Mohon tunggu...
Angger Christina
Angger Christina Mohon Tunggu... Pengusaha -

Ordinary Woman with Extra Ordinary Life

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia dan yang Diyakininya Ada

18 November 2014   00:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam gelap ruang kamar itu dia berteriak sejadi-jadinya, menangis meraung-raung seolah ribuan ton beban yang terendap di hati dan otaknya selama ini tertumpah ruah. Sampai mulut tak lagi sanggup berkata dan hanya tersisa jiwa yang lunglai tak berdaya.


Seorang wanita muda tergeletak tak berdaya dalam sebuah ruang gelap yang kosong. Tatapan matanya menatap kosong ke langit-langit ruangan yang bahkan mungkin juga sama sekali tak terlihat. Tarikan dan hembusan nafasnya terdengar tenang, lembut dan teratur. Hanya dia sendiri dan Yang Diyakininya ada menemaninya saat itu.

Sudah begitu banyak peristiwa yang dia lalui. Yang membuatnya harus menjadi sosok yang kuat dan tegar. Tapi tidak kali ini. Entah mengapa, keceriaannya mendadak surut seiring dengan terbenamnya mentari di kala senja itu. Hatinya mendadak rapuh seperti batang kayu lapuk yang sudah dimakan rayap, mudah sekali patah. Dia sedang berada di dalam kepedihan yang amat dalam. Hanya dia dan Yang Diyakininya ada menemaninya.

Dia berada ditengah hiruk pikuk manusia dan segala persoalan hidupnya. Dia sangat sadar bahwa diluar sana masih banyak manusia yang mempunyai beban hidup yang lebih berat dari apa yang dia tangggung saat ini. Tapi sayangnya dia sudah lelah. Sudah banyak orang dia tolong, sudah banyak orang yang dia kuatkan. Tapi kali ini tak seorangpun datang kepadanya. Jangankan untuk menolongnya, bahkan peduli pun tidak. Dia mencoba tetap tegak berdiri dengan kakinya, namun tiba-tiba lututnya lunglai, membuatnya terpaksa jatuh, tersungkur. Hanya dia dan Yang Diyakininya Ada.

Dia mencoba membuka sedikit mulutnya berusaha ingin mengucapkan sepatah atau dua patah kata. Namun lidahnya kelu, tak sanggup berkata lebih-lebih berbicara. Tak berhasil dia mencoba berbicara, dia menarik ujung bibirnya supaya bisa tercipta sebuah senyuman yang indah menghiasi wajah manisnya. Tapi bibirnya seolah kaku, seperti ada timbunan semen yang membelenggu wajahnya. Mungkin kesedihan yang tercipta sangat dalam hingga tak kuasa dia melepaskannya. Hanya dia dan Yang Diyakininya ada setia menemaninya.

"Aku sudah lelah."
"Datanglah padaKu!"
"Aku berbeban berat."
"Datanglah padaKu!"
"Kenapa harus Engkau?"
"Aku akan memberikan kelegaan."

Wanita muda itu tertunduk dalam sebuah dialog sunyinya bersama Yang Diyakininya Ada. Dia mulai menangis. Dia tidak berharap seluruh dunia tahu apa yang dia rasakan saat ini, dia hanya ingin berada di tempat ini saja bersama Yang Diyakininya Ada.

"Tak seorangpun peduli padaku."
"Tapi Aku peduli bahkan sangat peduli."
"Tidak ada yang mengasihiku."
"Hey...siapa bilang? Aku sangat sangat mencintaimu."
"Lalu kenapa Kau biarkan aku terjatuh seperti ini."
"Bukankah aku tidak pernah membiarkanmu sampai tergeletak? Bahkan Aku sendiri yang menggendongmu."
"Terlalu berat beban yang harus kutanggung."
"Serahkanlah semua kepadaKU, akan Kupikul semua beban hidupmu."
"Kenapa Kau lakukan ini semua kepadaku?"
"Karena kau sangat berharga bagiKu."

Dalam gelap ruang kamar itu dia berteriak sejadi-jadinya, menangis meraung-raung seolah ribuan ton beban yang terendap di hati dan otaknya selama ini tertumpah ruah. Sampai mulut tak lagi sanggup berkata dan hanya tersisa jiwa yang lunglai tak berdaya. Dia tenggelam dalam pelukan hangat Yang Diyakininya Ada. Dia datang kepadaNya menyerahkan segenap hidupnya. Dia bersama dengan Yang Diyakininya Ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun