Mohon tunggu...
Anggraini Prawesti
Anggraini Prawesti Mohon Tunggu... -

Mantan reporter majalah remaja yang lagi coba cari peruntungan nasib lagi..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ujian, Ujian, Ujian...

1 April 2010   00:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adikku yang paling kecil saat ini sudah duduk di kelas 3. Seperti anak kelas 3 lainnya, entah kelas 3 SMP atau SMU, pasti sudah mulai repot untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Dari ikut les dari pagi hingga sore sampai ikut les tambahan di sekolah. Nggak cuma itu, hari-hari dia dan sebagian anak-anak kelas 3 lainnya pun jadi dipenuhi dengan mengikuti try out sana-sini. Kebiasaanya untuk main atau sekedar nonton TV jadi sedikit dikurangi. Hampir setiap hari, ia hanya bergelut dengan rumus-rumus matematika atau fisika. Nggak pusing ya? Wah kayaknya nggak jadi masalah tuh! Yang penting bisa lulus Ujian Nasional.

Adikku jadi semakin sibuk ketika hari ujian semakin mendekat. Buku-buku kumpulan soal yang banyak dijajakan di Gramedia habis dia kerjakan semua. Jadwal les-nya pun semakin padat. Semua peralatan sekolah, seperti pensil 2B sampai rautan langsung diborong. Lucunya, semua persiapannya itu semakin disempurnakan dengan acara doa bersama yang diadakan di sekolah. Bukan acara doanya yang menurutku lucu. Itu justru positif! Tapi kemasan acara doanya. Semua anak dikumpulkan di lapangan dan dibuat untuk bertobat mengakui kesalahan-kesalahan mereka. Semua anak pun otomatis langsung jadi saling bermaafan. Nggak hanya dengan teman-teman mereka, adikku juga meminta maaf kepadaku, mama, papa, adikku yang lebih besar sampai supir rumah. Sambil disertai permohonan agar kami mendoakan dia bisa lulus ujian. Aku yang mendengar tingkah polah dia langsung terkekeh. Dan semakin tertawa ketika dia menceritakan semua temannya menangis untuk segera bertobat sebelum hari ujian itu tiba. Hmm, antara bingung, lucu, dan sedih, aku jadi bertanya-tanya apakah sebegitu menakutkannya Ujian Nasional?

Fenomena ketakutan ujian ini juga makin didukung dengan keadaan lingkungan. Coba saja lihat poster-poster yang terpampang di sekolah-sekolah yang bermaksud untuk memberi semangat. Hampir rata-rata poster itu tertulis”Selamat berjuang, nak! Kami segenap orang tua mendoakan kalian agar lulus ujian” atau tulisan seperti ini ”Kak, doa kami selalu menyertai kalian dalam ujian!”. Aku saja yang membacanya jadi ikut-ikut deg-degan, apalagi mereka? Parahnya keadaan ini seakan dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan pendukung ujian, ya misalnya perusahaan pensil atau penerbitan buku. Masing-masing dari perusahaan itu berlomba-lomba menampilkan kualitas terbaik untuk menunjang para customer (adikku dan teman-temannya yang akan ujian). Salah satu perusahaan pensil bahkan berani bertaruh kalo produk pensilnya sudah teruji kualitas kehitamannya terhadap sistem komputer. Nggak tanggung-tanggung, mereka menampilkan video yang dipampang besar di toko buku tentang bagaimana proses produk mereka diujikan. Atau, misalnya strategi pasar yang diluncurkan salah satu penerbitan buku pelajaran terbesar. Perusahaan tersebut juga tak mau kalah memberi jaminan kepada setiap pembelinya bahwa semua materi yang ada dibuku tersebut dijamin seperti materi yang diberikan di Ujian Nasional. Bahkan, mereka rela uang kembali 100% kalo pembeli buku tersebut tidak lulus ujian. Yah sebenarnya aku tidak bermaksud menyalahkan perusahaan-perusahaan tersebut. Menurutku, mereka hanya memanfaatkan keadaan untuk meluncurkan strategi pasar agar produk mereka cepat laku. Tapi, yang aku sayangkan justru kenapa instutisi seperti sekolah yang kemudian dipatuhi oleh para orang tua memberikan pressure yang begitu keras kepada anak-anak yang akan ujian, sehingga atmosfir ketakutan ujian jadi begitu terasa kental?

Tapi, kalo dirunut-runut, tidak hanya sekolah saja yang patut disalahkan. Pemerintah yang memberlakukan sistem aturan ujian nasional juga turut andil. Hampir setiap tahun, standar nilai lulus sekolah selalu dinaikan. Bobot materi ujian juga semakin ditingkatkan. Nggak heran, sekolah yang mempunyai tanggung jawab moril untuk meluluskan siswa-siswa jadi semakin giat meluncurkan berbagai program lulus ujian. Yah, selain adanya kepentingan prestise dan materi dari masing-masing sekolah itu sendiri sih. Sebenarnya, di satu sisi ujian nasional punya efek positif, kualitas pendidikan Indonesia semakin naik menurut hitung-hitungan angka. Tapi, pernahkan terpikirkan kalo sistem Ujian Nasional ini layaknya bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Mungkin anak-anak sekolah tersebut tidak menyadari, tapi kondisi mereka yang terus ditekan untuk bisa lulus yang hanya ditentukan oleh ujian dalam beberapa hari dengan angka yang sudah ditentukan membuat keadaan psikis dan mental mereka justru jadi drop.Akhirnya nggak jarang, anak-anak yang sebenarnya pintar dalam ujian biasa justru jadi lemah ketika ujian nasional, atau banyak juga anak-anak yang memanfaatkan segala cara sampai membeli soal ujian agar mereka bisa lulus.

Wah kalo udah begini, pantas saja Ujian Nasional layaknya perjuangan di medan perang. Yang kuat yang bisa lulus, yang lemah yang akan gagal. Walaupun, sebenarnya nggak seperti itu juga keadaanya. Aku merasakannya sendiri. Perasaan takut, cemas, deg-degan menjelang ujian begitu kencang. Tapi, seperti adegan drama anti klimaks, Ujian Nasional akhirnya berjalan dan terjadi begitu saja. Suasana yang begitu menegangkan menjelang ujian ternyata justru jadi terasa berlebihan ketika hari ujian itu benar-benar tiba. Makanya, untuk semua anak-anak yang akan atau sedang ujian, termasuk adikku, aku doakan semoga berhasil! Tenang saja, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun