Mohon tunggu...
Angger Wiji Rahayu
Angger Wiji Rahayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bermimpi menjadi penulis. Karena dunia yang kita lihat hanyalah representasi. www.anggerwijirahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bebe Oh Bebe

25 Maret 2013   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:14 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alin menganggap BB merupakan gadget terkini yang bisa membuatnya menjadi tenar di sekolahnya. Baginya, tiada yang lebih canggih dari BB. Berbeda dengan ponsel generasi pertama miliknya yang hanya dapat menerima telepon dan pesan pendek, BB menawarkan dunia dalam genggaman. BB bisa membuat orang terhubung tanpa batas, dimanapun dan kapanpun. Semua terhubung dari fasilitas internet, telepon, pesan pendek (sms), foto, menyimpan data hingga berbagai fitur yang ditawarkan. BB bisa menghubungkan semua orang dengan fasilitas chattingnya yang sering disebut BBM dengan mudah, bisa memperbarui status dijejaring sosial serta browsing apa saja karena banyaknya tawaran berbagai provider internet. BB sebagai alat teknologi smartphone pertama sangat digandrungi oleh kaula muda. Bentuknya yang sedikit besar dari kebanyakan ponsel dekade pertama membuat ponsel ini mempunyai kekhasan sendiri.

Bagi Alin BB merupakan alat yang membuat dunia serasa dekat dan mudah dijangkau. Jika ada momen bagus bisa diabadikan dengan kamera ponsel dan dapat langsung diunggahdeh dijejaring sosial. Atau yang lebih kerennya diupload. Sebenarnya kalimat diunggah itu lebih dikenal setelah era internet mulai dikenal tahun 2000-an. Banyak orang sih yang mempertanyakan menganai kata ‘unggah’ itu. Ah, itu tidak usah dibahas panjang lebar Alin menganggap BB-lah yang membuat seseorang  menjadi terlihat lebih keren. Semua aktifitas bisa terekam dan semua orang bisa mengetahui semua aktifitas yang dilakukan. Kita bisa update status apapun ketika kita sedang berada dimanapun. Layaknya seorang artis yang setiap tingkah lakunya diburu oleh para paparazzi.

Alin ingin sekali memiliki BB. Sudah hampir menyeluruh temannya memiliki gadget ini. Bahkan Indah, seorang yang dianggap cupu di sekolahpun saat ini sudah memiliki BB. Tidak terkecuali bagi Angga, sang pujaan hati Alin. Angga termasuk anak yang popular di sekolahnya, maklum bagi remaja seusia Alin, perasaan tertarik pada lawan jenis sangat mendominasi dalam jiwa remaja yang sedang menggelora. Alin merasa Angga terlihat sangat keren saat menenteng gadget impiannya itu, yaitu BB.  Kekagumannya terhadap Angga semakin menjadi-jadi ketika Alin pertama kali melihat Angga menenteng BB.

Angga-lah orang yang pertama kali menenteng BB di sekolahnya. Maklum saja, Angga anak kepala sekolah. Walaupun sudah ada aturan bahwa tidak diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah. Tapi karena Angga anak kepala sekolah, aturan tersebut jadi berubah. Awalnya Angga hanya ditegur oleh guru bimbingan konseling agar tidak membawa ponsel ke sekolah. Yah, walaupun aturan sudah ditetapkan, tetap saja yang namanya anak orang nomor satu di sekolah ini aturan tersebut tidak terlalu dihiraukan. Aturan tersebut hanya diberlakukan satu minggu oleh Angga.

Setelah itu, dengan diam-diam Angga mengajak anggota Osis untuk mengirimkan surat ke pihak sekolah agar mengubah aturan tidak diperbolehkannya membawa ponsel ke sekolah. Dalih yang digunakannya, pertama perubahan zaman, kedua kemudahan aksesibilitas jika terjadi tindak kriminilitas. Dua alasan itu, sangat ampuh merubah peraturan di sekolah, apalagi ada pengecualian kewajiban penonaktifan ponsel pada waktu belajar. Serta tidak diperbolehkan membawa ponsel pada waktu ujian berlangsung.

Senyum kemenangan tentu dipegang Angga, apalagi hampir seluruh anggota komite menyetujui usulan Osis ini. Yah, beginilah akhirnya, demam BB merebak di sekolah. Hampir seluruh anak gaul dan keren di sekolahan memiliki gadget ini. Sesekali mereka mencuri waktu ber-bbm ria waktu jam pelajaran sekolah berlangsung. Tentu saja bukan hanya urusan pribadi yang dibicaran dibbm ini tetapi gunjingan-gunjingan mengenai guru yang sedang mengajar. Bahkan sesekali ada seorang anak yang iseng memfoto pantat seorang guru Bahasa Inggris dan mengirimkannya menjadi broadcast kepada teman-teman bbmnya. Terang saja, bagi pengguna bbm, broadcast tersebut jadi buat seluruh anak keriangan dan tertawa dibelakang sang guru. Tanpa diketahui sedikitpun oleh guru.

Bukan hanya itu, ada beberapa anak yang memanfaatkan BB untuk memotret beberapa bagian pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru. Kata anak-anak tersebut, mereka capek menulis sehingga mereka tidak repot lagi menulis dibuku. Atau ada yang sedikit nakal menjadikannya alat untuk mencontek dan fasilitas untuk tukar menukar jawaban ujian.

Kalau fasilitas kamera itu tidak usah ditanya lagi. Setiap momen yang terjadi pengguna gadget ini langsung mengabadikannya dan langsung diunggah dijejaring sosial. Tentu saja foto yang bagus-bagus, atau sesekali diedit dengan fasilitas yang ada baru diunggah. Jadilah foto-foto narsis dengan terlihat wajah yang sedikit putih atau lebih tepatnya disebut pucat. Bagi mereka wajah putih dan mulus menjadi kewajiban dan menjadi kebahagian tersendiri. Walaupun pada kenyataannya tidak begitu. Bukankah itu benar?

***

Teriknya matahari tidak menyurutkan langkah Alin untuk merengek kepada bapaknya untuk membelikannya gadget BB tersebut. Sepertinya lapar yang sedari tadi mendera tidak dihiraukannya. Dipikiran Alin hanya bagaimana caranya mendapatkan BB dan dapat memberikan pin BB ke Angga dalam waktu singkat.

Tadi siang Angga datang ketempat duduknya di kantin dan menanyakan pin BB Alin. Sontak saja, Alin terkejut. Alin merasa campur aduk, antara bahagia ditegur pujaan hatinya tapi malu karena belum punya BB. Akhirnya Alin meminta nomer ponsel Angga, yang dibalas Angga dengan tidak meminta nomer ponsel Alin. Sepanjang perjalanan pulang, Alin bingung bagaimana caranya bisa menjalin hubungan dengan Angga via komunikasi ponsel. Dari itu Alin bertekad ingin memiliki BB secepatnya dan dengan bangganya mengirim pesan pendek ke Angga memberitahukan pin BB baru Alin.

Alin sudah sangat buru-buru masuk rumah. Setelah mengucapkan salam yang tak sempat dijawab oleh orang tua Alin, Alin langsung mengutarakan maksudnya ke orang tuanya.

‘bak, aku nih pengen punyo BB. Pokoknyo belike aku ni BB. Lah bosan aku makai yang butut-butut terus’, kata Alin mencerca Bapaknya yang sedang santai duduk di ruang tamu.

‘walaikumsalam, yo kagek bak belike’, kata Bapak Alin santai tanpa memperdulikan ocehan anak semata wayangnya.

‘nian yo pak, janji yo bak’, kata Alin langsung kegirangan dan berlari ke kamarnya.

Di ruang tamu, bapak Alin yang sedang santai memang sering tidak memperdulikan keinginan Alin. Maklum saja, bapak Alin yang terkenal dengan sebutan Wak Koneng ini tidak berpendidikan memadai. Wak Koneng lahir di Kota Palembang, di pinggir sungai Musi. Sedari kecil Wak Koneng ini hanya bisa membuat pempek dan hingga sekarang masih berjualan pempek.

Kaki Wak Koneng sedikit pincang yang sebelah kanan. Waktu kecil Wak Koneng pernah step dan menderita sakit hepatitis. Waktu itu warna tubuhnya kuning karena penyakit hepatitis dan dibarengi step. Sebenarnya dalam medis, wak Koneng menderita gejala radang selaput otak. Karena mukjizat Tuhan, Wak Koneng selamat dan sembuh dari penyakitnya. Tapi dia harus merelakan kakinya sebelah pincang. Sejak saat itu, wak Koneng disebut Koneng yang berarti bewarna kuning.

Walaupun tingkat pendidikan rendah, tapi wak Koneng termasuk orang yang cukup berhasil dibidang usaha pempek ini. Siapa yang tidak tahu pempek 000, pempek ini sudah merajai di lingkungan Pasar Sekanak. Pasar Sekanak ini berada didekat Benteng Kuto Besak yang berdampingan dengan Sungai Musi. Pasar Sekanak ini terkenal dengan pempek yang enak dan murah. Tak terkecuali pempek buatan wak Koneng. Kadang-kadang, orang lebih menyebutnya pempek wak Koneng.

Warung wak Koneng sudah termasuk warung pempek yang maju. Berbagai pempek setiap harinya diproduksi diwarungnya. Tentu saja dengan rasa ikan yang gurih. Bukan hanya pempek warung wak Koneng juga menyediakan berbagai jenis kerupuk ikan dan kemplang yang enak-enak. Omzet wak Koneng sebulan sekitar 150 juta rupiah.

Entah mengapa wak Koneng tidak membeli mobil pribadi untuk fasilitas keluarganya. Walaupun mempunyai uang yang banyak, Alin tetap saja ke sekolah menggunakan fasilitas umum. Kadang Alin mengeluh kepada bapaknya supaya dibelikan motor atau mobil, sehingga ada yang antar jemput ke sekolah. Maklum saja bus-bus yang ada di Kota Palembang sering ugal-ugalan. Tidak hanya sekali Alin harus kena copet, bahkan berkali-kali. Tapi apa yang harus dicopet dari seorang Alin. Ponsel bututnya selalu ditinggalnya dirumah. Dalam dompetpun hanya bertengger foto Angga yang dicurinya dari salah satu akun dijejaring sosial milik Angga, serta beberapa uang lembar ribu-ribuan sisa uang jajan Alin hari itu.

Usut punya usut ternyata wak Koneng sedikit mabuk jika berada lama dalam mobil. Itu yang menyebabkan wak Koneng belum membeli mobil hingga sekarang. Wak Koneng harus puas dengan memiliki sepeda motor yang digunakannya kemana-mana. Tapi rahasia ini hanya berada dilingkungan keluarga Alin, sehingga masyarakat sekitar sering menganggap keluarga wak Koneng sederhana.

Wak Koneng mengingat-ingat apa yang diminta Alin tadi. Sudah lama sekali anak semata wayangnya itu tidak dituruti kemauannya. Tadi pagi seorang pembeli mengatakan bahwa untuk apa semua harta yang dimiliki jika bukan untuk anak-anak. Karena itu, untuk menyenangkan hati anaknya, Wak Koneng sekali ini ingin membelikan sesuatu yang diiinginkan Alin. Tapi wak Koneng lupa apa yang tadi diminta Alin. Wak Koneng kebingungan, tapi untuk menyenangkan hati Alin, wak Koneng berusaha keras untuk mengingat sambil melayani pembeli pempek.

Tiba-tiba saja ada sepasang anak muda yang sedang terlibat asmara sedang makan di warung Wak Koneng. Sambil melayani pembeli yang emmbayar dikasirnya, wak Koneng menguping pembicaraan kedua sejoli ini.

‘beb, ih ilfeel nianlah aku denga si Rini tu, BBnyo bau nian ye’, kata seorang pembeli cewek

‘yo, kau omongke masalah BBnyo tuh’, kata sang cowok sewot.

‘iyo beb, kalo bb ini sih baunyo lain beb’, kata cewek dengan centilnya sambil menyodorkan kantong baju yang berisi BB.

Kedua sejoli itu senyum-senyum kecentilan hingga beberapa pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.Pendengaran wak Koneng yang sudah setengah–tengah ini membuat wak Koneng hanya mendengar tentang yang berhubungan dengan BB yaitu bau badan. Wak Koneng juga tidak mencerna apa yang dikatakan oleh kedua pembeli tadi mengenai istilah BB. Apalagi suasana warung wak Koneng mulai riuh rendah dengan kehadiran pembeli.

Mendengar pembicaraan tersebut, Wak Koneng bertekad pulang malam nanti akan membawakan BB untuk Alin. Wak Koneng sengaja menitipkan kasir dengan wak Dullah, pegawai wak Koneng yang paling dipercaya. Bisa dikatakan wak Dullah tangan kanan wak Koneng di warung pempeknya. Wak Koneng akan menemui wak Mahmud, teman sebaya wak Koneng untuk menanyakan saran lebih lanjut dari wak Mahmud mengenai BB.

‘asalamualaikom’

‘walaikumsalam, nah ado apo nian sore-sore lah sanjo kesini. Apo dak bukak warung tuh’, sapa wak Mahmud dengan ramah sambil menjulurkan tangan bersalaman.

‘cak ini kak, aku nih tadi dimintain Alin belike BB, nah menurut kau macam mano nih kak? Aku nih selamo ini idak pernah nyenengin Alin. apolagi dio nih anak semata wayang aku, aku pengen nyenengke Alin’, kata wak Koneng panjang lebar

‘belike, kapan lagi nak nyenengin anak. Mumpung masih ado inilah kak’, kata wak Mahmud langsung menimpali.

‘masalahnyo aku nih dak tau BB tuh apo kak, tapi dari yang kudenger-denger tadi bau badan kak’, kata wak Koneng curhat dengan wak Mahmud.

‘oi kak, raso aku bukan bau badan, anak mudo zaman sekarang nih, pake handphone yang lebar itu nah kak. Kalo dak yakin ngapo idak ditanyo langsung ke Alin be?’, tanya wak Mahmud.

‘rencano ni pengen suruprise kak. Nah, amun cak itu cari dimano handphone besak itu yo?’, kata wak Koneng dengan mantap mengatakan surprise, kata kejutan dalam bahasa Inggris.

‘nah kebetulan ado kawan aku tadi yang nak jual BB tuh, apo kito kesano be?’, kato wak Mahmud tidak sadar dengan kata surprise yang disebutkan wak Koneng tadi.

‘payolah sekarang kito kesano’, kata wak Koneng mantap.

Wak Koneng dan wak Mahmud mengemudikan motor wak Koneng menuju rumah teman wak Mahmud dengan sebelumnya wak Mahmud menelpon temannya tersebut. Sesampainya di rumah teman wak Mahmud tersebut yang terletak di sudut gang, teman wak Koneng yang sudah riang menunggu kedatangan mereka berdua.

‘nah, ini nah Jul, kawan aku nih nak nengok BB jualan kau ni’, kata wak Mahmud memulai pembicaraan.

‘nah ini nak kak, barang aku ni aseli, tapi barang belack market cak itu. Barang ni dak keno pajak, jadi murah’, kata Jul menjelaskan.

‘ngapo pacak dak keno pajak ni?’, tanya wak Koneng heran.

‘aih, permainan wong pelabuhan itulah kak, gampang sogok be petugas pemerintahnyo, gampang. Mereka tuh mato duitan kak, disogok dengan handphone baru be langsung galak’, jelas Jul panjang lebar.

‘berapo hargonyo ni?’, tanyo wak Koneng.

‘’kalo yang model cak ini sejuta limo ratus be, hargo perkenalan ni. Tapi kalo beli duo duo juta setengah be. Ini model terbaru kak, kalo hargo resminyo tigo jutaan kak’, kata Jul menjelaskan.

‘ngapo pacak cak itu?’, tanyo wak Koneng.

‘ini namonyo ni kak ye, belek market. Nah, kito ngambek langsung dari kapal pas turun, jadi dak keno pajak. Makonyo murah kak. Tapi aman kak barang ni, wong yang di cukai itu lah kito selesaike’, terang Jul berapi-api.

‘yo lah amun cak itu, aku ambek duo langsung be biar murah’, kato Wak Koneng mantap.

Transaksi berhasil, Jul merasa bahagia dan langsung tersenyum memberikan dua ponsel bebe yang langsung berpindah tangan ke wak Koneng.

Wak Koneng segera pulang kerumah setelah berpamitan kepada Jul dan Wak Mahmud. Segeralah diberikan kepada Alin BB baru tersebut. Bukan kepalang senang hatinya Alin. Keesokan harinya wajah Alin tampak sumingrah, tentu saja pin BB Angga sudah ditangan. Tentu saja Alin menjadi salah satu murid yang dibicarakan hangat karena Alin menggunakan BB dnegan model terbaru dan membuat iri beberapa perempuan yang sedari dulu juga menyukai Angga.

---

Sejak saat itu Alin mempunyai fans klub tersendiri karena Alin sangat eksis dengan BB barunya. Alin juga aktif dibeberapa jejaring sosial seperti twitter, facebook dan Alin mulai menggunakan blog sebagai diary pribadinya yang diikuti hampir semua rata-rata penghuni sekolah. Beberapa tulisan Alin diblog diagkat menjadi tulisan majalah sekolah yang akhirnya membuat Alin semakin terkenal disekolahnya. Tentu saja Angga semakin terpesona dengan Alin.

Tiga bulan berlalu, tentu saja Alin menjadi primadona sekolah yang tak tertandingi. Melalui BB Alin berkenalan dengan banyak hal, belanja online hingga menghabiskan waktu dengan browsing-browsing lagu, game dan aktif secara media sosial. Atau ber-bbm ria dengan Angga hingga larut malam. Alin mulai keteteran dengan sekolahnya karena setiap malam Alin tidak sempat lagi membaca buku. Hingga pembagian raport datang dan Alin harus puas menduduki ranking kesembilan dikelasnya. Alin menangis dan malu sebenarnya. Belum lagi Wak Koneng yang marah karena nilai Alin yang turun.

‘cakmano pulo biso ranking sembilan tuh. Apo nak jadi tukang pempek keliling kau tuh hah? Apo gara-gara BB tuh?’, kata Wak Koneng memarahi Alin.

‘idak bak, nian bukan gara-gara BB karena aku nih sekarang masuk dikelas unggulan bak, jadi banyak yang pintar. Bukan cak kelas duo kemaren’, jelas Alin berbohong dan tau akibatnya bila BB ditarik maka hubungannya dengan Angga juga akan berakhir.

‘janji nian bak, kalo semester depan nih akan aku perbaiki nilai. Asal BB nih jangan ditarik’, ujar Alin.

‘Pemirsa baru saja polisi menggerebek rumah Jul yang terindikasi sebagai komplotan penjual ponsel blacberry secara ilegal. Tersangka Jul menjelaskan ada beberapa orang yang menjadi penadahnya, salah satunya siswa sebuah sekolah berinisial AD yang saat ini masih dalam pengejaran polisi.’

Wak Koneng terdiam. Terlebih Alin yang menduga AD adalah inisial dari Angga Dewantara.

Catatan :

Bak : bapak, pengen : ingin, pokoknyo : pokoknya, belike : belikan, Lah : sudah, makai : menggunakan, butut : jelek dan tua, kagek : nanti, nian : serius, wak : paman, lah : sudah, bukak : buka, sanjo : datang untuk main, cak : seperti/begini, macam mano : bagaimana, selamo : selama, idak/dak : tidak, nyenengin : menyenangkan, dio : dia, pengen : ingin, ngapo : mengapa, ado : ada, apo : apa, denger : dengar, ditanyo : ditanya, be : saja, rencano : rencana, ni : ini, oi : hei, pake : pakai, amun : kalo, hargo : harga, belek market : black market, tigo : tiga, kito : kita, selesaike : selesaikan, wong : orang, keno : kena,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun