Mohon tunggu...
Angger Ayu Nur Rahmawati
Angger Ayu Nur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haiiii semua

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Tendinitis Supraspinatus Dextra

25 Januari 2023   23:52 Diperbarui: 25 Januari 2023   23:54 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Extremitas atas adalah bagian dari anggota gerak tubuh atas yang terdiri dari lengan dan tangan. Kita sering menggunakan anggota gerak atas untuk melakukan aktifitas seperti makan, minum, mengenakan baju, mencuci, memasak, mengangkat barang berat, mengendarai kendaraan dan lain sebagainya, sehingga sangat rentan untuk terjadi cedera salah satunya yaitu cedera pada bahu.

Cedera tendon rotator cuff adalah salah satu masalah bahu paling umum. Rotator cuff merupakan kelompok dari empat otot yaitu otot supraspinatus, otot infraspinatus, otot subscapularis, dan otot teres minor.  Cedera yang paling sering terjadi  adalah cedera pada otot supraspinatus, otot ini berorigo di fossa supraspinata dan berinsersio di bagian tuberculummajus. Tendinitis supraspinatus merupakan peradangan pada tendon supraspinatus karena gerakan berulang pada tendon guna waktu yang lama. Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh tendon otot supraspinatus yang bertumpang tindih dengan tendon caput longus biceps sehingga terjadi gesekan dan penekanan yang bersifat berulang serta dalam jangka waktu yang lama maka mengakibatkan kerusakan pada tendon supraspinatus dan terjadilah tendinits supraspinatus.

Nyeri merupakan gejala paling umum yang ditemukan pada kasus ini. Nyeri adalah mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri akan timbul bila jaringan sedang rusak sehingga menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Adanya rasa nyeri pada daerah bahu maka akan menyebabkan keterbatasan gerak, penurunan otot, atrofi otot dan kelemahan pada otot. Adapun modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain yaitu MWD atau micro wafe diathermy, US (Ultrasound) dan terapi latihan. Efek dari MWD dan US akan mengurangi nyeri dan spasme, serta terapi latihan untuk  meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS).

  • Tujuan :
  • Tujuan yang ingin dicapai penulis sebagai berikut :
  • Definisi dari tendinitis supraspinatus
  • Anatomi pada bahu
  • Etiologi dari tendinitis supraspinatus
  • Tanda dan gejala dari tendinitis supraspinatus
  • Faktor risiko dari Tendinits supraspinatus
  • Patofisiologi dari tendinitis supraspinatus
  • Diagnosa banding fisioterapi
  • Assesment dan problem fisioterapi dari tendinitis supraspinatus
  • Diagnosa fisioterapi dari tendinitis supraspinatus
  • Intervensi fisioterapi dari tendinitis supraspinatus
  • Tujuan dan Manfaat
  • Bagi penulis
  • Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan proses fisioterapi pada kondisi Tendinitis supraspinatus, serta memenuhi tugas akhir/proyek..
  • Bagi pembaca
  • Menambah pengetahuan dan wawasan tentang patologi tendinitis supraspinatus.

KERANGKA TEORI

  • Definisi Tendinitis Supraspinatus Dextra
  • Tendinitis adalah kondisi peradangan pada tendon. Tendon adalah sekumpulan jaringan ikat berserat kuat yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang. Tendonopati adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarkan kondisi klinis umum yang memperngaruhi tendon sehingga menyebabkan nyeri, bengkak atau penurunan kemampuan tendon. Sedangkan arti dari kata “dextra” dalam anatomi adalah kanan. Tendinitis supraspinatus adalah suatu peradangan pada tendon supraspinatus.
  • Anatomi
  • Persendian

Sendi bahu adalah sendi yang kompleks dan termasuk dalam klasifikasi sendi ball and socket. Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bola berhubungan dengan fossa glenoidalis scapula, sendi bahu memiliki beberapa sendi yang saling tergantung satu dengan yang lainnya, gerakan pada bahu akan melibatkan beberapa persendian, yaitu :

  • Sendi glenohumeralis
  • Sendi acromionclavicularis
  • Sendi sternoclavicularis
  • Sendi sacapulothoracal
  • Otot

Otot adalah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat penggerak aktif dalam memggerakkan tulang. Pada sendi bahu terdapat 15 otot penggerak sendi glenohumeral, yaitu :

  • Deltoideus otot
  • Supraspinatus otot
  • Infraspinatus otot
  • Subscapularis otot
  • Otot teres minor
  • Otot latissimus dorsi
  • Otot teres walikota
  • Coracobracialis otot
  • Otot pektoralis walikota
  • Trapezius otot
  • Muscle seratus anterior
  • Muscle rhomboideus mayor dan minor
  • Skapula levator otot
  • Otot pektoralis walikota
  • Etiologi
  • Sindroma cuff rotator atau tendinitis adalah penyakit menyakitkan yang diduga muncul karena kelainan (impingement) pada tendon supraspinatus dibawah arkus korakoakromial. Dalam melakukan aktivitas kerja tendon otot dari supraspinatus sering tertekan antar caput humeri dan acromion atau ligamentum coracoacromiale, yang sebabkan karena trauma atau penggunaan sendi yang berat dan berkepanjangan seperti gerakan mengangkat (kontraksi isometrik) atau mendorong, menyangga, dan sebagainya sehingga otot supraspinatus dapat mengalami gangguan dan kerusakan.
  • Tanda dan Gejala
  • Adanya nyeri tekan pada tendon supraspinatus
  • Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi
  • Painful arc saat melakukan gerakan abduksi 60o-120o
  • Resisted abduksi terkadang nyeri
  • Kelemahan pada otot-otot rotator cuff
  • Faktor Risiko Tendinitis
  • Pengidap kondisi tertentu seperti diabetes, obesitas dan rheumatoid arthritis
  • Penggunaan beberapa antibiotik
  • Usia, fleksibilitas ligamen akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia
  • Olahraga yang membutuhkan banyak latihan seperti bola basket, golf, tenis atau berenang
  • Kebiasaan merokok
  • Patofisiologi
  • Tendinitis supraspinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang-ulang dan berkepanjangan oleh tendon otot biceps dalam melakukan gerakan pada lengan. Tendon otot supraspinatus dan tendon biceps bertumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri dan dibungkus oleh kapsul sendi glenohumeral sebagai lantainya serta logamentum coracoacromial dan acromion sebagai atapnya.
  • Diagnosa banding Tendinitis Supraspinatus
  • Tendinits bicipitalis adalah tendon otot biceps yang mengalami kerusakan secara tersendiri karena adanya trauma akibat jatuh dengan lengan posisi adduksi serta lengan bawah supinasi (kuntono, 2004).
  • Bursitis subacromialis adalah peradangan pada bursa karena degenerasi rotator cuff (kuntono, 2004).
  • Ruptur rotator cuff adalah otot rotator cuff robek karena trauma hebat akibat kecelakaan dan langsung merasakan nyeri pada daerah persendian bahu bagian atas (kuntono, 2004).
  • Capsulitis adhesiva adalah keterbatasan luas gerak sendi glenohumaral yang nyata baik aktif maupun pasif, yang disebabkan karena tendinitis, immobilisasi dan trauma (kuntono, 2004).
  • Assesment dan problematika fisioterapi
  • Anamnesis adalah proses tanya jawab antara fisioterap dan pasien untuk mengumpulkan data atau keadaan penyakit penderita. Ada 2 macam anamnesis yaitu autoanamnesis dan heteroanamnesis.
  • Anamnesis umum
  • anamnesis yang berisi tentang identitas pasien secara lengkap seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, status.
  • Anamnesis khusus
  • Merupakan data informasi tentang keluhan utama pasien, dalam kasus ini pasien merasakan nyeri pada bahu atas dan bagian luar.
  • Pemeriksaan fisik
  • Tanda-tanda vital, seperti TD (tekanan darah), DN (denyut nadi), RR (respirasi) dan suhu. Data ini digunakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat hipertensi, hypotensi, takikardi, obesitas dan sebagainya.
  • Inspeksi, merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati keadaan pasien mengenai keadaan umum, sikap tubuh, warna kulit, bengkak dan sebagainya.
  • Palpasi, adalah suatu pemeriksaan secara langsung dengan cara meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien yang dikeluhkan untuk mengetahui nyeri tekan, suhu, ataupun spasme otot.
  • Kemampuan fungsional, merupakan pemeriksaan berupa melihat pada aktivitas fisik yang dapat dilakukan maupun tidak dapat dilakukan seperti apakah pasien sudah mampu menyisir rambut, apakah pasien dapat memakai pakaian tanpa bantuan orang lain dan sebagainya
  • Pemeriksaan gerak dasar
  • Gerak pasif
  • Pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh terapis kepada pasien dalam posisi rileks. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data informasi tentang luas gerak sendi pasif pada shoulder, stabilitas sendi, rasa nyeri dan end feel. Dalam hal ini ditemukan adanya nyeri terutama gerakan abduksi dan fleksi shoulder ( mengangkat tangan).
  • Gerakan aktif
  • Pasien diminta menggerakan anggota gerak secara mandiri dimana fisioterapis hanya mengamati dan memberi aba-aba. Tujuan tes ini adalah untuk mendapatkan data informasi tentang LGS (lingkup gerak sendi) aktif shoulder, rasa nyeri dan kekuatan otot. Dalam hal ini gerakan abduksi 600 atau fleksi 90o tidak mampu dilakukan pasien karena nyeri.
  • Isometrik
  • Pasien diminta untuk mengkontraksi dan mencoba untuk melakukan gerakan pada otot shoulder  tetapi diberi tahanan oleh fisioterapis sehingga tidak terjadi perubahan sendi. Dalam hal ini tidak dilakukan isometrik karena akan memprovokasi nyeri yang lebih hebat.

  • Pemeriksaan spesifik
  • Tes Busur yang Menyakitkan
  • Tes   ini   dilakukan   untuk   mengetahui   ada   tidaknya   peradangan   pada bursa
  • shoulder. Pemeriksa   meminta   pasien   melakukan   gerakan abduksi atau   mengangkat
  • tangannya ke arah samping. Saat mencapai lingkup gerak sendi antara 70–120˚ pasien
  • akan merasa nyeri, karena pada lingkup ini bursa dalam keadaan tertekan.
  • Hasil   tes   positif   indikasi bursitis   shoulder.   Dalam   hal   ini   pasien   mengalami
  • nyeri saat melakukan tes, maka tes ini dinyatakan positi
  • Tes   ini   dilakukan   untuk   mengetahui   ada   tidaknya   peradangan   pada bursa
  • shoulder. Pemeriksa   meminta   pasien   melakukan   gerakan abduksi atau   mengangkat
  • tangannya ke arah samping. Saat mencapai lingkup gerak sendi antara 70–120˚ pasien
  • akan merasa nyeri, karena pada lingkup ini bursa dalam keadaan tertekan.
  • Hasil   tes   positif   indikasi bursitis   shoulder.   Dalam   hal   ini   pasien   mengalami
  • nyeri saat melakukan tes, maka tes ini dinyatakan positif.
  • Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peradangan pada bursa shoulser. Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk menggerakan shoulder melakukan gerakan abduksi atau mengangkat tangannya ke arah samping. Saat mencapai lingkup gerak sendi antara 70-120o pasiedn akan merasakan nyeri karena pada lingkup ini bursa dalam keadaan tertekan.
  • Uji Laseque
  • Posisi pasien tidur terlentang dengan hip fleksi dan knee ekstensi. Secara perlahan kita gerakkan pasif fleksi hip kurang dari 30 derajat. Positif bila pasien merasakan nyeri yang menjalar dari punggung bawah sampai tungkai bawah dan ankle.
  • Uji Bragard
  • Posisi pasien tidur terlentang menggerakkan fleksi hip secara pasif dengan knee lurus disertai dorsi fleksi ankle dengan sudut 30 derajat (De Wolf, 1990). Positif bila pasien merasakan nyeri pada posterior gluteal yang menjalar ke tungkai.
  • Tes Hitam
  • Gerakan sama dengan tes Laseque hanya ditambah gerakan fleksi kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 7 derajat. Positif bila dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. Ischiadicus.

        

    Problematika fisioterapi

  • Nyeri
  • Merupakan mekanisme protektif atau perlindungan bagi tubuh. Pengukuran nyeri pada kasus tendinitis supraspinatus dapat menggunakan VAS atau VDS. VAS merupakan alat ukur nyeri dengan cara pasien diminta untuk menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri yang telah diberi nomor dari 0-10. Titik nom menunjukkan tidak nyeri, titik tengah menunjukkan rasa nyeri sedang dan titik ujung lain menunjukkan nyeri hebat.
  • Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
  • Adalah gerak tempuh yang mampu dicapai suatu sendi pada saat sendi tersebut bergerak. Pada kondisi tendinitis supraspinatus ditemukan adanya keterbatasan gerak terutama pada gerakan abduksi dan eksorotasi.
  • Gangguan Fungsional Aktifitas
  • Adanya permasalahan-permasalahan diatas dapat mempengaruhi aktivitas keseharian pasien yang berhubungan dengan aktifitas bahu, contohnya kesulitan berpakaian, menyisir rambut, mandi, menjemur pakaian dan sebagainya. Penilaian untuk mengukur kemampuan aktifitas menggunakan sistem indek barthel yang dimodifikasi.
  • Diagnosa fisioterapi
  • Gangguan
  • Nyeri pada sekitar pergelangan bahu
  • Keterbatasan lingkup gerak sendi bahu
  • Penurunan kekuatan otot penggerak bahu
  • Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada bahu
  • Adanya spasme otot bahu
  • Batasan fungsional
  • Pada kasus ini pasien belum mampu mengangkat benda yang berat secara langsung menggunakan lengannya. Adanya nyeri, spasme otot, keterbatasan gerak dan penurunan kekuatan otot flexor dan abduktor shoulder, sehingga mengakibatkan pasien mengalami penurunan kemampuan fungsionalnya seperti mengangkat tangan ke atas dan ketika membawa motor.
  • Disabilitas
  • Adanya rasa nyeri bahu saat digerakkan fleksi dan abduksi mengganggy pasien dalam melakukan aktifitas sosial dilingkungannya, seperti gotong royong dan mengajar dikampus.
  • Intervensi fisioterapi
  • MWD ( Mikrowafe Diatermi)
  • Cara penggunaan : pasang elektrod glass pada bahu kanan. Beri jarak dengan kulit antara 3-5 cm. atur waktu selama 10 menit kemudian naikkan intensitas sampai pasien merasa hangat, intensitas 50mA. Terapis selalu cek keadaan pasien dengan rasa hangat yang dirasakan. Setelah terapi selesai intensitas dikembalikan ke posisi nol dan matikan alat.
  • Terapi latihan
  • Katrol di atas kepala

  • Gerakan fleksi
  • Pasien duduk tegak lurus dengan pulley, kemudian kedua tangan pasien diminta untuk memegang gagang pada ujung tali katrol, sisi lengan satunya dalam posisi bahu fleksi dan siku ekstensi, sisi lengan yang satunya dalam posisi siku fleksi kemudian saling menarik katrol secara bergantian sehingga lengan bergerak ke arah fleksi. Tahan 5 detik dengan waktu terapi 5-10 menit.
  • Gerakan abduksi
  • Posisi pasien duduk tegak lurus dengan pulley, kemudian kedua tangan pasien diminta untuk memegang gagang pada ujung tali katrol, sisi lengan yang sehat dalam posisi siku fleksi kemudian lengan yang sehat menarik katrol sehingga lengan yang nyer bergerak ke arah abduksi. Tahan 5 detik dengan waktu terapi 5-10 menit.
  • Gerakan aktif bebas
  • Gerakan dilakukan sendiri oleh pasien, hal ini dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga spasme berkurang diikuti nyeri yang berkurang.
  • Latihan aktive ressisted
  • Gerakan yang dilakukan pasien itu sendiri, namun ada tahanan yang diberikan oleh terapis saat otot berkontraksi. Tahanan diberikan secara  bertahap dari minimal sampai maksimal. Latihan ini berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot.
  • Tahan rileks
  • Suatu teknik menggunakan kontraksi isometrik yang optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek, dengan melawan tahanan dari fisioterapis kearah berlawanan dan dilanjutkan dengan rileksasi group otot tersebut. Kemudinan dilakukan penguluran otot antagonis. Gerakan ini bertujuan untuk menambah LGS sedangkan untuk mengurangi nyeri setelah kontraksi maksimal maka membutuhkan suplay darah yang besar dan darah yang mengalir ke jaringan semakin besar.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun