Mohon tunggu...
Angger Setio Panuntun
Angger Setio Panuntun Mohon Tunggu... Administrasi - Tenaga Adminitrasi

Tak ada yang lebih indah dan Puitis selain berbicara KEBENARAN

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Internet, Malam Minggu dan Galau

5 September 2012   10:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:53 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini adalah tahun dimana sepanjang hari saya bisa menikmati koneksi internet tanpa harus pergi ke warnet. Internet telah menjadi candu, bukan karena pekerjaan saya dekat dengan dunia internet, internet yang ada sosial media atau jejaring sosialnya telah membuat saya tertarik untuk terus melihat dan mengikuti. Dari sekian lama mengakses internet, lebih banyak untuk membuka berbagai sosial media ketimbang membaca berita di portal atau mencari sesuatu di google. Berawal dari blog lalu ke berbagai sosial media lain yang populer pada zamannya. Kalau sekarang zamannya twitter maka disanalah lebih sering dilihat. Dengan blog masih konsisten terus diikuti. Dengan sosial media semua bisa berbagi dan mengungkapkan segala sesuatunya, pikiran, curahan hati, ide dan lain sebagainya. Waktu yang sering dilakukan untuk mengakses sosial media itu, misal twitter adalah ketika waktu luang. Yaitu waktu ketika tidak ada kerjaan atau kegiatan, tidak ada teman. Menurut sumber yang pernah saya baca, malam adalah waktu rame-ramenya orang ngetweet, mungkin setelah maghrib sampai jam 9an. Pastinya lagi, lebih ramai lagi kalau malam minggu. Lalu muncullah kegalauan di ranah twitter sebagai ungkapan perasaan dan pikiran, karena tidak ada kegiatan, tidak ada teman atau pasangan. Jika di jalan ramai orang berlalu lalang bermalam mingguan, di timeline ramai berterbangan tweet. Ungkapan kesendiriaan tidak punya pasangan, kerinduaan dengan pasangan yang jauh. Muncullah tweet-tweet jeritan hati. Sepertinya masa remaja saya sudah berlalu, bagaimana rasanya galau remaja itu kurang tahu rasanya. Walaupun begitu, tapi juga kadang merasakannya  Penasaran, Galau itu setelah saya cari artinya keadaan kacau; tidak keruan (pikiran). Rasanya tidak hanya disebabkan percintaan, bisa juga karena perkuliahan atau perkerjaan. Di twitter sendiri, sepertinya muncul banyak akun-akun kegalauan. Karena banyak yang merasakan galau, akun-akun itu pun mendapat istimewa bagi penyandang galau. Mengikutinya, mungkin bisa merasakan perasaan senasib, sehaluan. Bisa jadi terpuaskan dengan keadaan tersebut. Dan malam minggu menjadi puncak kegalauan tiap minggunya. Sebenarnya larut dalam kegalaun itu kalau dipikir-pikir lagi malah rugi. Sudah berapa banyak waktunya hilang, perasaannya larut dalam kegelisahan. Tak jarang memang, galau bisa menjadi komoditas yang sangat laku. Ada akun yang banyak pengikutnya (follower) malah ngajak bergalau massal. Atau mengomporinya agar lebih bergalau. Memang internet, sosial media memberikan kebebasan untuk berekspresi. Dan selalu saja dua sisi yang berlawanan. Beberapa hari yang lalu saya sempat menemukan dan membaca tulisan yang menarik dari seorang remaja yang juga banyak pengikutnya. Tulisan fiksinya banyak dibaca, apa lagi setelah bergabung di kompasiana kerap menjadi Headline (HL).  Dia adalah Dwitasari, ngakunya masih 17 tahun yang bercita-cita masuk jurusan Satra Indonesia UI. Dan berikut ini, saya kutipkan tulisannya yang publish malam minggu yang lalu (17/12/2011) di kompasiana.

Jadi, sesingle-single-nya elo, seomblo-jomblonya elo, sengenes-ngenesnya elo, elo tetap punya HAK untuk membuat malam minggu lo lebih bahagia dan bermakna. Jangan salahin status, apalagi nyalahin Tuhan. Elo enggak harus galau karena enggak menghabiskan malam minggu bersama lawan jenis lo, elo enggak harus garuk-garuk tembok karena enggak ada tangan yang bisa elo genggam saat malam minggu, dan elo enggak harus ngunyah beton karena enggak ada seseorang yang dengan mesranya memanggil elo dengan panggilan sayang saat malam minggu. Hilangin GALAUnya, Dear! Elo punya teknologi, gunain itu, kalo itu bisa ngebuat elo bahagia 

Setuju banget ngak seh? Kalau saya setuju.. karena semakin mengikuti galaunya hati akan semakin rugi. Karena bahagia, susah bahkan sakit fisik itu bisa berasal dari pikiran. Masih ada banyak sesuatu yang bisa dilakukan, coba saja mencari kesibukan dengan melakukan hal-hal yang positif. Ayo segera bangkit! Curiga nggak seh, kalau yang nulis ini juga lagi galau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun