Mohon tunggu...
Angga Yuda Pradana
Angga Yuda Pradana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajar memahami hidup

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sanjungan = Teror?

27 September 2013   08:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:20 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Rajin banget lu kerjanya, gw aja nyantai dari tadi”,

“sibuk amat seh lu dari tadi mondar-mandir mulu, kaya gw neh nyantai”,

“wuih rajin bener dari tadi buka excel mulu, gw mah dari tadi bengong doang”,

“kerja terus, nyantai dulu ngapa”

“buset rajinnya, gw mah belom ngapa-ngapain”

Beberapa kalimat yang sering terdengar dari rekan kerja kita. Kalau dari teman sekolah kalimatnya kurang lebih seperti ini,

“serius banget dengerin pelajaran, gw dari tadi malah becandaan mulu”,

“rajin banget semua tugas dah dikerjain, gw mah belom ngerjain semua”

Itu contoh perkataan yang sering terlontar dari teman sekolah jika mengomentari tingkah laku kita yang sedang tekun mengikuti kegiatan belajar mengajar atau mengetahui tugas-tugas yang diberikan guru telah selesai dikerjakan.

Komentar dari rekan kerja kita yang berkata kamu rajin, workaholic, tekun, sistematis, tepat waktu dalam bekerja bisa bearti dia benar menyanjung kita. Bagi orang yang menerima perkataan tersebut apa adanya tanpa berpikir negatif terhadap pengkomentar tentu beranggapan apa yang dikatakannya adalah sesuai dengan yang dipikirkan tanpa bermaksud negatif kepada kita. Akan tetapi jika dipikirkan lebih jauh, kita harus tau maksud dari sanjungan yang diberikannya itu. Bukan berarti berprasangka buruk terhadaporang tersebut akan tetapi lebih bersikap waspada karena sanjungan dapat membuat kita melayang lupa daratan dan menjadi merasa menang sebelum berperang. Berperang dengan diri kita sendiri, berbangga-bangga karena sudah merasa berhasil sampai orang lain pun menyanjung.

Mengetahui siapa orang yang menyanjung. Bagaimana pembawaan dan perlakuan dia selama ini dalam berinteraksi dengan kita dan Sikapnya dengan selain kita serta cara dia melakukan pekerjaannya bisa menjadi pengingat diri kita bahwa tidak semua sanjungan itu tulus memuji dan tidak semua sanjungan itu patut didengarkan, bahkan sebaiknya tiap sanjungan ituhanya dianggap sebagai salah satu hadiah kecil dari apa yang telah kita lakukan jangan dijadikan patokan atau tujuan utama.

Mengapabegitu ribet memikirkan siapa orang yang menyanjung kita? Seperti telah disebutkan di atas bahwa jika sampai terbuai akan sanjungan membuat kita besar kepala dan jika tidak hati-hati akan jatuh terjengkang karena keberatan kepala.Sanjungan membuat kita merasa cepat puas dalam bekerja bahkan yang berbahaya adalah menurunkan kinerja. Mengapa? Karena terkadang perasaan ga enak dianggap rajin, ga enak dianggap sok kerja serius hinggap dalam otak kita. Selain itu tujuan dari orang menyanjung tersebut agar yang disanjung cepat berpuas diri sedangkan orang yang menyanjung telah mempersiapkan segalanya untuk meningkatkan kualitas kinerjanya sendiri. Seperti sebuah pepatah bahwa sanjungan atau pujian bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi dia meninggikan kita, tetapi di sisi lain jika kita tak hati-hati dan terbuai akan sanjungan tersebut maka kita kan terhempas karena tebasan tajam pedangtersebut.

Jika orang yang menyanjung adalah orang yang secara pergaulan sehari-hari adalah orang yang kita ketahui bijak dan paham akan tata laku pergaulan yang sopan dan baik serta memiliki etos kerja yang tinggi maka kemungkinan besar sanjungan yang dikatakannya bertujuan agar kita tetap mempertahankan kinerjadan perkataan dia seperti “gw malah dari tadi nyantai” merupakan cerminan kerendahan hati dari orang tersebut. Tidak ada tendensi untuk menjatuhkan semangat serta motivasi kita.

Tentu tidak semua rekan kerja kita memiliki sifat yang demikian. Ada saja yang sebaliknya, tipe yang memang bertolak belakang dari sifatdi atas. Sifat yang culas, curang, dalam pergaulan tidak menunjukkan penghormatan terhadap lainnya dan memiliki profesionalisme yang rendah. Sehingga mudah disimpulkan sanjungan yang berasal dari orang yang seperti ini adalah jelas menyindir yang berasal dari rasa tidak suka atau iri dan bertujuan untuk menjatuhkan mental dan semangat kita.

Tipe yang ketiga adalah tipe yang memiliki karakter gabungan dari tipe pertama dan kedua. Dan inilah yang paling berbahaya sesungguhnya karena tipe pertama itu jelas-jelas menyanjung untuk meningkatkan motivasi dan tipe kedua itu juga sudah bisa dibaca bertujuan untuk menjatuhkan namun tipe ketiga ini tidak kelihatan. Seolah-olah benar tulus menyanjung dan berkata bahwa dia memang belum melakukan apa-apa atau bergaya seakan-akan dirinya memang seseorang yang tidak rajin. Akan tetapi, dibalik perkataan itu semua adalah berkebalikan. Dia sebenarnya adalah tipe orang yang rajin, tekun, tepat waktu dalam pelaksanaan pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan secara rapi dan sebisa mungkin tidak menarik perhatian lingkungan sekitarnya seolah-olah bersikap bahwa dirinya adalah tipe orang yang pemalas. Setelah semua pekerjaan yang dilakukannya selesai dia mulai melakukan “serangan” terhadap rekan kerja lainnya, mungkin dianggapnya juga sebagai refreshing dengan mengganggu semangat dari rekan lainnya. Dia menyanjung dan berharap yang disanjungnya merasa ga enak, merasa takut dianggap sok, dan merasa-merasa lainnya dan pada akhirnya menurunkan motivasi kerja yang berakibat tidak terselesaikannya pekerjaan padahal dia sendiri sudah merampungkan pekerjaannya akan tetapi dilakukan secara diam-diam yang tidak menarik perhatian sekitarnya dan segelintir orang saja yang tahu misalnya atasan. Tentu sikap yang seperti ini yang perlu diwaspadai jangan sampai kita berpuas diri dan berhenti di tempat sedang orang lain telah sampai ke garis finish tetapi kita tak menyadarinya.

Tentu tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta semata. Selalu bersikap mawas diri dan introspeksi atas perkataan orang lain yang ditujukan ke kita. Setiap cemoohan adalah jelas mengatakan keburukan pada diri kita tetapi sanjungan memiliki makna yang bias. Bersikap bijak dan hati-hati terhadap segala sanjungan atau pujian perlu dilakukan. Menukil perkataan host sebuah acara terkemuka Tukul Arwana bahwa SANJUNGAN ITU ADALAH TEROR. Maka berhati-hatilah dengan teror.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun