Mohon tunggu...
Anggertimur Lanang Tinarbuko
Anggertimur Lanang Tinarbuko Mohon Tunggu... -

pencinta dunia jurnalistik, desain, fotografi, dan videografi. empat dimensi yang menarik diselami hingga dijadikan profesi diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2# Singgih Susilo Kartono: Spedagi Kembalikan Potensi Dasar Kawasan Pedesaan

2 September 2013   18:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:28 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Anggertimur Menurut  Singgih Susilo Kartono,masa depanSpedagi (Sepedaan Pagi-pagi) memiliki prospek yang gemilang. Mengapa demikian? Karena  Spedagi gagasannya lebih besar dari radio Magno. Singgih mengatakan, Spedagi itu lebih seperti pengejawantahannya untuk merealisasikan gagasan merevitalisasi desa. ‘’Jadi justru sebenarnya Spedagi yang lebih gede dari sisi gagasannya dibandingkan radio Magno.’’ Dikatakan demikian, sebab  dalam amatan Singgih, Spedagi memiliki  peluang yang meluas melebar.  Hal itu selaras dengan cita-citanya ingin mengembalikan fitrah desa yang memiliki potensi dasarnya. ‘’Sebenarnya kalau ngomong cita-cita saya yang paling besar adalah mengembalikan desa memiliki potensi dasarnya. Desa punya lahan sawah yang di mana orang bisa panen dari sawah itu. Dan hasil sawah itu bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di desa. Mereka bisa memproses makan ataupun semua bahan yang ada di sini untuk bisa jadi memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka. Bisa membuat suatu aktivitas pendidikan yang kontekstual, jadi tidak harus di kota besar,’’ ujar Singgih. Dengan berkeliling desa menggunakan Spedagi,  itu sebenarnya bagian dari  sebuah village tour.  Spedagi ini punya peluang untuk menarik itu. Aktivitas keliling desa memiliki daya tarik natural yang luar biasa. ‘’Saya melihat ada suatu kebutuhan dari masyarakat itu untuk memperoleh endorsement dari pihak orang yang tidak dikenal atau orang dari peradapan yang dianggap lebih maju untuk ngomong seperti itu.’’ tutur Singgih seraya menambahkan, ‘’Saya sudah coba dengan mengajak beberapa tamu saya berkeliling, dan memang exciting buat mereka. Dan mereka menemukan banyak hal baru. Karena setiap saya jalan dengan mereka, saya selalu menjelaskan, kenapa ini begini, ini apa, seperti itu. Ini yang saya lihat bahwa Spedagi akan menjadi sesuatu yang justru menjadi wadah atau badan atau tools yang bisa merealisasikan ide tentang revitalisasi desa." Berikut ini petikan wawancara Anggertimur reporter  Sumbo Institute (sebuah lembaga yang bergerak untuk memajukan industri  kreatif di Indonesia)  bersama sang empunya Radio Magno  sekaligus  penggagas  Spedagi:  Singgih Susilo Kartono yang diwawancarai di rumahnya yang asri, di  desa Krajan Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah. Anggertimur:  Untuk sepedanya sendiri , apakah Spedagi sudah teruji keamanan dan kenyamanannya? Singgih Susilo Kartono: Masih ada pembenahan. Kalau kekuatan cukup ya, saya sudah tes di trek yang berat dan cukup safe. Memang seperti ketika orang lihat sepeda bambu, pertanyaan pertama selalu, “kuat nggak dinaiki?”, itu pertanyaan pertama. Saya dulu waktu membuat juga yang saya lakukan pertama adalah, saya coba naiki patah nggak sih gitu? Kalau ngomong kekuatan, exciting bagi saya karena itukan bagian belakang kecil banget. Dan itu bukan bambu yang tebel lho, tapi yang tipis. Dalam semua uji coba itu tidak pernah ada yang retak, yang patah enggak pernah. Yang retak justru yang di depan, di sambungannya, dan tidak di bambunya. Anggertimur:  Sambungannya masih ada unsur besinya? Singgih Susilo Kartono: Ya ini ada unsur besinya. Kalau tipe ini masih ada besinya, soalnya poros itu masih ada besi untuk mengaitkan bambu. Tapi versi yang baru sudah tidak. Ini cuma selongsong, bambu nempel, lalu diikat dan dilem seperti ini. Jadi kalau dari eksperimen yang saya lakukan, saya bisa menemukan bahwa bambu itu material yang sebenarnya kuat. Untuk menahan beban orang bersepeda dengan gerakan dinamik yang seperti itu. Saya belum pernah mengalami patah itu pada bagian bambu, pecah juga enggak. Kemudian yang masih saya harus selesaikan adalah flex, mengurangi flex, flex itu kelenturan. Bambu itu lentur, jadi harus mencari satu konstruksi  di mana dia agak rigid. Ya harus dicoba. Anggertimur:  Jenis bambu apa yang bisa digunakan? Singgih Susilo Kartono: Bambu apa saja sebenarnya, asalkan ukurannya memang sesuai. Bahkan bambu bilah pun bisa. AnggertimurBaik mas Singgih, terima kasih untuk bincang-bincang tentang Spedagi. Singgih Susilo Kartono: Sama-sama, terima kasih kembali. (Bersambung …)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun