Mohon tunggu...
ARohimat
ARohimat Mohon Tunggu... Petani - Seorang pelajar

Belajar untuk menulis~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kurangnya Air Bersih pada Musim Kemarau di Desa Jatihurip

7 Februari 2022   22:26 Diperbarui: 7 Februari 2022   22:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam kehidupan di bumi ini, air sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan semua makhluk yang ada di dalamnya. Di antaranya, kita sebagai manusia, tanpa air tidak akan bisa hidup dengan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari Air. Air bekerja dengan ajaib dan dengan begitu banyak manfaat. 

Jika anda minum banyak air bersih tanpa kuman dan jernih, maka hal tersebut akan memacu peningkatan pada kesehatan manusia dan anda sendiri. 

Para peneliti menemukan bahwa minum air putih minimal harus 2 liter per hari untuk menjaga kesehatan tubuh. manfaat air putih dan manfaat kesehatan memang tidak bisa terpisahkan.                                    

Meskipun air merupakan SDA terbaharukan dan jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunaannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. Jika sumber daya air tak dikelola dengan baik, tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan semua makhluk hidup. 

Ada beberapa masalah yang dihadapi terkait sumber daya air, yakni masalah tercemarnya sumber air, kesulitan akses terhadap sumber air, bencana akibat daya rusak air dan akibat kekurangan air, serta konflik terkait sumber air.                                                                                           

Seperti halnya, yang dihadapi oleh warga di Lingkungan Perumahan Jatihurip, Desa Jatihurip, Kecamatan Sumedang Utara, yang dilanda krisis air bersih. Hampir setiap tahunnya pada musim kemarau warga desa tersebut kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus). 

Jadwal untuk dikirimnya air oleh PDAM pun hanya 2-3 hari sekali dan dilakukan pengalirannya pada pagi hari dimulai dari jam 1-4 pagi. Sehingga, sebagian warga tidak mendapatkan dari PDAM tersebut. Oleh karena itu, pada saat hari libur banyak warga berbondong-bondong mendatangi tempat mata air Cibunut yang lumayan agak jauh dari perumahan untuk mencuci pakaian mereka dan mengangkut air dari tempat tersebut agar kebutuhan airnya terpenuhi.                                     

Dalam permasalahan ini, solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan Penampung Air Hujan (PAH), seperti yang dilakukan di desa lain. PAH menampung air hujan yang turun sehingga air dapat terkumpul dalam satu wadah. 

Air yang sudah ditampung ini dikelola sebaik mungkin sehingga bisa digunakan untuk keperluan mandi, cuci baju, atau air baku minum oleh kebanyakan masyrakat pedesaan. Selain itu, warga desa yang memiliki sumur yang memiliki air melimpah dapat berbagi terhadap warga lainnya sehingga dapat menambah pasokan air warga yang terkena dampak kekeringan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun