Mohon tunggu...
Angga Siswanto
Angga Siswanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya orangnya simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lintangku Sayang, Lintangku Malang

15 April 2015   14:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lintang Empatlawang  merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera selatan (Palembang),  Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April 2007 setelah sebelumnya disetujui oleh DPR dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006 tentang pembentukan kabupaten Empat Lawang bersama 15 kabupaten/kota baru lainnya. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari kabupaten Lahat. Sangat disayangkan sekali di kabupaten, dan tanah kelahiran yang sangat saya cintai ini. sering sekali terjadi kejahatan. Pemimpin dan wakil rakyatnya kemana, apa mereka gak tau apa pura-pura gak tau, dengan peristiwa yang sering terjadi bahkan hampir setiap hari saya mendengar kabar perampokan, pembunuhan, Nauzubilah,,, Mengigat kembali Pada 11 Oktober 2014, Media sosial masyarakat Lintang diramaikan oleh peristiwa pembunuhan dua orang balita perempuan, Shinta (5) dan Sari (2), oleh ayah kandungnya sendiri, S bin M (35), tadi malam di desa Fajar Menang, kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang. Alasannya karena kesal mengetahui istrinya, W (30) kembali melakoni profesi lamanya menjadi seorang biduan yang berjoget dengan pria lain. Pada tanggal 10 Oktober 2014 jam 12.00 di Jembatan Kencong ulak Karang Tanding, Dedi, asal desa Sematu menjadi korban perampokan. Sebelumnya Rabu tanggal 8 Oktober 2014 jam 14.30 terjadi perampokan di nyawangan iligh Landur. Korbannya adalah Johan, P3N/PJS Kades Karang Tanding, sehabis ambil uang kesejahteraan perangkat Desa. Sebelumnya lagi tanggal 5 Oktober 2014 juga terjadi Perampokan di nyawangan Kungkilan. Korban bernama Bobi anak SMA 1 pendopo Barat kls X warga desa kungkilan. Sekarang masih dirumah sakit Bengkulu. Masih tanggal 5 Oktober 2014, seorang warga Pagar tengah dirampok di Jembatan air Lintang. Diyah Binti Darul dirampok di jembatan jln tembus PLN ulu rumah makan Surya, dan pembajakan terhadap sebuah minibus. Tanggal 4 Oktober 2014, seorang warga Gn.Lama dirampok di liku Manggilan di pembuangan sampah. Tanggal 3 Oktober 2014, Eka Bin Sulaiman Gn.Lama dirampok disekitar Liku Manggilan. Semua berita itu tersebar di Facebook dan mediasosial lainya sehingga dengan mudah diakses oleh siapapun termasuk warga Lintang Empat Lawang yang berada di perantauan meskipun belum atau sulit dikonfirmasi karena sulit memperoleh informasi langsung di tempat kejadian di kabupaten Empat Lawang. Sepertinya Empat Lawang benar-benar kembali ke zaman JAHILIAH. Judi, Miras, Narkoba, dugem, pergaulan bebas. Pencurian tiap malam, Perampokan tiap hari. Anak cewek dibunu oleh bapaknya sendiri. Entah kebanggaan apalagi yang masih tersisa. Sepertinya Bumi Kabupaten Empat Lawang benar-benar Negeri non hukum. Negeri yang tak  betuan. Surga bagi penggemar kenikmatan duniawi. Entah sampai kapan. saya kira sulit akan berubah. Bisa jadi akan semakin parah. Karena orang orangnya sulit diajak berubah. Pemerintahnya dimana?. Ada juga berita positipnya. biar berimbang. Tanggal 30 September 2014 SRIPOKU.COM memberitakan bahwa dalam jangka waktu lima tahun di bawah kepemimpinan Bupati Empatlawang, H Budi Antoni Aljufri (HBA), Kabupaten Empatlawang keluar dari status sebagai daerah tertinggal. Disebutkan pula bahwa Bupati Empatlawang, mengatakan, penghargaan yang diberikan ini sesuai dengan SK Menteri PDT No 141 Tahun 2014.Hal ini merupakan suatu kebanggaan masyarakat Empatlawang karena dalam waktu lima tahun Empatlawang sudah dinyatakan sebagai daerah potensi maju. Kita patut bersyukur dan berterima kasih pada Pemkab Empat Lawang bila berita ini benar adanya. Tentu akan lebih baik lagi kalu dasar pertimbanganya juga dijelaskan. Yang jelas pasti bukan menyangkut keamanan dan kesejahteraan. Sejak pilkada tahun lalu teriakan yang menghendaki perubahan menggema di bumi Empat Lawang. Tapi ternyata hanya sekedar ucapan di mulut. Faktanya Puluhan ribu warga pemukim empat lawang memilih untuk tetap dipimpin oleh Bupati inkamben. Memang ada indikasi peranan Mahkamah Konstitusi yang hingga saat ini belum terbukti. Tapi seandainya selisih jumlah perolehan suara mencapai puluhan ribu, tentu MK juga tak bisa berbuat apa-apa. Karena itu muncul tudingan bahwa yang menghendaki perubahan hanyalah segelintir warga empat lawang terutama yang berada di perantauan. Perubahan hanya mungkin terjadi kalu dipimpin oleh orang baik-baik, jujur, tegas, ta'at agama dan ta'at hukum. Tapi kriteria pemimpin yang model ini pasti gak bakal dipilih oleh mayarakat di Empatlawang. Bagi kebanyakan mereka, pemimpin adalah yang mau memberi suap. Soal kemampuan mengatasi keadaan, itu nomor seratus, alias gak penting. Karena itu biar sepuluh kali lagi dilakukan pemilihan, yang akan terpilih pasti pemimpin dengan kualitas yang sama. Karena itu satu-satunya jalan untuk mengatasi keadaan di bumi Empat Lawang adalah, GUBERNUR HARUS TERJUN LANGSUNG atau menunjuk seorang putra daerah yang benar-benar memiliki KETEGASAN, KEJUJURAN DAN KEBERANIAN dan siap berkorban jiwa raga demi MENEGAKKAN AMAR MA’RUF WA NAHI MUNKAR di Bumi Empat Lawang. Karena persoalannya bukan semata-mata masalah ekonomi. Tapi karena permasalahan moral dan agama yang sudah mencapai titik NADIR. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Kab: Empat Lawang"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun