Mohon tunggu...
Angga Yuda Pradana
Angga Yuda Pradana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajar memahami hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

B2W Kedua...

7 Februari 2014   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, hari yang kesekian kalinya dari waktu yang telah kulewati. Dan hari ini pula semangat tuk menggertakkan tungkai ini muncul kembali. Gelora tuk menggerakkan lutut datang lagi. Ya sudah bisa ditebak pula, tak lain dan tak bukan adalah tentang bersepeda dengan istilah ngetrendnya gowes.

Malam sebelum pagi ini datang sudah ada niatan tuk bike to work (b2w) ke kantor. Jika niatan ini terlaksana artinya sudah dua kali aku pergi bersepeda ke kantor dalam seminggu ini. Selasa yang lalu aku sudah memulai kembali aktivitas yang beberapa bulan ke belakang pernah kulakoni. Ya, tapi bagaimanapun sekuat tenaga, sekuat niatan tuk mencoba bertahan, istiqomah terus berb2w akhirnya luluh juga benteng pertahanan ini.

Ikrar dalam hati "gw tetep gowes walau sendirian" dilanggar juga. Dan harus menerima kenyataan kalau sendirian b2w, ga ada teman ngobrol di perjalanan rasanya kurang greget juga. Aku bandingkan saat gowes bareng temandi waktu weekend, saat ada teman untuk ngobrol gowes jauh pun terasa lebih menyenangkan. Ada cerita dan guyonan yang bisa dibagikan saat itu. Apalagi kalau telah usai gowes bareng dan hari senin masuk kerja, kejadian -kejadian saat gowes kemaren bisa menjadi bahan candaan dan ejekan sesama kami.

Ya itu tadi salah satu alasan kenapa b2wku sempat terhenti. Mungkin di lain kesempatan akan kutuliskan menjadi satu artikel tersendiri.

Kembali ke topik utama tentang “kembalinya diriku gowes”, halah kembalinya, kayak salah satu judul serial sinetron aja “tendangan si madun return”. Malamnya tak lupa aku minta ijin ke ibunya anak-anak. Tentu harus dapat restu dari Nyonya. Karena ijinnya akan membuat dirinya sedikit kerepotan karena harus ngantar dan jemput anak sendirian. Dan untungnya diijinin, duh baiknya engkau yang mengerti aku, padahal kalau ga diijinin bakal nekat juga..hehe.

Ada satu hal yang agak membuat gusar rencana esok hari itu karena pada malam hari sebelumnya aku telah janjian dengan teman-teman sekantor buat maen bulu tangkis. Kegiatan baru kami yang telah dimulai seminggu sebelumnya dan direncanakan menjadi kegiatan rutin. Bayanganku saat itu, malam hari maen bulutangkis, esok harinya harus gowes, apa kuat? Apa niat gowes ini akan tetap terjaga hingga esok hari?

Malam itu setelah pulang dari kantor, selepas magrib. Badan telah bersih, makan malam pun telah kusantap, rebahkan diri sejenak menunggu waktu isya tiba. Tanpa disadari aku tertidur hingga dini hari, tak seperti biasanya, mungkin karena sore harinya terlalu capek setelah beberapa set bermain tenis meja dengan rekan sekantor. Segera bangun dan ambil air wudu karena belum sempat sholat isya kutunaikan. Acara maen bulutangkis pun terlewatkan. Ah mungkin sudah jalannya, agar kondisi tubuh ini tetap fit saat gowes keesokan harinya.

Setelah tempat tidur kutata rapi, kendaraan yang kan digunakan istri mengantar anak sulungku telah kupanasi mesinnya, dan beberapa tugas rutin di pagi hari telah kuselesaikan, maka saat petualang ini dimulai.

Seperti bulan-bulan yang lalu dalam mempersiapkan peralatan pergowesan. Cukup memakan waktu, dari perlengkapan yang kan kukenakan sampai dengan pakaian ganti yang kumasukkan ke dalam sebuah tas gendong. Tak lupa se set kunci sepeda buat jaga-jaga jika ada bagian sepeda yang harus diberikan perawatan saat dijalan.

Berangkat 15 menit lebih awal dari biasanya dan melewati jalan yang biasa kulewati saat b2w. Jalanan yang belum terlalu padat saat berangkat, namun tiba di jalan protokol kerumunan kendaraan mulai mengisi sela-sela jalan yang kosong. Beberapa memacu kencang kendaraannya bergantian saling menyalip. Rasa waswas wajar menghinggapi. Bagaimana tidak? Sepedaku tanpa spion. kecepatannya pun tak mungkin melebihi motor maupun mobil. Kalau menyalip becak sih masih mungkin. Hanya berdoa dan berharap tak ada yang ugal-ugalan dan tetap menghormatiku sebagai pesepeda. semoga kayuhanku tetap terjaga dan tak limbung karena disenggol kendaraan bermotor. Harapanku dan tentu harapan pesepeda-pesepeda lainnya. Dan dalam skala yang lebih luas lagi selalu berharap perhatian pemerintah untuk menyediakan jalur khusus pesepeda, tentunya dengan tetap memperhatikan kenyamanan pengguna jalan lainnya seperti perbaikan jalan yang banyak berlubang, perhatian terhadap angkutan kota untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, sehingga meminimalkan kemacematan karena berhenti di sembarang tempat, dan harapan-harapan lainnya yang membuat para pemakai jalan termasuk pesepeda merasa nyaman dan aman untuk gowes di jalan raya.

Setelah berjibaku dengan roda dua tenaga otot ini sampailah aku di kantor. Minum beberapa teguk air sekedar tuk membasahi kerongkongan yang kering ini, kemudian segera menuju mesin pembaca sidik jari. Kuamati detik waktu yang tertera di mesin itu, benar saja lebih awal dari biasanya aku tiba di kantor.

Melakukan rutinitasku sebagai seorang pegawai negeri sipil, hingga tiba waktu tuk pulang kantor dan harus menggowes sepeda kembali ke rumah dengan kontur jalan yang lebih menanjak. Beranjak dari kantor saat senja mulai menghilang berganti petang, pukul 18.00 aku mulai keluar dari kantor. Hingga pukul 18.00 karena sebelumnya tenggelam bersama obrolan dengan teman sekantor.

Setelah beberapa kilometer suara azan berkumandang, aku sempatkan menepi disebuah masjid yang tak jauh lagi rumahku. Cukup sedikit merepotkan karena aku harus mengganti kaos yang kukenakan dengan baju batik yang tadi kupakai saat dikantor. Terang saja harus kuganti karena terlalu basah akibat kucuran keringat yang keluar saat menggowes. Lalu kutunaikan sholat magrib berjamaah dengan warga sekitar.

Usai sholat senter kecil yang menempel di stang sepeda kuhidupkan dan kupancal lagi pedalnya. Pukul 18.55 sampai juga di rumah disambut anak terkecilku yang kebetulan sedang digendong di teras karena menangis. Kegendong sebentar saja karena tak tega membiarkannya ikut tertular bau badanku .

Segera kubilas badan berkeringat ini dan huff ternyata cukup melelahkan tapi tetap ada rasa puas yang dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun