Tradisi menulis akademik bagi mahasiswa merupakan sesuatu yang mengakar dan menjadi identitas intelektualnya. Bagi Nabila Putri Ma'arif, pengurus Divisi Jurnalistik HMPS PAI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menulis merupakan sarana aktualisasi diri yang tidak hanya sekedar membangun tradisi menulis akademik namun juga bagian dari penguatan kapasitas dirinya sebagai seorang individu yang terus belajar serta sebagai bagian dari komunitas organisasi yaitu HMJ PAI UIN Maulana Malik Malang yang menjadi ruang untuk berbagi kecerdasan dan pengetahuan.Â
Atas dasar itu, Lala, panggilan akrabnya berkeyakinan bahwa tradisi menulis akademik harus terus diwariskan dan diaktualisasikan dalam berbagai macam forum kegiatan. Ia menjelaskan, di era 4.0 saat ini yang telah ditandai dengan perkembangan literasi digital yang sangat masif, maka tradisi menus akademik juga harus bisa beradaptasi dengan situasi tersebut.
Dalam satu kesempatan, saya bertemu dengan Nabila dengan gagasan besar mengenai tradisi menulis akademik dan digital learning saat ini. Ia kemudian menyodorkan konsep Seminar Digital Learning HMPS Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan pada Jumat, 25 Agustus 2023 di rumah Singgah Gedung Pasca Sarjana 2 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.Â
Terasa ada aura ketakutan atau kekhawatiran dari Nabila ketika menemui saya. Saya pun memaklumi karena biasanya mahasiswa yang baru datang menemui saya selalu dengan membawa berbagai macam keheranan dan kekhawatiran. Mungkin suara saya yang melengking keras atau mungkin hal-hal lain yang mungkin menjadi orang terasa agak minder bertemu saya.
Kemudian Nabila memaparkan konsep digital learning yang pada saat itu, Ia menjelaskan kapasitasnya sebagai ketua panitia kegiatan. Karena pada dasarnya saya juga seorang aktivis di tahun 2004 ketika juga bergabung di HMJ PAI saat itu, saya pun dengan sangat sadar memberi penugasan kepada Nabila apabila ingin mengundang saya sebagai pemateri maka dia harus juga menulis. Dia pun sempat takut dan tegang atas tugas itu. Bagaimana mungkin ketika mengundang pemateri yang biasanya tidak ada penugasan balik dari pemateri tersebut, kepada yang mengundang malah diberikan penugasan menulis, Ternyata Nabila menerima tantangan itu dan pada hari ini telah mengirimkan tulisannya kepada saya.
Saya pun terkaget dan menaruh besar harapan bagi Lala untuk terus bisa berkarya dimanapun posisinya dan sesibuk apapun kegiatannya. Untuk menjadi seorang penulis memang harus bisa mampu memanfaatkan keadaan sebagai ruang untuk menulis. Saat tulisan ini dikerjakan pun saya sedang ngopi di warung kopi dan sambil menikmati tulisan Lala.Â
Sebagai pemula, tulisan mengenai digital learning yang dikemukakan oleh Lala, cukup informatif. Ia bercerita mengenai penggunaan media pembelajaran flipped learning. Isinya cukup standar namun yang saya kagumi adalah keberanian Lala untuk menerima tantangan saya. Maka saya pun terobsesi untuk menulis balik mengenai tulisan tradisi menulis dengan tema digital learning.
Apabila kita hubungkan antara tradisi menulis dengan digital learning memang saat ini seakan menjadi sebuah realitas yang tidak bisa terbantahkan. Banjir informasi di ruang digital baik di media sosial maupun media online dikarenakan semakin banyaknya konten-konten kreatif maupun informatif yang membawa misi berbagai hal dari yang sifatnya komersil maupun non komersial.Â
Penetrasi informasi tersebut memang sangat masif, dari detik per detik dengan berbagai macam variasi. Posisi seorang mahasiswa dalam menghadapi banjir informasi di ruang digital saat ini, di satu sisi dia juga harus bisa mengkonsumsi informasi tersebut dengan selektif agar tidak mudah termakan hoax namun di sisi yang lain juga harus bisa mereproduksi ilmu pengetahuan melalui konten-konten kreatif yang dihasilkannya untuk ditampilkan di ruang digital tersebut.
Hal ini membutuhkan kematangan dalam menulis dan konsistensi untuk mempublikasikan karyanya. Seminar digital learning yang digagas oleh HMPS PAI UIN Malang tersebut menjadi momentum untuk membangun karakter mahasiswa satu sebagai memproduksi ilmu pengetahuan di ruang media digital dan di sisi lain membawa misi sebagai calon guru yang mampu secara selektif memilih informasi yang tepat berguna dan bermartabat bagi diri dan murid-muridnya. Dua halnya itu yang paling mendasar sebagai cara agar bisa memanfaatkan dunia digital sebagai fakultas kehidupan dan sumber informasi dalam menggapai tangga kesuksesan hidup di era disruptif saat ini.
Penulis: Angga Teguh Prastyo, M.Pd