karena adanya peralihan dari pola konsumsi makanan tradisional ke produk olahan yang mengandung banyak lemak, gula dan serat yang begitu rendah serta untuk harganya sendiri lebih terjangkau dari pada harga makanan sehat.

Prevalensi peningkatan peristiwa obesitas di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Indonesia di tahun 2013 memiliki prevalensi obesitas sebesar 14,8% sedangkan prevalensi obesitas di Indonesia pada tahun 2018 mengalami sebuah peningkatan menjadi 21,8%. Pada tahun 2013 peningkatan obesitas yang sangat pesat juga terjadi pada orang dengan umur lebih dari 15 tahun sebanyak 23,6%, pada tahun 2018 prevalensi obesitas meningkat menjadi 31%.

Remaja yang cenderung mengikuti kehidupan modern dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dapat membahayakan tubuh dan memiliki pengetahuan yang rendah mengenai gizi juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas.

Remaja yang mengalami obesitas di masa mudanya bisa jadi dimasa pertumbuhan selanjutnya akan mengalami hal yang serupa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peristiwa obesitas pada saat remaja yang mengalami masa transisi pertumbuhan menjadi dewasa sehingga terjadi peningkatan dalam waktu kurang lebih lima tahun. 

Untuk mengurangi prevalensi kenaikan obesitas maka diharapkan kepada masyarakat
untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang gizi yang seimbang dan olahraga yang teratur. Dilarang mengonsumsi makanan cepat saji dan harus mengonsumsi makanan sehat yang terhindar dari lemak, gula dan garam. Untuk menjunjung tinggi negara Indonesia sebagai negara yang sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun